KALAU dinyatakan ada zat yang bisa merangsang tanaman agar
tumbuh lebih subur, banyak orang besikap skeptis--masih
teringat peristiwa yang sempat menghebohkan lima tahun lalu
sekitar "guci wasiat" atau bodem corrector bikinan orang
Belanda, J. Bron. Kini muncul Cytozyme, zat yang konon pula bisa
membuat tanaman jadi subur. Zat itu penemuan Dr. Gehrkens dari
San Diego, California di Amerika Serikat, tahun 1968.
Tapi berbeda dengan "guci wasiat" mekanisme kerja Cytozyme bukan
misteri. Penemuan Gehrkens itu didasarkan pengetahuan yang
semakin dalam tentang biokimia dan mikrobiologi, khususnya
tentang unsur genetika seperti DNA (deoxyribonucleic acid) dan
RNA (ribonucleic acid). Sejak dua tahun lalu, Cytozyme--yang
kemudian diproduksi Cytozyme Laboratories Inc. di Salt Lake
City, Utah, AS--diperkenalkan di Indonesia .
Berlipat Ganda
Musim tanam tahun lalu, Cytozyme sudah dicoba pada 17 lokasi
persawahan di Kabupaten Karawang. Petani daerah itu dengan akrab
mengubah nama itu menjadi Si-Tosim. "Hasilnya cukup
menggembirakan," tulis Prof. Dr. Ir. Gunawan Satari pekan lalu,
menjawab pertanyaan TEMPO. Ahli agronomi dari Unpad itu dua
tahun lalu sempat aktif melakukan penelitian atas Si-Tosim di
Lembaga Penyelidikan dan Pengembangan Tanaman Pangan di
Sukamandi, Jawa Barat.
Apapun Si-Tosim, ia jelas bukan sejenis pupuk baru, melainkan
sejenis bioaktivator yang mampu merangsang berbagai proses
pertumbuhan penting dalam tubuh tanaman. Ini tercapai melaiui
empat komponen aktif dalam ramuan Si-Tosim itu Antaranya zat
hara mikro yang secara biologis dibuat siap pakai, berbagai
enzima yang mempermudah dan mempercepat berbagai proses
metabolisma tanaman, unsur asam amino dan sejenisnya serta unsur
pengendali aneka ragam proses seperti misalnya pembentukan
selulosa atau penyerapan dan penyebaran air sumber ion bermuatan
listrik.
Ramuan Si-Tosim itu dibuat lerutama melalui sejumlah tahap
peragian yang melibatkan dan memanfaatkan sifat sejumlah bakteri
tertentu. Proses biokimia, yang jelimet dan harus amat cermat
itu, bisa pula dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan khusus.
Misalnya untuk aplikasi pada lahan pertanian, pada benih tanaman
atau pada saat tanaman sudah dewasa. Bahkan ada yang khusus
untuk jenis tanaman tertentu, misalnya jeruk atau pohon jenis
cemara.
Keunikan enzim Si-Tosim ini ialah pemakaiannya yang sangat
sedikit, yaitu 450 ml setiap hektar tanaman. Maka kesulitan yang
timbul bagi produsennya di Amerika justru pada menumbuhkan
kepercayaan petani bahwa bahan yang se dikit ini bisa
menghasilkan panen yang berlipat ganda.
Di Indonesia, karena harganya yang relatif mahal--Rp 30.000 per
liter, sulit bagi petani memperoleh Si-Tosim itu.
Meski begitu Abdurachman, petani di Desa Tegalwaru, Karawang,
kebagian mencoba Si-Tosim pada 1l2 hektar sawahnya. Hasilnya?
"Alhamdulillah," ujar Abdurrachman puas.
Tanpa Si-Tosim, sawah Abdurachman biasanya menghasilkan 10,3 ton
per hektar (ubinan--tak terhitung pematang). Setelah pakai
Si-Tosim, produksinya menjadi 13,52 ton. Kenaikan 31,3% yang
termasuk lumayan!
Kabupaten Karawang mem ang dijadikan proyek percobaan pertama
Si-Tosim pada musim tanam tahun 1980-1981 oleh Departemen
Pertanian bersama PT Yunawati, importir dan agen tunggal
Si-Tosim. Seluas 400 hektar sawah di daerah itu dicoba dengan
tiga kali masa penyemprotan. Pertama, pada masa usia padi tujuh
hari. Kedua, pada masa primordia (kuncup) atau 35 hari. Dan
ketiga, merupakan gabungan kedua cara di atas. "Yang paling
bagus hasilnya ternyata pada masa primordia," kata Tatang
Sukanta Kepala Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kecamatan
Cilamaya, Karawang.
Keberhasilan uhun lalu itu merangsang Departemen Petanian untuk
memperluas wilayah percobaan. Untuk musim tanam 1981-1982 ini
pemerintah menetapkan delapan provinsi sebagai tempat percobaan
-- Lampung, Sumatera Selatan, Sulawesi Selatan, Sumatera Barat,
Jawa Tengah, sali dan Jawa Barat. Seluruhnya seluas 2000 hektar
sawah.
Hasilnya macammacam. Di Kabupaten Tabanan dan Badung, Bali,
Si-Tosim dicobakan pada 15 hektar sawah penduduk. Sebagian besar
sawah percobaan itu belum panen. Namun satu hektar sawah yang
sudah panen di situ hanya menghasilkan kelebihan 400 kg saja
dibandingkan dengan yang tidak memakai Si-Tosim. "Tetapi itu kan
data sementara, belum mencerminkan keseluruhan," kata Ir. Sady
Rosady, petugas penyuluhan Kabupaten Badung.
Ada pula percobaan yang gagal total. Misalnya, "tidak ada
pengaruhnya untuk produksi di sini," ujar Hari, staf Sub Dinas
Produksi pada Dinas Pertanian Ja-Teng. Padahal semua cara yang
diinstruksikan Departemen Pertanian sudah dilakukan para petani
daerah itu. Termasuk padi IR 36 itu disemprot satu kali dengan
Si-Tosim pada masa primordia dan akar bibitnya direndam 5 jam
dalam zat ajaib itu. "Mungkin karena hujan, Cytozyme tak
berpengaruh," duga Hari.
Di berbagai daerah lain seperti Sumatera Utara dan Sumatera
Selatan, belum diperoleh angka yang pasti atas percobaan itu.
"Wah belum bisa diperkirakan sekarang karena belum panen," ujar
B. Sinulingga, Wakil Kepala Dinas Pertanian Sum-Ut.
Adanya berbagai ragam hasil percobaan itu dibenarkan pula oleh
Prof. Gunawan Satari. "Walaupun beberapa lokasi tidak memberikan
kenaikan yang berarti, (percobaan itu) tidak menimbulkan
pengaruh negatif," tulisnya. Perbedaan respons tanaman terhadap
SiTosim, menurut guru besar itu, juga terlihat dari perbedaan
varietas padi yang dicoba. Tetapi, menurut dia, secara
keseluruhan hasil panen dari sawah percobaan naik 6 sampai 18%.
"Sebab itu perlu penelitian lebih lanjut," tulisnya lagi.
Si-Tosim sampai saat ini belum diperjualbelikan dan baru taraf
percobaan. PT Yunawati sendiri masih menunggu hasil percobaan di
musim tanam tahun ini. Kalau berhasil yang kedua ini kami akan
membuka pabrik di lndonesia," kata W.A. Mohede, manajer PT
Yunawati. Sebab untuk mengimpornya, perusahaan yang ditunjuk
sebagai agen tunggal Si-Tosim di Indonesia ini merasa terlalu
banyak memakan waktu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini