Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Petir merupakan gejala alam yang biasa muncul saat musim hujan. Saat petir tampak di langit muncul kilatan cahaya, kemudian terdengar bunyi gemuruh. Petir bergerak di udara di antara awan. Petir yang muncul juga bergerak dari awan ke tanah. Kemunculan petir bermula dari awan kumulonimbus dan stratiform, seperti dikutip dari Encyclopaedia Britannica.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kumulonimbus adalah awan tebal yang menjulang tinggi. Adapun stratiform adalah awan yang menyebabkan hujan kontinu. Awan ini terbentuk karena kenaikan udara skala besar oleh garis depan memusat (konvergensi) atau keadaan muka Bumi di suatu daerah (topografi), dikutip dari Jurnal Meteorologi Klimatologi dan Geofisika.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Merujuk Encyclopaedia Britannica, petir terjadi ketika muatan positif energilis dan negatif dalam awan bergerak terus-menerus hingga memisahkan diri. Biasanya, terdapat muatan positif yang besar di bagian atas awan. Muatan negatif yang besar di bagian tengah. Adapun muatan positif yang kecil di bagian bawah.
Petir dari awan ke tanah terjadi karena proses kerusakan awal di dalam awan, biasanya antara wilayah muatan negatif di bagian tengah dan positif di bawahnya. Proses tersebut menyebabkan ionisasi, yakni pengubahan atom dan molekul di udara menjadi bermuatan listrik.
Setelah proses ionisasi, sambaran petir awal akan terbentuk dan merambat menuju tanah secara bertahap. Sambaran ini umumnya bermuatan negatif. Urutan ini terjadi sangat cepat sehingga satu kilatan petir yang terlihat oleh mata bisa terdiri atas tiga atau empat sambaran.
Proses sambaran akan melepaskan 105 joule energi per meter. Hilangnya energi sinaran tiba-tiba ini memecah molekul udara, terutama nitrogen, oksigen, dan air, menjadi atom. Perubahan dari molekul udara netral menjadi gas yang terionisasi terjadi dalam beberapa mikrodetik saja.
Meskipun petir termasuk fenomena yang biasa saat musim hujan, tapi tetap saja kilatan listrik alam itu dapat membahayakan manusia. Ketika petir muncul, sebaiknya orang-orang tidak berada di luar ruangan dan menghindari kontak dengan peralatan listrik di tempat terbuka. Beberapa bangunan pun strukturnya dipasang penangkal petir untuk mencegat sambaran kilatan listrik alam itu.
SITI NUR RAHMAWATI