Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
NUN di pinggir kanal Rapenburg yang cantik di Leiden, Belanda, bangunan itu berada. Sebuah museum bernama Rijksmuseum van Oudheden atau Museum Purbakala Nasional Belanda. Museum tertua di Negeri Kincir Angin ini didirikan pada 1818 oleh Raja William. Merangkap sebagai pusat arkeologi nasional Belanda, museum ini menyimpan koleksi 80 ribu benda purbakala.
Pada Selasa sore dua pekan lalu, museum itu tak begitu ramai, meskipun musim liburan sekolah tengah berlangsung. Di lobi terlihat sekitar 20 orang pengunjung, ada yang sedang di depan meja informasi, kafe, toko buku, dan toko cendera mata. Di sisi kanan lobi terdapat sebuah replika kapal Viking sepanjang sekitar 12 meter sebagai bagian dari pameran ”Viking dalam Sehari”, yang berlangsung selama musim panas ini.
Di sudut kanan museum itulah pusat perhatian pengunjung terarah. Di sana terpacak sebuah fosil ”Neanderthal dari Laut Utara”—fosil Neanderthal pertama yang dimiliki pemerintah Belanda. Fosil Neanderthal itu dipamerkan sejak 16 Juni lalu, sehari setelah Menteri Pendidikan, Kebudayaan, dan Ilmu Pengetahuan Belanda Ronald Plasterk mengumumkan penemuan fosil tersebut di museum ini.
Neanderthal adalah jenis makhluk purba genus Homo yang dikelompokkan baik sebagai subspesies manusia (Homo sapiens neanderthalensis) maupun spesies terpisah (Homo neanderthalensis). Mereka diperkirakan hidup 25 ribu hingga 300 ribu tahun silam. Namanya berasal dari nama desa kecil di lembah Sungai Dussel, 12 kilometer sebelah timur Dusseldorf, Jerman, tempat fosilnya ditemukan pada 1856. Neanderthal ditemukan di Belgia lebih dulu, yakni pada 1829.
Neanderthal memiliki tinggi yang sama dengan manusia modern. Jika dibandingkan dengan manusia sekarang, mereka lebih berotot. Mereka tipe pengumpul dan pemburu yang kuat, yang dapat ditemukan di Eropa Barat hingga Asia. Mereka hidup di daerah yang luas, mulai dari Inggris dan Iberia di bagian barat, Israel di bagian selatan, dan Siberia di bagian timur.
Para ahli mengatakan Neanderthal hidup di daerah dingin. Mereka hidup berkelompok, menggunakan alat dari batu, dan berburu binatang liar. Setelah masuk ke Eropa 40 ribu tahun lalu, Neanderthal digantikan oleh spesies manusia (Homo sapiens) yang berkembang dari Afrika.
Fosil Neanderthal Belanda ditemukan di Pantai Zeeland dan diberi nama Krijn oleh para ilmuwan. Penemuan ini bagaikan kado istimewa karena Krijn adalah bukti pertama bahwa Neanderthal juga hidup di tanah Belanda. Selain itu, meskipun memiliki banyak arkeolog dan paleontolog terkenal seperti Eugene Dubois—penemu fosil Homo erectus di Desa Trinil, Ngawi, Jawa Timur, pada 1891—selama ini negeri tulip itu hanya memiliki beberapa fosil berupa alat-alat dari batu dan tulang binatang yang digunakan oleh Neanderthal.
Krijn sebenarnya hanya berupa potongan tengkorak kepala bagian depan. Bentuknya seperti potongan batok kelapa sepanjang 10 sentimeter. ”Meskipun kecil, banyak hal yang bisa dilihat. Bentuk alis matanya mengindikasikan bahwa ia berjenis kelamin laki-laki. Karena kerutan tengkorak belum tumbuh secara nyata, dapat dikatakan bahwa dia masih muda,” kata Wil Roebroeks, profesor arkeologi dari Universitas Leiden.
Luc Amkreutz, kurator prasejarah di museum itu, menjelaskan Krijn ditemukan secara tak sengaja oleh para pengeruk sampah laut pada 2001. Pengerukan itu dilakukan di sebuah area yang disebut Middeldiep, 15 kilometer dari Pantai Zeeland. Suatu hari seorang pengeruk itu melihat sesuatu. ”Lihat ke sini. Mungkin ada sesuatu yang berguna buatmu. Besok benda-benda ini akan saya buang,” katanya kepada kawannya.
Pengeruk itu ternyata menemukan sepotong tulang unik di antara potongan tulang-belulang dan batu dalam sebuah keranjang hasil pengerukan sampah laut. Potongan tengkorak tersebut akhirnya dikenali oleh Luc Anthonis, kolektor dari Belgia, sebagai sesuatu yang menyerupai tulang manusia.
Temuan itu lantas diteliti oleh sebuah tim yang dipimpin Jean-Jacques Hublin, arkeolog Prancis dari Max Planck Institute for Evolutionary Anthropology di Leipzig, Jerman, yang bekerja sama dengan Profesor Wil Roebroeks, Profesor Chris Stringer dari Inggris, dan lain-lain. Penemu dan arkeolog amatir juga terlibat dalam penelitian tersebut. Hasil penelitian mereka rencananya akan diterbitkan sebagai artikel bertajuk ”Out of the North Sea: The Zeeland Ridges Neanderthal” di Journal of Human Evolution.
Meski temuan ini tergolong spektakuler, sang penemu fosil tidak mendapat hadiah khusus dari pemerintah. ”Fosil tersebut tetap dimiliki pribadi. Penemunya sangat baik, sehingga dia bersedia meminjamkan fosil itu ke museum untuk ditampilkan ke publik,” ujar Amkreutz.
Penelitian awal fosil ini telah menghasilkan beberapa temuan. Menurut Amkreutz, penelitian isotop atau analisis kimia terhadap fosil ini menunjukkan Neanderthal ini adalah karnivora atau pemakan daging. Penelitian juga menunjukkan bahwa fosil itu lebih mungkin berasal dari tengkorak Neanderthal daripada tengkorak manusia modern, karena persis dengan tengkorak Neanderthal yang ditemukan di Prancis.
Menurut Amkreutz, ada bukti bahwa di tengkorak tersebut terdapat tumor. Ini bukti pertama adanya penyakit pada Neanderthal. Ini mengindikasikan adanya persamaan perkembangan antara spesies mereka dan spesies kita. ”Penemuan ini menjadi penting bagi studi paleontologi,” ujar Amkreutz.
Museum Purbakala Belanda menyatakan penemuan Krijn sebagai ”tonggak baru dalam arkeologi dan kepurbakalaan Belanda”. ”Di negeri kami tidak ada gua yang ideal untuk tempat tinggal manusia Neanderthal, jika dibandingkan dengan misalnya Jerman, Prancis, dan Belgia, sehingga fosil tidak terpelihara dengan baik,” ujar Amkreutz.
Penemuan fosil di dasar laut pun dianggap luar biasa. ”Fosil ini mengindikasikan keberadaan daratan yang terkubur pada zaman es dan di bawah dasar laut sekarang. Pada saat Neanderthal ini hidup di suatu tempat 40 ribu hingga 100 ribu tahun lalu, orang dapat berjalan dari Amsterdam ke London,” kata Amkreutz.
Penemuan ini juga memiliki arti penting bagi sejarah geologi. ”Para peneliti mencatat bahwa permukaan air laut saat ini jauh lebih tinggi dibandingkan 500 ribu tahun lalu. Artinya, dasar Laut Utara dulunya adalah daratan kering yang dihuni oleh banyak spesies mamalia. Penemuan ini menunjukkan bahwa selama zaman es, air mengumpul atau terkonsentrasi menjadi penutup kutub (selatan/utara) dan sungai es (gletser),” ujarnya.
Laut Utara waktu itu, kata dia, merupakan lembah yang rendah dan kering. Di lembah ini sungai besar mengalir ke Laut Utara. Sungai-sungai yang ada sekarang di Belanda—Meuse, Rhine, Scheldt, dan Thames—adalah anak cabang sungai besar itu. Di dataran itu hidup tumbuh-tumbuhan rendah dan kawanan mamut, rusa kutub, bison, badak berbulu tebal, dan lain-lain. ”Lokasi ini merupakan lahan berburu yang bagus bagi Neanderthal,” katanya.
Apakah ini berarti para paleontolog dan arkeolog nantinya akan menggali dasar laut? ”Penggalian akan sulit. Namun pengeboran dan pemantauan yang dikombinasikan dengan riset geologi akan menghasilkan informasi baru. Ini penting karena dasar Laut Utara secara terus-menerus digunakan untuk mengeruk kerang, pasir, untuk kabel, pelabuhan, dan lain-lain,” ujarnya.
Meski demikian, banyak pihak berharap agar penemuan penting ini mendorong penelitian lebih lanjut terhadap Laut Utara. ”Dasar Laut Utara menyimpan informasi yang sangat penting tentang perubahan iklim dan dampak lingkungan. Juga menunjukkan bagaimana sungai-sungai bekerja sebelum ada campur tangan manusia. Dan sekarang, seperti ditunjukkan oleh penemuan ini, jadi tempat tinggal manusia yang pernah menjelajahi dataran ini,” kata Profesor Chris Stringer dari Natural History Museum, London.
Karena itulah para ilmuwan Belanda berharap dapat meyakinkan pemerintah agar menginvestasikan dana untuk meneliti kekayaan Laut Utara. Supaya semakin banyak ditemukan kado dari Laut Utara.
Kurniawan, Yohanes Widodo (Leiden), BBC News
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo