Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Buku

Yang asli masih keteter

P4b dept p & k merasa kesulitan mendapatkan naskah yang asli untuk diterbitkan. karena itu penerbitan buku terjemahan terus melonjak, sedangkan tulisan asli baru separo target. (bk)

18 November 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DELAPAN tahun sejak berdirinya, Proyek Pengadaan Penterjemahan dan Penulisan Buku Departemen P&K telah menerbitkan 24 judul. Untuk tahun anggaran 1978/79 proyek ini mentargetkan 6000 halaman atau sekitar 15 judul. Untuk terjemahan sudah melampaui target. Tinggal tulisan asli yang masih keteter. "Baru setengah dari target yang tercapai. Karena banyaknya naskah yang tidak dapat diterima," kata Syahrial Wahab, ketua proyek pengadaan buku itu. Untuk mengatasi ketimpangan tersebut, tahun 1978/79 proyek akan memperbesar rencana anggaran untuk tulisan asli, menjadi Rp 100 juta. Tahun anggaran sebelumnya berjumlah Rp 87 juta. Tapi harus diingat untuk tahun depan proyek juga akan menerbitkan thesis yang selama ini hanya terbatas pada promotor dan di lingkungan universitas saja. Adanya proyek ini memang disambut, terutama dari kalangan perguruan tinggi. Ada yang datang sudah dengan naskah siap cetak. Tapi ada pula yang lebih dulu datang menjajagi bagaimana caranya mendapatkan subsidi untuk mempersiapkan sebuah tulisan. Untuk itu panitia mengajukan supaya si calon penulis mengirimkan ringkasan dari tulisan yang akan dikerjakan. Kalau panitia sudah memberikan lampu hijau, pekerjaan selanjutnya boleh digarap penulis. Konsorsium Kalau naskah jadi sudah masuk, sebuah tim yang diketuai Syahrial akan mengundang seseorang yang paling berwenang untuk memeriksa naskah tadi. Selain untuk memperbaiki dan menyeragamkan istilah, ahli ini akan bertindak sebagai editor atau penyantun tulisan tersebut. Menurut cerita Syahrial tidaklah mudah mencari orang yang tahu dan berwenang untuk memeriksa sesuatu tulisan. Ia mengaku pernah gelagapan untuk menemukan seorang yang ahli dalam ilmu anatomi klinik. Sudah bisa dibayangkan dalam memeriksa tulisan tadi timbul perbedaan pendapat antara si pengarang dengan ahli yang lagi memeriksa. Misalnya dalam soal terminologi. Sebab harap diingat sesuatu terminologi belum tentu seragam pemakaiannya di antara berbagai perguruan tinggi di sini. Gajah Mada dan Pajajaran bisa berlainan umpamanya. "Tapi kalau toh timbul perselisihan, maka perbedaan tadi akan diselesai juga akan memberikan keuntungan khusus bagi penerbit dengan membeli 20% dari jumlah buku yang dicetak. Lembaga swasta yang juga bergerak dalam penyediaan buku teks adalah Lembaga Penelitian Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial, berdiri sejak 1971. Mereka berusaha menggalakkan penulisan buku teks yang asli dengan honorarium bergerak sekitar Rp 1 juta. Malahan penulis yang sudah menyelesaikan dengan baik rancangan tulisannya sudah bisa mengantongi 25% dari honor. Rangsangan lain berupa sponsor untuk mereka yang memerlukan penelitian sampai ke luar negeri juga disediakan. Tahun pertama karangan yang masuk lebih-kurang 20 judul tapi yang diterima hanya 5. Menurut Direktur LP3ES Ismid Hadad perjalanan naskah hingga menjadi buku jadi dimulai dari masuknya sebuah ringkasan. Setelah ringkasan tersebut disetujui maka penulis bisa melebarkan rancangan tadi menjadi karangan lengkap. Kalau sudah jadi naskah ditinjau dalam sebuah seminar. Dewan redaksi kemudian mengundang para ahli ke dalam sebuah forum yang beranggotakan lebih-kurang 12 orang. Ahli yang diundang tidak selamanya harus berhubungan erat dengan isi naskah yang sedang diperiksa. "Ahli dari bidang lain juga diundang, supaya tercapai sifat interdisipliner," kata Ismid. Kalau sebuah naskah suda sampai ke seminar evaluasi itu berarti naskah tersebut sudah lewat lubang jarum. Namun penulis masih membuat beberapa perbaikan berdasarkan anjuran yang dikemukakan oleh seminar. Perbaikan itu bisa memakan waktu 3 bulan. Kemudian redaksi mengadakan lagi perbaikan-perbaikan redaksionil yang kurang berarti. Sekedar penyedap. Jadi perjalanan sebuah buku memang panjang, bisa mencapai 2 tahun. Lamanya waktu persiapan itulah rupanya yang membuat harga buku LP3ES lebih tinggi dari yang lain. LP3ES baru menerbitkan 10 judul buku. Tiap judul dicetak 5.000 Ada yang dicetak sampai 4 kali. Indonesia Dalam Perkembangan Dunia, karangan Sumitro Djojohadikusumo menempati kedudukan teratas dalam daptar buku laris LP3ES. Untuk menjaga mutu, lembaga ini tidak mau terburu-buru dalam menerbitkan sesuatu buku. Sedangkan anggaran keuangan tergantung dari hasil penjualan. Maklumlah lembaga swasta yang kini punya kantor bagus di Slipi itu, baru mulai berdiri sendiri, tanpa bantuan dari induknya Friedrieh Nauman Stiftung di Jerman Barat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus