Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Sora, fitur ciptaan OpenAI yang mampu membuat video dari instruksi teks berpotensi menghasilkan banyak karya. Dosen Sains Data dari Universitas Airlangga sekaligus pengamat AI, Aziz Fajar, mengatakan teknologi pembuatan video berdurasi maksimal satu menit itu bisa dipakai untuk beragam tujuan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
“Sebagai generator video promosi, video pembelajaran, dan (produksi video) lainnya dengan lebih cepat,” katanya melalui keterangan tertulis, Selasa, 20 Februari 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Sora merupakan model kecerdasan buatan ketiga yang diusung oleh OpenAI, sesudah DALL-E dan GPT. Layaknya Chat-GPT, kata Aziz, Sora bekerja menggunakan rangkaian gambar. “Sora akan menghasilkan satu citra dari input teksnya. Lalu akan dilakukan generate frame berdasar citra yang ter-generate sebelumnya, sehingga terbentuklah suatu video.”
Bila AI ChatGPT belajar grammar dari teks, AI Sora mampu mempelajari cara kerja pergerakan benda di dunia nyata. Hampir setahun yang lalu, kecerdasan buatan pernah membuat video aktor Will Smith yang sedang memakan spageti. Video itu kemudian diolok-olok oleh kalangan netizen. Dengan perkembangan yang pesat, kini AI seperti Sora mampu memproduksi video yang jauh lebih realistis.
Menurut Aziz, laju pengembangan AI sejalan dengan kecanggihan perangkat yang digunakan. “Saat teknologi yang dibutuhkan sudah ditemukan, AI dapat berkembang dengan pesat,” tuturnya.
Butuh Alarm di Tengah Kecanggihan AI
Sama seperti fitur AI lainnya, Aziz menambahkan, OpenAI Sora pun berpotensi menimbulkan dampak negatif yang perlu diwaspadai. Bila dipadukan dengan AI peniru suara, bukan tidak mungkin AI kreator video itu dipakai untuk kejahatan. Meski begitu, masyarakat tak perlu khawatir lantaran alat untuk mendeteksi manipulasi AI, baik video maupun suara, turut berkembang.
“Sebagaimana sistem sekuriti (keamanan) di bidang jaringan komputer, perkembangan AI untuk mendeteksi sesuatu tentu harus berdasarkan generator yang sudah ada,” katanya.
Dia berpendapat bahwa AI Sora hanya alat alternatif untuk membuat video. Kemampuannya masih terbatas, misalnya dalam hal durasi yang dipatok maksimal 60 detik.
Pekan lalu, saat mempublikasikan produk ini, OpenAI mengklaim bahwa Sora bisa memahami rupa objek di dunia fisik dan menafsirkan properti secara akurat. Model anyar tersebut menghasilkan karakter menampilkan emosi secara lebih nyata.
Sejauh ini Sora baru tersedia untuk red teamers, komunitas terbatas untuk menilai potensi pasar dan risiko produk tersebut. OpenAI juga menawarkan akses Sora kepada beberapa seniman visual, desainer, dan pembuat film untuk mencari masukan.
Pilihan Editor: Adu Kemampuan Gemini AI vs ChatGPT, Mana yang Unggul?