Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Hidroponik telah menjadi tren menanam hemat tempat dan perawatannya cenderung mudah. Mengutip situs web Kementerian Pertanian, hidroponik adalah teknik budi daya menggunakan sekam atau media tanam lainnya. Pemanfaatan juga dengan unsur hara cair yang dibutuhkan tanaman.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sebelum berkembang seperti sekarang, teknik hidroponik telah diperkenalkan oleh ahli fisiologi tanaman, William Frederick Gericke pada 1936, seperti dikutip dari situs web Epic Gardening. Peneliti dari University of California itu menemukan, bahwa tanaman dapat tumbuh dalam larutan dan air, selain tanah. Mulanya, penemuan Gericke masih diragukan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Gericke membuktikan langsung dengan percobaan menanam tomat, selada, dan sayuran tanah. Tanaman tomat di belakang rumahnya itu merambat setinggi 7,6 meter menggunakan media tanam air dan nutrisi. Gericke menyebut teknik itu hidroponik yang kemudian dikenal hingga sekarang.
Mengutip The Natural Farmer, perkembangan teknik berlanjut hingga dimanfaatkan di berbagai kebutuhan. Pada rentang 1939 hingga 1945, teknik hidroponik dimanfaatkan para tentara militer Amerika Serikat dan Inggris dalam Perang Dunia II untuk ketersediaan pangan.
Cara itu dipengaruhi pula efek gerakan kampanye Grow More Food yang telah membuat Pulau Wake di Samudra Pasifik menjadi ladang hidroponik. Pada 1940-an, peneliti dari Purdue University, Robert B. dan Alice P. Withrow juga mengembangkan metode hidroponik yang lebih praktis. Media tanam menggunakan kerikil dengan sistem pengairan pasang surut.
HARIS SETYAWAN