Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Peristiwa tumpahnya cairan soda api atau natrium hidroksida (NaOH) di Jalan Purwakarta-Padalarang, Kabupaten Bandung Barat, menjadi viral karena banyak kendaraan mengalami kerusakan baik bodi maupun catnya. Pengendara sepeda motor yang melintas turut menjadi korban karena terluka akibat cipratan bahan kimia tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kejadian pada Selasa, 24 Desember 2024, ini pun viral di media sosial. Guru Besar Ilmu Toksikologi Kimia dan Bahan Kimia Berbahaya dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Indonesia, Budiawan, mengatakan NaOH berguna untuk kegiatan industri, namun memiliki potensi yang membahayakan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Natrium hidroksida adalah senyawa yang berguna dalam berbagai kegiatan industri, tetapi harus ditangani dengan hati-hati untuk menghindari risiko akibat sifat bahaya alamiah yang dikandunganya,” ucapnya dalam keterangan tertulis, Kamis, 26 Desember 2024.
Sifat bahaya bahan kimia ini antara lain korosif yang dapat menyebabkan luka bakar parah pada kulit dan kerusakan permanen pada mata. Selain itu bisa menyebabkan iritasi saluran pernapasan akibat debu NaOH.
Sifat eksotermik senyawa ini -- akibat pelepasan panas saat larut dalam air -- dapat menyebabkan percikan cairan panas. Lalu lingkungan pun bisa rusak apabila terpapar NaOH, apalagi dalam jumlah banyak. “Jika bocor ke lingkungan, NaOH dapat menyebabkan perubahan pH ekstrem yang berbahaya bagi makhluk hidup,” kata Budiawan.
Sifat Fisika dan Kimia Soda Api
Senyawa kimia NaOH wujudnya berupa benda padat putih berbentuk serpihan, pelet, atau bubuk dengan titik didih 1.388 derajat celcius (terurai sebelum mendidih). Bahan kimia tersebut sangat mudah larut dalam air, menghasilkan larutan bersifat basa yang eksotermik (menghasilkan panas), dengan massa molekul relatifnya 40 gram per mol.
“Senyawa NaOH tidak berbau, adapun dengan sifat kimia, memiliki sifat basa yang kuat dan bereaksi dengan logam akan menghasilkan gas (hidrogen) yang berbahaya dan mudah terbakar,” tutur Budiawan.
Apabila dengan minyak atau lemak, NaOH akan bereaksi terbentuk penyabunan dan bersifat sangat licin pada permukaan tumpahan, seperti di jalan raya. Senyawa ini mudah menyerap air dan karbon dioksida (CO) dari udara sebagai sifat hidroskopisnya dan membentuk natrium karbonat (NaCO).
NaOH tidak menguap, karena ini merupakan senyawa ionik yang tidak memiliki tekanan uap signifikan pada suhu normal, titik didihnya bahkan lebih tinggi lagi di atas 1.390 derajat celsius.
Sebaliknya, kata Budiawan, NaOH biasanya ada dalam bentuk padatan kristal atau larutan dan sangat perlu diperhatikan bahwa sifat aerosol yang terbentuk atau dari percikan tumpahan larutan NaOH bisa terbawa ke udara. “Hal tersebut terjadi karena partikel kecil larutan NaOH terbawa bersama uap air,” ujar Dosen UI tersebut.
Penanganan Bahan Kimia Soda Api
Budiawan mengatakan orang yang menangani tumpahan soda api harus menggunakan alat pelindung diri, mulai dari sarung tangan khusus, kacamata pelindung, dan masker. Saat penanganan harus menghindari kontak langsung dengan kulit dan mata.
Penanganan cairan soda api harus hati-hati untuk menghindari percikan. Ketika membawa bahan kimia ini, kendaraan yang mengangkut harus memenuhi kaidah keselamatan dengan melekatkan label ‘Bahaya Bahan Kimia’ dan disertai perlengkapan kedaruratan.
“Serta harus di jalur tertentu sesuai peraturan nasional yang berlaku maupun internasional terkait tranportasi Bahan Berbahaya dan Beracun (B3),” katanya.