Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Pratiwi tertunda lagi

Nasa menunda lagi keikutsertaan orang-orang sipil ke angkasa luar sampai 1992 karena merasa belum sanggup memberikan jaminan keselamatan penerbangan sampai tingkat yang paling terpercaya.

11 Februari 1989 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PELUANG Dr. Pratiwi Soedarmono untuk ikut mengangkasa bersama pesawat ulang-alik Amerika tampaknya semakin mengempis. NASA, pertengahan Januari silam, mengeluarkan kebijaksanaan baru: tidak mengikutsertakan penerbang non-astronaut, seperti Pratiwi, paling tidak sampai dengan 1992. "Kami belum siap menerbangkan orang-orang sipil," ujar juru bicara NASA, David Garret. Pintu pesawat ulang-alik baru akan dibuka untuk awak non-astronaut setelah NASA merasa sanggup memberikan jaminan keselamatan penerbangan, sampai tingkat yang paling terpercaya. Bila kesempatan itu datang, "Yang menjadi prioritas pertama untuk kami sertakan adalah guru," tutur Garret. Pilihan ini tampaknya sulit dibelokkan, lantaran sudah menjadi "janji" NASA sejak beberapa tahun lalu. Janji itu sebenarnya telah ditunaikan tiga tahun silam, dengan menyertakan bu guru cantik Christa McAuliffe, pada penerbangan Challenger. Sayang, wahana ulang-alik itu meledak pada detik ke-73 setelah bertolak dari landasan. Untuk menggantikan McAuliffe, NASA menyiapkan Barbara Morgan, seorang guru dari Idaho, sebagai gantinya. Setelah guru, konon, wartawan menempati peringkat berikutnya pada prioritas NASA. Garret mengakui bahwa kebijaksanaan baru itu tak lepas dari trauma atas hancurnya Challenger, yang menewaskan ketujuh awaknya. Keadaan ini diperburuk dengan adanya fakta bahwa peluncuran pesawat Atlantis awal Desember lalu ternyata tak bebas dari cacat. Kenyataan itu yang mendorong NASA menangguhkan penerbangan orang-orang sipil. Para ahli roket dari Rocketdyne, perusahaan roket yang menjadi rekanan NASA, menemukan kerusakan pada mesin orbiter itu. Salah satu dari empat buah bantalan (bearing), yang menyangga mesin pompa turbo tekanan tinggi, mengalami keretakan serius. Kerusakan pada mesin nomor 3 itu, "merupakan suatu hal yang potensial menimbulkan bencana," kata seorang ahli Rocketdyne. Gejala keretakan pada batang baja berkekuatan tinggi itu disebut stress corrosion crack: keretakan lantaran pengkaratan, karena adanya udara lembap yang terkurung di antara blok-blok mesin. "Kasus ini tipis kemungkinannya bisa terulang," tambah ahli Rocketdyne itu. Namun, sebagian ahli NASA masih meragukan "skenario" itu, dan menilainya "terlalu menyederhanakan masalah". Kulit tubuh Atlantis, seusai menjalani rnisi penerbangan perdana Desember lalu itu, juga mengalami luka-luka ringan. Forrest McCallney, Direktur Pusat Antariksa Kennedy, mengakui bahwa hampir 200 keping tegel penahan panas pada kulit Atlantis tanggal. Kerusakan itu, kata McCallney, bukan lantaran teknik penempelan tegel yang buruk pada tubuh orbiter. McCallney menunjuk kedua buah roket pendorong dan tanki bahan bakar cair, yang mengapit tubuh Atlantis, sebagai biang hilangnya tegel pelapis itu. Menurut McCallney, teknik penempelan tegel pelapis pada kerucut roket dan tanki bahan bakar itu kurang andal. Akibatnya, lempeng-lempeng itu lepas ketika orbiter itu melesat dalam kecepatan tinggi. Berikutnya, lempeng yang lepas tadi menggesek kulit Atlantis, dan mencabut tegel-tegelnya. Masih ada satu ketidakberesan pada Atlantis. Satu buah panil serat kaca pada sistem manuver Atlantis hilang dari posisinya. Hilangnya panil ini masih menjadi teka-teki di kalangan ahli-ahli NASA. Secara keseluruhan, peluncuran orbiter Discovery, dua bulan sebelum Atlantis, dinilai NASA sebagai "paling bersih" dari 27 peluncuran orbiternya. Kendati beberapa keping tegel pelapis Discovey rusak, fungsinya sebagai penahan panas tetap tak terganggu. Boleh jadi, lantaran dinilai berhasil, pada misi penerbangan ke-28, Discovery akan digunakan lagi oleh NASA, pertengahan Maret mendatang, untuk peluncuran satelit komunikasi. Semula Discovery dijadwalkan terbang 23 Februari. Namun, keretakan pada bantalan mesin Atlantis mcnyebabkan NASA tak mau ambil risiko: jadwal Discovery diundur dan dua dari tiga buah mesin pompanya akan diganti. Atlantis baru akal mengudara kembali April mendatang, dengan tugas meluncurkan pesawat angkasa Magellan. Wahana antariksa ini diprogram untuk mendekati planet Venus. Lima belas bulan setelah bercerai dengan Discovery, Magellan akan sampai pada orbit Venus. Pada posisi itu Magellan akan membuat foto-foto dan peta Venus secara lengkap. Kebijaksanaan NASA menunda penerbangan orang-orang sipil itu mengecewakan Dr. Pratiwi? "Ah, tidak. Bagi saya, nothing to lose," ujar Pratiwi kepada Gabriel Sugrahetty dari TEMPO. Namun, kebijaksanaan baru NASA itu belum disampaikan kepada dia sebagai pribadi, maupun ke TPPAI (Tim Pembinaan Program Astronaut Indonesia), tempat Pratiwi tercatat sebagai anggota. "Mungkin belum sampai," ujarnya. Selama ini Pratiwi, 35 tahun, memang menghadapi ketidakpastian. "Menurut saya, seyogyanya pemerintah minta ketegasan sekali lagi, kontrak dengan NASA akan diteruskan atau tidak," ujarnya. Ketidakpastian itu, kata Pratiwi, mengundang kerugian. "Karena ada konsekuensi budget dan waktu." ujarnya. Konsekuensi anggaran yang disebut Pratiwi menyangkut dana yang harus dikeluarkan pihak Indonesia untuk riset darat atas lima item penelitian, yang menurut rencana semula akan dilakukan oleh astronaut Indonesia. Belum lagi biaya untuk check-up kesehatan dan latihan fisik. "Dananya nggak kecil," ujar ibu satu anak itu. Masalah waktu juga bukan soal sepele. Keterikatan dengan NASA membuat kesempatan Pratiwi untuk promosi jabatan jadi menciut. "Bagaimana saya bisa pegang, kalau sewaktu-waktu saya harus pergi memenuhi panggilan NASA," ujarnya. Namun, toh kesiapan Pratiwi ada juga gunanya. Dengan tinggi 165 cm, berat 62 kg, dan Hb darah 16, kini Pratiwi tampak sehat, sintal, dan cantik. Putut Trihusodo (Jakarta) dan P. Nasution (Washington)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus