Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sains

Studi Greenpeace-UI: Mikroplastik dalam Tubuh Berisiko Turunkan Fungsi Kognitif Otak

Individu dengan paparan mikroplastik tinggi memiliki risiko mengalami penurunan fungsi kognitif hingga 36 kali lipat.

23 Februari 2025 | 19.19 WIB

Ahli Saraf Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dr. Pukovisa Prawirohardjo (kiri), Peneliti Plastik Greenpeace Indonesia Afifah Rahmi Andini (tiga kanan), Peneliti dan dosen Departemen Kimia FMIPA Universitas Indonesia (UI) Dr. Agustino Zulys (kanan) dalam peluncuran riset dampak mikroplastik ke kemampuan kognitif di M Bloc Space, Jakarta, 23 Februari 2025. Tempo/Defara
Perbesar
Ahli Saraf Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dr. Pukovisa Prawirohardjo (kiri), Peneliti Plastik Greenpeace Indonesia Afifah Rahmi Andini (tiga kanan), Peneliti dan dosen Departemen Kimia FMIPA Universitas Indonesia (UI) Dr. Agustino Zulys (kanan) dalam peluncuran riset dampak mikroplastik ke kemampuan kognitif di M Bloc Space, Jakarta, 23 Februari 2025. Tempo/Defara

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Greenpeace Indonesia bersama Universitas Indonesia (UI) meluncurkan hasil riset terbaru yang menemukan bahwa paparan mikroplastik di dalam tubuh manusia berisiko menyebabkan gangguan kognitif. Penelitian yang dilakukan sejak Januari 2023 hingga Desember 2024 ini menunjukkan bahwa individu dengan paparan mikroplastik tinggi memiliki risiko mengalami penurunan fungsi kognitif hingga 36 kali lipat dibandingkan mereka yang terpapar dalam jumlah rendah.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Ahli Saraf Fakultas Kedokteran UI dr. Pukovisa Prawirohardjo menjelaskan bahwa penelitian ini membandingkan kelompok dengan tingkat paparan mikroplastik yang berbeda dan menemukan korelasi signifikan terhadap fungsi kognitif.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Tahap pertama studi ini dilakukan melalui survei untuk mengidentifikasi kelompok masyarakat yang rentan terhadap paparan mikroplastik dan pola konsumsi plastik pada 562 responden. Di tahap kedua, penelitian dilakukan dengan analisis kadar mikroplastik dalam urin, darah, dan feses para partisipan terpilih untuk melihat hubungan antara kadar mikroplastik dalam tubuh dan fungsi kognitif mereka.

“Jadi kami bandingkan ya teman-teman dari desil 1 lawan desil 10, mereka yang scoring-nya tinggi itu ternyata 36 kali lipat lebih berisiko untuk mengalami gangguan kognitif dibandingkan yang score totalnya rendah. Jadi ini angka yang tinggi,” kata Pukosiva dalam acara diskusi di M Bloc Space, Jakarta, Ahad, 23 Februari 2025. 

Analisis laboratorium menemukan bahwa mikroplastik terdeteksi dalam 95 persen sampel dari 67 partisipan penelitian. Kadar mikroplastik yang ditemukan dalam darah berkisar 0 hingga 7,35 partikel per gram, sementara dalam urin jumlahnya sekitar 0 hingga 0,33 partikel per mililiter, serta dalam feses berkisar 0 hingga 44,35 partikel per gram.

Penelitian ini juga mengidentifikasi bahwa jenis mikroplastik yang paling banyak mengontaminasi tubuh partisipan adalah Polyethylene Terephthalate (PET), dengan total 204 partikel terdeteksi. PET dapat bersumber dari penggunaan kemasan plastik sekali pakai seperti botol minuman, kemasan makanan siap saji, botol produk perawatan tubuh, hingga serat pakaian dan karpet. 

“Kalau kemudian kita telaah terkait jenis mikroplastiknya, jenis PET punya hubungan bermakna. Jadi kalau ketemu PET dalam darah, maka didapatkan OR-nya 3,9 atau sekitar 4 kali lipat. Mereka yang ada PET di dalam darah punya risiko 4 kali lipat mengalami gangguan kognitif dibandingkan yang tidak ada,” kata Pukovisa.

Peneliti dan dosen di Departemen Kimia FMIPA UI, Dr. Agustino Zulys, menegaskan bahwa permasalahan mikroplastik tidak bisa diremehkan. “Ini betul-betul suatu yang sangat penting. Kita tahu apa itu mikroplastik, ukurannya di bawah 5 mm, kecil-kecil sekali,” ujarnya. 

Agus menjelaskan bahwa mikroplastik bisa ditemukan di berbagai lingkungan, termasuk perairan seperti laut, danau, sungai, hingga air yang dikonsumsi manusia. Bahkan, partikel ini juga terdeteksi di dalam tanah dan udara. “Di udara ini karena banyaknya sampah plastik yang terurai akibat UV, radiasi, panas, dan sebagainya. Baju kita ini yang mengandung polystyrene dan sebagainya pun juga,” katanya. Oleh karena itu, dia menekankan pentingnya metodologi yang valid dalam penelitian mikroplastik. 

Sementara itu, peneliti plastik Greenpeace Indonesia, Afifah Rahmi Andini, menyoroti pertumbuhan produksi plastik di Indonesia sebagai salah satu penyebab utama tingginya kontaminasi mikroplastik di lingkungan. “Penyebab pertama kenapa di lingkungan banyak sekali mikroplastik dan juga di tubuh kita, salah satunya adalah pertumbuhan produksi plastik di Indonesia yang sangat tinggi. Jadi tahun 2025 angka produksi kita itu diproyeksikan sekitar 7 juta sekian metrik ton per tahun,” ujarnya.

Afifah menjelaskan bahwa produksi plastik di Indonesia meningkat sekitar 30 persen sejak 2019 dan diperkirakan akan terus bertambah hingga 2030. Dari jumlah tersebut, sekitar 35 persen digunakan untuk plastik kemasan, termasuk botol air minum dalam kemasan (AMDK), plastik sachet, serta kemasan makanan dan minuman. “Mikroplastik kita ini paling tinggi di dunia karena intake kemasan plastiknya sendiri juga paling tinggi,” tuturnya.

Dia juga menyoroti bahwa durasi penggunaan plastik kemasan sangat singkat, sering kali kurang dari satu hari, sebelum akhirnya menjadi sampah yang mencemari lingkungan. Dengan produksi plastik yang terus meningkat, sementara kapasitas pengelolaan sampah masih terbatas, konsekuensi yang terjadi adalah meningkatnya pencemaran mikroplastik di berbagai aspek kehidupan, termasuk lingkungan dan kesehatan manusia.

Menurut Greenpeace, hasil riset ini memperkuat urgensi pengurangan penggunaan plastik sekali pakai dan perlunya regulasi yang lebih ketat dalam pengelolaan sampah plastik di Indonesia.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus