Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sains

Polusi Tanah Ternyata Membahayakan Cacing dan Serangga

Polusi tanah mengancam habitat cacing, serangga, dan tungau di dalam tanah.

9 September 2024 | 12.16 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Mahasiswa fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala (USK) yang tergabung dalam tim pemeriksaan kesehatan hewan kurban Idul Adha 2024 memperlihatkan temuan cacing dan parasit pada jeroaan daging kurban di Banda Aceh, Aceh, Senin 17 Juni 2024. Pemerintah Aceh mengerahkan tim pemeriksaan kesehatan hewan kurban yang terdiri dari anggota Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI) Aceh dan ASN Dinas Peternakan serta mashasiswa USK untuk melaksanakan pemeriksaan kesehatan dan daging hewan kurban agar aman dikonsumsi manusia. ANTARA FOTO/Irwansyah Putra

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Penelitian terbaru yang dipimpin oleh Dr. Victoria J. Burton—seorang periset dari Natural History Museum, London, Inggris—menemukan dampak polusi tanah yang berbahaya bagi kelangsungan kehidupan dalam tanah. Mereka yang menjadi korban adalah cacing, serangga, tungai, dan pelbagai jenis lain yang selama ini bekerja tanpa lelah dalam kegelapan.

Para peneliti Natural History Museum melihat ancaman nyata bagi penghuni bawah tanah tenyata bukan lantaran intensifikasi pertanian atau perubahan iklim, tetapi polusi tanah. Pencemaran tanah adalah keadaan bahan kimia buatan manusia masuk dan mengubah lingkungan tanah alami. Penelitian Burton bersama 15 peneliti lainnya itu dipublikasi di jurnal iScience pada Volume 27, Edisi 9, 20 September 2024.

"Di atas permukaan tanah, penggunaan lahan, perubahan iklim, dan spesies invasif memiliki dampak terbesar pada keanekaragaman hayati, jadi kami berasumsi bahwa hal yang sama juga akan terjadi di bawah permukaan tanah. Namun, hasil penelitian kami menunjukkan bahwa hal ini tidak terjadi," kata Burton seperti dikutip dari Earth.com pada Senin, 9 September 2024.

"Sebaliknya, kami menemukan bahwa polusi pestisida dan logam berat menyebabkan kerusakan paling besar pada keanekaragaman hayati tanah. Hal ini mengkhawatirkan, karena belum banyak penelitian tentang dampak polusi tanah, sehingga dampaknya mungkin lebih luas daripada yang kita ketahui."

Burton lantas menjelaskan bahwa tanah, bagi penghuni bawah tanah, bukan sekadar gumpalan tanah yang homogen. Tanah memiliki lingkungan kompleks yang mengandung banyak struktur, nutrisi, dan mineral yang berbeda-beda. Karena alasan ini ditemukan kehidupan, bahkan jauh di dalam tanah.

“Namun karena sedikitnya spesialis yang dapat mengidentifikasi organisme bawah tanah, pengetahuan kita tentang kehidupan di bawah tanah jauh lebih sedikit daripada di atas tanah.”

Namun, tidak semuanya suram. Masih ada cara untuk memperkuat tanah dan membalas budi para pahlawan kecil kita ini. Penggunaan pupuk organik dan mulsa, misalnya, memasukkan lebih banyak karbon ke dalam tanah yang menjadi santapan lezat bagi cacing tanah.

Merevitalisasi Tanah

Penting bagi manusia untuk membudidayakan praktik yang mendukung keseimbangan ekosistem bawah tanah. Salah satu pendekatan yang efektif adalah menerapkan rotasi tanaman, yang tidak hanya meningkatkan struktur tanah tetapi juga mengganggu siklus hidup hama dan patogen berbahaya.

Cacing tanah Gippsland. Scienceinfo.net

Menambahkan tanaman penutup juga sangat berharga; pelindung hijau ini membantu mencegah erosi tanah dan memperkaya kandungan nutrisi, yang pada akhirnya menguntungkan sekutu tersembunyi kita. 

Selain itu, mengurangi penggunaan pestisida sintetis sangat penting untuk menjaga kesehatan tanah kita. Dengan melakukan ini, kita dapat membantu menciptakan komunitas cacing tanah dan serangga yang berperan penting dalam ekosistem kita.

Meningkatkan kesadaran tentang polusi tanah merupakan tanggung jawab kita bersama. Prakarsa masyarakat, program pendidikan, dan upaya penjangkauan sangat penting dalam menginformasikan masyarakat tentang peran penting organisme tanah. 

Melibatkan petani, tukang kebun, dan pembuat kebijakan setempat dalam percakapan tentang praktik pertanian berkelanjutan dapat menghasilkan perubahan yang berarti. 

Selain itu, mendukung inisiatif penelitian seperti yang dilakukan Burton dapat membantu menjelaskan kompleksitas ekosistem tanah dan pentingnya melestarikannya. Dengan mengadvokasi kesehatan tanah, tidak hanya meningkatkan produktivitas pertanian, tetapi juga memastikan kesejahteraan planet kita.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Avit Hidayat

Avit Hidayat

Alumnus Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas PGRI Ronggolawe, Tuban, Jawa Timur. Bergabung dengan Tempo sejak 2015 dan sehari-hari bekerja di Desk Nasional Koran Tempo. Ia banyak terlibat dalam penelitian dan peliputan yang berkaitan dengan ekonomi-politik di bidang sumber daya alam serta isu-isu kemanusiaan.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus