Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Pada tanggal 25 Oktober 2010, sebuah bencana alam mengerikan melanda Kepulauan Mentawai, yang terletak di lepas pantai Sumatera Barat. Gempa Mentawai, lindu yang kuat dan tsunami yang mengikutinya mengakibatkan kerusakan yang parah, ratusan nyawa meninggal.
Gempa dan tsunami ini menimbulkan penderitaan yang mendalam bagi masyarakat setempat.
Kilas Balik Gempa Mentawai 2010
Gempa bumi yang terjadi pada 25 Oktober 2010 memiliki kekuatan sekitar 7,2 skala Richter. Gempa ini terjadi di dasar laut, di sekitar 78 kilometer di sebelah selatan Pulau Pagai dan sekitar 10 kilometer di bawah permukaan laut. Guncangan hebat ini langsung terasa di pulau-pulau sekitarnya, termasuk Pulau Siberut dan Pulau Pagai.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Setelah gempa, gelombang tsunami mengerikan muncul dan melanda pantai Mentawai dalam waktu singkat. Tsunami ini mencapai ketinggian hingga 3 meter, merusak banyak rumah, dan membanjiri permukiman penduduk di 35 dusun.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Data BNPB mencatat sebanyak 509 orang meninggal, luka berat dan ringan 24 orang, 21 orang hilang, dan sebanyak 11.425 orang mengungsi. Daerah yang terdampak termasuk Desa Betu Monga, Desa Munte, dan Desa Bulasat di Kepulauan Mentawai.
Pengungsi dari bencana ini terpaksa tinggal di tenda darurat, sementara bantuan dari pemerintah dan lembaga kemanusiaan diterjunkan untuk membantu mereka yang terdampak. Banyak keluarga yang kehilangan anggota keluarga mereka dalam bencana ini, dan trauma psikologis pun menjadi dampak serius.
Dampak bagi Pendidikan
Dikutip dari Koran Tempo Edisi 15 November 2010, sebanyak 62 siswa dari sejumlah sekolah dasar di Pulau Pagai Kepulauan Meranti menjadi korban meninggal akibat bencana tsunami tersebut.
Syaiful Jannah, Kepala Dinas Pendidikan Mentawai yang menjabat ketika itu mengungkapkan, tsunami juga menghancurkan enam gedung SD dan satu unit gedung SMP, di antaranya SD Negeri 33 Batumongsa, SD Negeri 10 Saumanganyak, SD 04 Sabeugunggung, SD 31 Buasat di Maonai, SD Vincentius filial di Putoirogsay, SD Vincentius di Limu, dan SMP Negeri 1 Pagai Selatan.
"Semua sekolah hancur seluruhnya, kecuali SD Negeri 10 di Saumanganyak, hanya hancur tiga lokal," kata Syaiful.
Syaiful menyebut, Menteri Pendidikan telah memberi bantuan sebesar Rp 640 juta untuk membangun sekolah darurat bagi gedung sekolah dasar. Kemudian untuk membangun SMP Negeri 1 Pagai Selatan yang hancur, Direktorat Sekolah Menengah Pertama Kementerian Pendidikan Dinas Pendidikan Nasional membantu Rp 330 juta.
Sedangkan bagi anak-anak korban tsunami, akan dibebaskan dari biaya sekolah dan diberi beasiswa dari dana Bantuan Operasional Sekolah. Untuk siswa yang orang tuanya tidak meninggal dunia dan kesulitan menyekolahkan anaknya, akan ditangani oleh Pemerintah Kepulauan Mentawai. Sebab, Kementerian Dinas Pendidikan hanya menanggung biaya siswa yang orang tuanya meninggal dunia akibat tsunami dalam gempa Mentawai tersebut.
KAKAK INDRA PURNAMA | DIMAS | EVAN
Pilihan editor: BMKG Sebut Gempa M 7,3 Mentawai dapat Picu Sesar Lain, Ini Syaratnya