Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta – Usia tidak membatasi seseorang untuk tetap berprestasi. Rupanya hal itu berlaku untuk sosok Arthur Ashkin Ashkin. Di usianya yang ke-90 tahun, Arthur Ashkin memperoleh predikat sebagai pemenang Hadiah Nobel Fisika. Arthur Ashkin sekaligus pemegang rekor sosok tertua yang pernah dinobatkan sebagai penerima Nobel pada 2018, sebelum dikalahkan oleh John Goodenough, satu tahun setelahnya.
Melansir laman magazine.columbia.edu, pria kelahiran 2 September 1922 ini memenangkan Hadiah Nobel berkat penemuannya berupa pinset optik. Alat ini memungkinkan memanipulasi atom, virus, dan sel hidup lain tanpa merusaknya. Dalam alat ini, Arthur Ashkin memanfaatkan tekanan radiasi laser.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Alat-alat ini merupakan terobosan besar dalam dunia pengobatan, seperti kemampuan memisahkan sel darah yang sehat dari yang terinfeksi. Saat ini, pinset optik temuan Arthur Ashkin banyak dipakai untuk menyelidiki sistem bologis. Karena buah penemuannya, Arthur Ashkin dijuluki sebagai Bapak Pinset Optik.
Walaupun usianya yang sudah tidak muda lagi, Arthur Ashkin masih terbilang aktif bekerja di kantornya, Bell Laboraturium di Holmdel, New Jersey. Melansir laman nobelprize.org, sebelumnya, Arthur Ashkin merupakan lulusan fisika di Universitas Columbia, New York. Kemudian, Arthur Ashkin melanjutkan pendidikannya di Universitas Cornell guna memeroleh gelar PhDnya. Saat ini, Arthur Ashkin tengah aktif mengembangkan makalah tentang energi matahari. Menurut dia, dunia membutuhkan banyak ilmu di tengah situasi perubahan iklim.
Mengutip laman pnas.org, pada 21 September 2020 lalu, Arthur Ashkin menghembuskan napas terakhirnya dengan tenang di kediamannya yang terletak di kawasan Rumson, New Jersey. Dirinya wafat diusia yang ke-98 tahun, dua tahun pasca dianugerahi Hadiah Nobel Fisika pada 2018.
NAOMY A. NUGRAHENI
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini