Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Tim peneliti ITS membuat prototipe alat penjernih air sumur menggunakan metode membran.
Memiliki lima filter logam berat, partikel-partikel berukuran mikro, serta penghilang bau.
Bisa menghasilkan air sesuai standar baku mutu air minum.
TIM Pengabdian Masyarakat Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya, membuat purwarupa alat penjernih air sumur dengan metode membran reverse osmosis. Melalui metode tersebut, bisa dihasilkan air jernih sesuai dengan standar baku mutu air minum yang bahannya dari air sumur.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut ketua tim peneliti Pengabdian Masyarakat ITS, Fahimah Martak, ide pembuatan alat ini adalah menjawab masalah masih sering ditemuinya air sumur yang mengandung bakteri dan senyawa logam. “Kandungan-kandungan itu tidak baik untuk kesehatan, terutama bila dikonsumsi dalam waktu lama,” kata Fahimah, Kamis, 24 Desember lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Alat penjernih ini terdiri atas lima rangkaian penyaring (filter) logam berat, partikel-partikel berukuran mikrometer, serta penghilang bau. Dari alat itu, air berpindah ke reaktor ultraviolet yang berfungsi mematikan mikroba. “Selanjutnya, air dialirkan melalui membran reverse osmosis untuk memurnikannya dari kandungan logam, virus, ataupun bakteri,” ujar guru besar bidang senyawa kompleks tersebut.
Pengujian alat ini menggunakan air kolam di Jurusan Teknik Kimia ITS, air perusahaan daerah air minum (PDAM), dan air sumur. Dalam air kolam dan PDAM, ucap Fahimah, terdapat kontaminan berupa bakteri Escherichia coli, senyawa organik beracun, dan logam berat yang jumlahnya lumayan banyak. “Peralatan itu kami coba sendiri berdasarkan ilmu dasar kimia,” tutur guru besar Departemen Kimia Fakultas Sains dan Analitika Data ITS tersebut.
Setelah melewati beberapa kali uji coba, purwarupa alat tersebut disumbangkan kepada Pondok Pesantren Al-Ishlahiyah di Desa Pangetan, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Alat itu dipasang dekat sumur sehingga air sumur disaring melewati tiga proses penjernihan dan tak perlu ditampung di dalam tandon. “Alat ini mampu mengefisienkan proses penjernihan air sehingga penghuni pondok dapat langsung meminumnya,” ujarnya.
Fahimah beserta tim berharap alat pengolahan air hasil penelitian timnya ini bisa dimanfaatkan santri untuk mendapatkan air minum yang berkualitas baik. Masyarakat sekitar juga bisa beroleh manfaat karena alat tersebut diletakkan di masjid. Melalui pengembangan lebih lanjut, alat ini juga bisa digunakan untuk memproduksi air dalam kemasan sehingga bisa memberi manfaat tambahan bagi pesantren.
Fahimah yakin pemakaian alat ini menghemat pengeluaran untuk pemenuhan kebutuhan air minum. Sebab, bahan bakunya menggunakan air sumur dan pengoperasiannya dengan listrik. Durasi pemakaian juga bisa cukup lama. “Soal berapa lama pemakaiannya, itu perlu penelitian lebih lanjut,” katanya. Biaya pembuatan alat ini yang berukuran besar sekitar Rp 50 juta, termasuk pompa. Purwarupa yang diberikan ke pesantren berukuran kecil.
Alat penjernih air ini dirintis pada awal 2020 dan selesai November lalu. Fahimah menambahkan, teknologi alat ini sudah dipatenkan bulan lalu. Ada rencana memproduksinya secara massal, tapi tentunya setelah mendapatkan izin edar dari otoritas kesehatan.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo