Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ringkasan Berita
Sebanyak 50 gen baru yang mempengaruhi warna mata telah teridentifikasi.
Temuan ini membantu meningkatkan pemahaman tentang penyakit mata.
Banyak penyakit yang terkait dengan tingkat pigmentasi tertentu.
Genetika warna mata manusia jauh lebih kompleks dari yang diperkirakan sebelumnya. Begitulah kesimpulan yang didapat dari sebuah studi baru yang diterbitkan pada pekan lalu.
Tim peneliti internasional yang dipimpin oleh King's College London dan Erasmus University Medical Center Rotterdam telah mengidentifikasi 50 gen baru untuk warna mata. Inilah studi genetik warna mata terbesar yang pernah dilakukan hingga kini.
Studi yang dipublikasikan dalam Science Advances pada pekan lalu itu melibatkan analisis genetik dari hampir 195 ribu orang di seluruh Eropa dan Asia.
Temuan ini akan membantu meningkatkan pemahaman tentang penyakit mata, seperti glaukoma pigmen dan albinisme okular, di mana tingkat pigmen mata berperan. Selain itu, tim menemukan bahwa warna mata pada orang Asia dengan corak cokelat yang berbeda secara genetik mirip dengan warna mata di Eropa, dari cokelat tua hingga biru muda.
Selama ini para ilmuwan yakin bahwa terdapat selusin gen yang terkait dengan warna mata. Tapi studi terbaru yang dipimpin oleh para peneliti dari King's College London, Inggris, dan Erasmus University Medical Center Rotterdam, Belanda, telah mengidentifikasi 50 gen baru yang mempengaruhi warna mata.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Studi ini didasarkan pada penelitian sebelumnya di mana para ilmuwan telah mengidentifikasi selusin gen yang terkait dengan warna mata. Penelitian kali ini dilakukan untuk membuktikan bahwa ada lebih banyak lagi gen warna mata.
Sebelumnya, para ilmuwan mengira bahwa variasi warna mata hanya dikendalikan oleh satu atau dua gen. Warna mata cokelat diketahui lebih dominan ketimbang mata biru.
“Temuan ini menarik karena membawa kita selangkah lebih dekat untuk memahami gen yang menyebabkan salah satu organ dari wajah manusia mencolok,” ucap rekan penulis senior, Pirro Hysi, dari King's College London.
Hysi menambahkan bahwa selama ini para ilmuwan dibuat bingung ihwal genetika mata. “Ini akan meningkatkan pemahaman kita tentang banyak penyakit yang terkait dengan tingkat pigmentasi tertentu,” ujarnya.
Rekan penulis lainnya, Manfred Kayser, dari Erasmus University Medical Center Rotterdam mengatakan, "Studi ini memberi pengetahuan genetik yang dibutuhkan untuk meningkatkan prediksi warna mata dari DNA seperti yang telah diterapkan dalam studi antropologi dan forensik, tapi dengan akurasi terbatas untuk warna mata non-cokelat dan non-biru.”
SCIENCE DAILY | UPMC | FIRMAN ATMAKUSUMA
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo