Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Sains

Rentetan Gempa Mentawai, Warga Pulau Pagai Mengungsi ke Bukit

Gempa Mentawai terjadi pada Sabtu sore, 2 Februari 2019. Setelah itu terjadi sejumlah rentetan gempa susulan.

2 Februari 2019 | 23.48 WIB

Ilustrasi gempa. abcnews.com
Perbesar
Ilustrasi gempa. abcnews.com

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Padang - Gempa Mentawai terjadi pada Sabtu sore, 2 Februari 2019. Setelah itu terjadi sejumlah rentetan gempa susulan. Meskipun Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika menyebut gempa tersebut tidak berpotensi menimbulkan tsunami, tapi sejumlah warga Pulau Pagai di Kepuauan Mentawai tetap mengungsi ke tempat aman dari ancaman tsunami.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BMKG mencatat gempa terkuat dengan Magnitudo 6,1. Hingga pukul 18:31 WIB tercatat 27 kali gempa dengan magnitudo terkecil 2,8. Hampir semua gempa berlokasi di Selat Sikakap bagian Barat dengan kedalaman 10 kilometer. Lokasi ini tidak jauh dari pusat gempa yang menimbulkan tsunami pada 25 Oktober 2010 di Pagai Selatan dan Pagai Utara.

Selain gempa M. 6,1 gempa besar lainnya sebesar Magnitudo 5,9 yang terjadi pada pukul 17:59:28 WIB dan Magnitudo 5,5 pukul 18:01:38. Guncangan gempa M. 6,1 terasa ke kota Padang. Supri Lindra, warga Sikakap, Pulau Pagai Utara yang dikontak melalui telepon mengatakan, sudah mengungsi sejak sore tadi ke atas punggungan bukit di rumah kerabatnya yang tempatnya lebih tinggi tak jauh dari rumahnya.

"Gempanya berayun cukup lama seperti gempa waktu tsunami 25 Oktober 2010, kami langsung mengungsi ke tempat tinggi," katanya. Ia mengatakan sejak gempa yang dirasakan cukup keras pada sore tadi sebagian warga Sikakap mengungsi ke rumah-rumah kenalan yang berada di bukit, sebagian lagi bertahan di rumah, tapi tidak berani masuk rumah, mereka menggelar tikar di teras atau di halaman.

"Saat gempa pertama yang keras sore tadi, warga berlalrian ke luar rumah, lalu masuk lagi. Setengah jam kemudian gempa lagi, kami langsung bersiap mengungsi," kata Supri Lindra. Sebagian masyarakat hanya mengungsi ke rumah-rumah kenalan atau keluarga yang terletak di ketinggian.

Ia mengatakan tidak ada mendapatkan kabar ada rumah atau bangunan lain yang rusak kecuali sebuah mercusuar tak terawat dan sudah lama tak memiliki lampu. Rangka besi bangunan bagian atas mercusuar yang terletak di laut sekitar 10 meter dari pantai itu jatuh. Di Tuapeijat, Pulau Sipora Ibu Kota Kepulauan Mentawai gempa juga dirasakan cukup keras, tetapi warga tidak sampai mengungsi. "Memang sempat pani", tetapi saat gempa kami hanya keluar rumah saja," kata Patris Sanene, warga Tuapeijat.

Koordinator IAGI (Ikatan Ahli Geologi Indonesia) Daerah Sumatra Barat, Ade Edwar mengkhawatirkan rentetan goncangan sejumlah gempa sehari tadi dapat memicu gempa yang lebih besar di sekitarnya. "Saat ini, tidak ada yang tahu apakah rentetan gempa ini sudah berakhir. Kalau belum berakhir apakah gempa berikutnya akan lebih kecil atau lebih besar dalam beberapa waktu ke depan, seperti halnya rentetan gempa di Lombok tahun lalu. Tidak ada yang tahu," ujarnya.

Menurut Ade, potensi gempa di Pagai-Sipora bisa sampai Magnitudo 8 dan pernah terjadi pada 25 November 1833 dengan kekuatan Magnitudo 8,8-9,2 dengan durasi 5 menit. Gempa yang berpusat di wilayah Sipora tersebut didahului gempa besar pada 1797 di wilayah Siberut yang kekuatannya diperkirakan mencapai Magnitudo 8,7-8,9. "Gempa yang terjadi di Zona Megathrust Mentawai tersebut termasuk zona seismic gap, yaitu daerah jarang gempa atau yang sudah lama tidak mengalami gempa besar," ujarnya.

Simak kabar terbaru seputar gempa bumi Mentawai hanya di Tempo.co.

Amri Mahbub

Amri Mahbub

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus