KEDENGARANNYA kok mokal. Mana ada seksi begituan? Airmuka orang
Jepang yang netral, sukar diduga makna terkandung, mengingatkan
kita pada selembar blangko cek. Ini mengharuskan penduduk
senantiasa bertanya-tanya dan sekaligus waspada. Seorang Nippon
kapan waktu bisa segera menjelma menjadi transistor, menjadi
prahoto, menjadi video, mesin cuci atau mesin giling. Persis
pada saat penjelmaan itulah isi kantung kita terkuras
habis--kita menjadi konsumen kesurupan yang sampai-sampai bisa
utang pada mertua. Walhasil Jepang itu semacam jin bikinan
pabrik yang bertugas khusus mengisi seluruh ruang toko di bumi
ini. Jangan-jangan cikal-bakal dewa Jepang merangkap bankir.
Tapi, sopan-santun melarang kita punya sangka buruk
berkelebihan. Nikkyo Niwano-san kelahiran Tokamachi tidaklah
serupa dengan nippon-nippon lain. Tentu dia tahu duit, tapi
tidak dikecupnya siang dan malam. Ada lain perkara yang
dipandangnya penting: kedamaian rohaniah. Apa guna dia dirikan
Rissho Koosi-kai tahun 1938 berdasarkan Buddha kalau dia
tergolong mata duitan? Apa guna dia mendorong The Brighter
Society Movement tahun 1969 yang bertujuan semacam "kerukunan
beragama" kaIau dia tidak menggelantung pada arti penting
rohaniah buat perdamaian dan kebahagiaan manusia?
Mendingan dia bikin pabrik onderdil atau game and watch yang
bisa memuyengkan dan senewen. Buat apa dia capek-capek tukar
pikiran dengan Paul VI di Vatikan atau mengetuai kongres pertama
World Conference on Religion and Peace di Kyoto tahun 1970?
Nippon yang satu ini punya indera lain.
Didirikannya Yayasan Perdamaian Niwano, bertujuarl menggalang
perdamaian dunia lewat antara lain galang dan saling dekat
pelbagai agama--khusus di kalangan angkatan muda. Lebih jauh
dari itu, Yayasan bermaksud beri hadiah Niwano Peace Prize buat
perorangan atau organisasi yang berjasa dalam penggalangan
hubungan baik antaragama. Perkara dari mana uangnya, bukan
urusan saya. Yang terang, anggota pengurusnya ada juga terdiri
dari cukong seperti Akira Gonda Presdir PT Tachibana Sangyo,
Kichiemon Takemura dari Asuransi Yasuda, Kinzo Takemura direktur
penerbit Kosei. Tak salah lagi, mereka berpegang erat-erat pada
tujuan mulia Indonesia "membentuk manusia seutuhnya".
Negeri kita yang gemar soal-soal kerukunan begini tentu saja
tidak tinggal diam. Seraya mengempit sambutan tertulis Menteri
Agama Alamsyah setebal 28 halaman, berangkatlah delegasi hadiri
konperensi Religion in Action for Peace di New Delhi awal
November '81. Perkara diskriminasi, ketidakaturan dan kekerasan
akan jadi masalah pembicaraan utama. Lokakarya --yang sudah jadi
kegemaran universal--akan diadakan perihal sebab-musabab
ketegangan di Asia, agama dan pendidikan, serta tentu saja agama
dan media massa. Bermodalkan pengalaman bangun tidur di
lokakarya, utusan awak tak syak akan menjadi "suhu" nya
perguruan.
Jika ada sisa waktu, tak ada salahnya beri sedikit pengarahan
kepada pihak Mppon supaya model semacam Nikkyo Niwano itu lebih
banyak diprodusir, sehingga kepintarannya yang berlebih berkat
mengunyah rumput laut, kerang hijau dan ubur-ubur haruslah
diimbangi kematangan rohaniah tanpa menambah agama-agama baru
yang menggelikan semacam "agama listrik" atau "agama tilpun".
Dengan satu Khomeini dunia sudah cukup pening. Jangan cari ulah
baru.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini