Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Sejarah di bawah kedungombo

Baru sebagian kecil benda purbakala di kedungombo telah digali. kawasan kedungombo ditenggelamkan untuk proyek pembangunan waduk. padahal di daerah itu ditemukan banyak situs purbakala berharga.

8 April 1989 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DI sela-sela hiruk-pikuk yang pindah dan yang protes di Kedungombo, ada kesibukan lain. Yakni penyelamatan benda-benda bersejarah dari kawasan genangan oleh para arkeolog. Para ahli benda purbakala itu berhasil mengumpulkan sejumlah data sejarah yang cukup penting, berupa tulang-tulang mamalia purba, porselin Cina dari dinasti Tang-Sung abad ke-10, hingga limbah pengecoran besi dari abad-abad silam. Kegiatan dimulai sejak April t984 oleh tim Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, Jakarta. Mereka memusatkan penggaliannya di lembah Sungai Kedung Uter dan Kali Serang. Kedua Sungai itulah pemasok air untuk Waduk Kedungombo. Pada masa lalu kedua sungai itu dipakai sebagai jalur lalu lintas, dari pesisir utara Jawa ke ibu kota Mataram. Dari data sejarah itulah timbul dugaan, tentunya di daerah itu menyimpan peningalan bersejarah. Benar saja. Dari penggalian pada 10 lokasi di sepanjang Sungai Serang dan Kedung Uter, ditemukan 130 spesimen tulang hewan mamalia purba. Sayang, dari jumlah itu hanya 71 spesimen yang bisa diindentifikasi. Selebihnya gelap. Sebagian besar spesimen yang telah dikenali itu berupa geligi dan tulang paha sapi purba, serta tanduk dan gigi rusa kuno. Juga tulang gigi badak, gigi dan tulan paha banteng. Pada eksplorasi 1988, tim arkeologi itu berhasil pula mendapatkan spesimen pelengkap berupa fosil rahang babi, kaki badak, rahang gajah, dan gigi buaya. Semuanya diperkirakan berasal dari zaman nun jauh 2 juta tahun silam. Jejak pengecoran logam masa silam juga dijumpai pada penggalian itu. Kegiatan "industri" logam itu ditandai oleh adanya serpihan kerak besi yang berpori, berat, dan berpermukaan tajam. Diduga, kerak besi itu sisa-sisa pembakaran logam dengan suhu tinggi untuk membuat pedang, keris, atau perkakas pertanian. Usaha pandai besi membuat pelbagai perkakas, termasuk senjata tajam, rupanya juga cukup menonjol di Kedungombo. Itu ditandai dengan ditemukannva sisa-sisa tanah liat yang menggumpal tak beraturan dengan diameter sekitar 2,5 cm, keras, dan berwarna cokelat-kemerahan. Sejauh ini temuan di situs Ngargomulyo belum diungkapkan asal-usul zamannya. Sisa-sisa gerabah masa lalu, perkakas rumah tangga (cawan, periuk nasi, kendi, dan sebagainya) dari tanah liat yang dibikin lewat pembakaran bersuhu rendah, dijumpai di 11 lokasi, dan 15 situs yang diteliti. Ada 247 potong serpihan gerabah yang ditemukan, 47 potong di antaranya berupa gerabah halus. Situs Kedungombo itu juga menyimpan banyak serpihan keramik kuno. Ada porselin Cina warna hijau-kekuningan yang berasal dari dinasti Tang atau Sung abad ke-10. Ada potongan keramik warna putih susu, dengan glasir mengkilat, dari dinasti Yuan, abad ke-13. Ada pula keramik biru-putih, berornamen daun-daunan, dari dinasti Ming abad ke-14 sampai 17. Kawasan Kedungombo mulai disentuh tangan arkeolog pada 1980, lewat kerja sama Arkeologi Nasional dengan sebuah lembaga arkeologi Prancis. Menjelang pembangunan waduk dimulai, Arkeologi Nasional kembali mengirim tim, April-Mei 1984, untuk membuat studi kelayakan soal waduk. Ketika itulah kawasan Kecamatan Miri dan Sumberlawang digarap dengan serius, dan ternyata ditemukan benda-benda penting. Maka, tim studi kelayakan itu dalam laporan ilmiahnya menyimpulkan, "Daerah Kedungombo belum dapat ditenggelamkan." Waktu terus berjalan, dan pada pertengahan Januari lalu, pintu dam waduk mulai ditutup. Hingga elevasi air di atas 80 meter kini, ke-15 situs penting di Kedungombo hampir seluruhnya telah terbenam. Padahal, "Baru sebagian kecil yang didokumentasikan," tutur Prof. R. Panji Soejono, ahli arkeologi dari Arkeologi Nasional, pengarah riset Kedungombo. Sayang, memang. Soal situs tertelan proyek pemerintah memang tak cuma di Kedungombo. Di Kabupaten Limapuluh Koto, Sumatera Barat, "tiga situs tak bisa diselamatkan," kata Surya Helmi, pejabat pada Bidang Permuseuman dan Purbakala Kanwil P & K provinsi tersebut. Pada situs itu terdapat menhir, tumpukan batu sederhana untuk upacara pemujaan dewa, yang berasal dari zaman prasejarah. Salah satunya berada di situs Sopan Tanah di Kecamatan Suliki. Situs prasejarah seluas 1 ha itu tergusur oleh bangunan SMP Inpres, pada 1984. "Rakyat perlu tanah buat gedung sekolah, tak tersedia tanah alternatif," tutur Surya. Maka, digusurlah batu-batu menhir itu. "Ini memang pilihan pahit," katanya. Pembangunan waduk untuk PLT Koto Panjang, Kabupaten Kampar Riau, selain menggusur 3.500-an KK juga nyaris menengelamkan situs Muara Takus, tempat berdirinya Candi Mahligai. Waduk pembangkit listrik 114 MW ini, yang akan dibangun pada 1991 nanti, akan membendung Sungai Kampar dan membuat genangan di lahan seluas 124 km2, dua kali luas Kedungombo. Menurut rencana semula, elevasi air waduk akan setinggi 90 meter dari permukaan air laut. Ini berarti Candi Mahligai, yang berada pada elevasi 86.75 m, akan tenggelam. Sebelum itu terjadi, "Kami, para arkeolog, meminta agar pemenntah mnciutkan kawasan genangan waduk," tutur Surya, alumnus arkeologi UGM yang ikut dalam rombongan arkeolog Indonesia, 19(85, meninjau Candi Mahligai yang telah berumur lebih dari 10 abad itu. Untunglah, pemerintah mengalah. Evaluasi waduk pun diturunkan menjadi 85 m. Candi Mahligai selamat. Ini, sebagaimana peningalan purbakala yang lain, dianggap penting karena menyimpan sejarah masa lalu.Putut Tri Husodo, Priyono B. Sumbogo & Affan Bey Hutasuhut

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum