Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

RRC Mau Beli Lagi

Selain sibuk mengurus stasiun bumi & peralatannya dengan penguasa AS, misi Cina juga telah memesan tempat untuk dua buah satelit kepada negara itu. Juga Cina minta roket anti pesawat & tank Prancis.

18 November 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

INDONESIA, sebentar lagi tak akan sendirian mengelola satelit komunikasl domestik di kawasan Pasifik Barat ini. Cina dan Australia, diam-diam sedang menyusun rencana membeli dan mengoperasikan satelit komunikasinya sendiri. Di Australia, para pejabat pemerintah Federal belum semuanya setuju dengan proyek SKSD (sistim komunikasi satelit domestik) yang sedikitnya akan menelan biaya 200 juta dollar AS itu. Departemen Keuangan Australia terutama belum setuju. Begitu pula stasiun-stasiun TV swasta yang merasa terancam dengan saingan baru yang bakal muncul. Juga Partai Buruh Australia masih getol melancarkan oposisi karena kuatir proyek satelit itu akan merasionalisasi pegawai telkom di seluruh benua. Lain halnya di RRC. Negosiasi antara para penguasa di Peking dan Washington, D.C. sudah menunjukkan lampu hijau yang semakin kentara. Baru bulan Juli lalu niat RRC untuk mengelola satelit komunikasinya sendiri disampaikan kepada Dr. Frank Press, penasehat teknologi Gedung Putih yang sedang berkunjung ke Peking waktu itu. Niat itu ternyata tak membutuhkan kongkow-kongkow terlalu lama. Misi telekom Cina telah berkunjung ke Amerika untuk "berbelanja stasiun bumi dan peralatan telkom lainnya," begitu tulis harian Los Angeles Times (4 Oktober). Cina, juga sudah menghubungi International Telecommunications Union (ITU), badan PBB yang mengatur lalulintas telkom sejagat. Kepada ITU, Cina telah memesan 'kapling' buat dua satelit komunikasi yang akan mengorbit pada ketinggian 22.300 mil atau 36.000 km di atas bumi. Pesan tempat ini memang harus dilakukan jauh hari sebelumnya. Scbab satelit Cina di atas Samudera Hindia akan berdempet-dempetan dengan satelit Palapa (Rl), Statsionar (Uni Soviet), Insat (India), serta Intelsat yang sudah 4-5 biji. Belum dipastikan, satelit buatan negara mana yang bakal dibeli Cina. Juga siapa yang akan meluncurkannya, dan dari mana. Selain Amerika Serikat, disebut-sebut pula beberapa kandidat lain, seperti Jepang, Jerman Barat, Perancis, atau suatu konsortium negara-negara Eropa Barat. Namun kans terbesar rupanya ada di tangan Amerika. Selain punya kebolehan dalam memproduksi satelit komunikasi yang berorbit di atas garis katulistiwa, yang tak perlu berpindah tempat (geo-stationer), AS juga punya pangkalan peluncuran roket yang ideal di Cape Kennedy, Florida. Dari pangkalan itulah telah diluncurkan satelit komunikasi AS sendiri, Westar, serta yang milik Canada (Anik) dan Indonesia (Palapa). Seperti Westar, Anik dan Palapa yang berorbit geo-stationer itu yang diniati RRC. Misi RRC ke AS bulan lalu, masih belum memesan satelitnya. Tapi hanya untuk membeli stasiun bumi. Sejauh ini, RRC sudah memiliki tiga kompleks stasiun bumi dengan antena parabol bergaris tengah 30 meter. Fungsinya untuk berhubungan dengan satelit Intelsat. Dan melalui Intelsat, ia dapat berkomunikasi dengan puluhan negara yang menjadi anggota konsortium Intelsat. Kini, RRC berniat memesan sejumlah stasiun bumi yang dapat berpindah-pindah. Dengan antena parabol bergaris-tengah 10 meter ke bawah, stasiun bumi mini begini mudah dibongkar-pasang, diangkut dengan truk atau helikopter dan kemudian bisa cepat dikirim lagi dengan arah membidik ke satelit di setiap tempat yang dianggap strategis. Rencana Cina ini disoroti oleh para pengamat Barat sebagai lebih bertujuan militer. Komunikasi satelit dengan stasiun bumi mini akan memudahkan Peking mengawasi tapal-batasnya dengan Uni Soviet yang lebih dari 6000 km panjangnya, dan dengan tetangganya di selatan, India. Kebetulan India dalam waktu singkat juga akan meluncurkan satelit komunikasi dari pangkalan roket Baikonur di tepi laut Hitam, Uni Soviet. Proyek satelit komunikasi RRC sedikitnya akan menelan $ 45 juta dan makan waktu 18 bulan. Ia didorong oleh anggaran militer RRC yang memang sedang meningkat. Akhir Juli, AP juga memberitakan tawaran RRC -- lewat perantara di Hongkong -- untuk membeli 2800 foto satelit Landsat milik AS seharga $ 105 ribu. Meskipun Direktorat Geologi AS yang mengoperasikan Landsat menekankan misi "damai" dan "ilmiah" dari satelit itu, tak tertutup kemungkinan bahwa koleksi foto yang dipesan itu meliputi wilayah perbatasan RRC dengan Uni Soviet dan India. Tak Perduli Selain itu, ada lagi pesanan RRC yang jelas berbau hankam. Misalnya, pesanan roket anti pesawat udara dan anti tank dari Perancis seharga $ 700 juta, seperti yang diberitakan koran Washington Star (31 Oktober). Menurut satu sumber TEMPO, lewat perantara di Hongkong pula RRC sedang mencoba memesan 200 helikopter Jerman jenis BO-105. Dikombinasi dengan roket anti-tank dan anti-pesawat terbang buatan Perancis itu, armada helikopter RRC akan menjadi senjata taktis yang ampuh di kawasan perbatasan nan rawan. Kendati demikian, ada juga program pengalihan teknologi Barat ke RRC yang tak serta-merta bersifat militer. Sejumlah ahli fisika nuklir Cina misalnya, kini sedang berada di Laboratorium Enrico Fermi dekat Chicago, AS, untuk mempelajari accelerator nuklir enerji tinggi di sana selama satu semester. Penguasa di Peking juga telah berunding dengan squmlah perusahaan AS, untuk membeli peralatan pengeboran minyak dan tanur baja Amerika. Ratusan ribu ton kapal Jepang juga mulai dipesan. Dan untuk memodernisasi jaringan telekomunikasinya, awal bulan ini satu delegasi RRC telah mengadakan peninjauan ke Hongkong. Peking juga ingin mengirim sekitar 300 orang untuk memperdalam studi eksakta di Jerman Barat mulai 1978. Bonn sudah menyetujuinya. Bahkan Bonn dimintanya pula untuk menyediakan sejumlah guru besar guna mengajar di RRC. Kedua negara baru saja meneken perjanjian kerjasama ilmiah. Semuanya ini memang jelas menunjukkan garis Teng Hsiao-ping, yang tak perduli kucing itu hitam atau putih. Pokoknya, asal bukan beruang (kecuali beruang panda Cina sendiri).

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus