Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Teknologi pemindai ultrasound bisa dipakai untuk membuat citra tulang tiga dimensi.
Citra tulang biasanya dibuat dengan bantuan perangkat sinar-X yang berisiko mengeluarkan radiasi.
Pemindai gelombang suara lebih aman dan murah dipakai.
DOSEN informatika Politeknik Elektronika Negeri Surabaya, Tita Karlita, mengembangkan fungsi pencitraan di dunia medis menggunakan teknologi gelombang suara (ultrasound). Dia merancang sistem pencitraan ultrasound untuk merekonstruksi kontur luar tulang (bone outer counter) secara tiga dimensi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tita mengatakan pencitraan tulang itu menggunakan perangkat ultrasound dua dimensi (2D) konvensional. “Sekumpulan gambar yang dihasilkan kemudian diolah untuk merekonstruksi tulang. Hasilnya adalah rekonstruksi tulang dalam bentuk 3D,” kata Tita pada Selasa, 10 Maret lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Metode ini dibahas dalam disertasi Tita yang dipresentasikannya dalam sidang terbuka promosi doktor di Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya, pada 25 Februari lalu. Dia memperkenalkan sistem pencitraan tiga dimensi dengan ultrasound yang dinamai Neuron.
Menurut Tita, standar terbaik selama ini dalam pencitraan tulang adalah computerized tomography (CT). Meski demikian, metode yang menggunakan bantuan sinar-X tersebut memiliki risiko paparan radiasi yang tinggi. Akibatnya, frekuensi penggunaan metode tersebut untuk manusia dibatasi.
Sejauh ini, metode ultrasound belum disarankan untuk pencitraan tulang. Namun, menurut Tita, ultrasound memiliki sejumlah kelebihan, antara lain tidak memancarkan radiasi, banyak terdapat di sejumlah fasilitas kesehatan, dan biayanya lebih murah. Hal ini yang menjadi dasar Tita meneliti lebih jauh manfaat ultrasound dalam program doktoralnya.
Perangkat ultrasound tiga dimensi biasanya terdapat di rumah sakit modern. Cara kerjanya di belakang layar pun hampir sama dengan sistem Neuron. Namun alat ultrasound tiga dimensi hanya melakukan pemindaian dan rekonstruksi tanpa segmentasi.
Adapun Neuron berusaha menghilangkan gangguan-gangguan citra otot atau tendon sehingga target merekonstruksi kontur tulang bisa dicapai. Menurut Tita, metode ini juga berbeda dengan ultrasonography (USG) tiga dimensi yang digunakan untuk memindai organ tubuh.
Pencitraan kontur tulang tiga dimensi ini bisa diaplikasikan di bidang antropologi forensik. Dalam antropologi, tulang dipakai sebagai salah satu obyek untuk mengidentifikasi individu. Data yang dibutuhkan sangat banyak.
Keterbatasan metode CT dalam pengambilan banyak sampel itulah yang bisa ditutupi oleh pemindaian ultrasound tiga dimensi. “Ultrasound dapat dijadikan alternatif,” ujarnya.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo