Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Susu Plus Untuk Prihatini

Prihatini anak dari Inem dan Item. Dilahirkan di Gelanggang Samudra Jaya Ancol. Panjang badan 70 cm. Inem mendapat vitamin untuk menyuburkan air susunya. (ilm)

10 Februari 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
material-symbols:fullscreenPerbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

NEM melahirkan. Mereka di Gelanggang Samudera Jaya Ancol luar biasa bergembira. Sampai diadakan selamatan di sana -- lengkap dengan acara memotong tumpeng, ketika si bayi genap sepasar (5 hari). Inem Ya, lumba-lumba betina yang ditangkap di perairan Kepulauan Karimunjawa. Ia dan suaminya, Item, mendapat kehormatan betul. Tak kurang dari Gubernur DKI Tjokropranolo sendiri datang memberi selamat dan memilih nama Prihatini pekan lalu untuk penghuni baru di Ancol itu. Diterima pula suara ucapan selamat dari Makua, gorila yang pindah dari negeri Belanda atas nama rekan-rekannya di Kebun Binatang Surabaya. Waktu itu Jakarta sedang prihatin karena dilanda banjir. Itulah sebabnya bayi lumba-lumba oleh Gubernur disebut Prihatini. Kebetahannya di air kolam Ancol, seperti juga tampak melalui kamera TVRI, tidak diragukan. Di kolam bundar yang bergaris-tengah Ik. 6 m, ia selalu berenang mengikuti ibunya, malah seakan-akan menempel walaupun tak sedang menyusu. Ketika baru lahir, 21 Januari, Prihatini sudah sepanjang 70 cm tapi berenangnya masih ngawur -- adakalanya membentur dinding kolam. Agar bayinya tak puyeng, Inem buru-buru memalangkan tubuhnya. Inem cukup berakal untuk melindungi anaknya dari dinding yang keras itu. Inilah pertama kalinya Gelanggang Samudera Ancol berhasil membiakkan mamalia air koleksinya. Sebenarnya dua tahun lalu, seekor lumba-lumba botol sempat bunting juga tapi kemudian keguguran. Tahun lalu, hamil pula seekor lumba-lumba air tawar alias pesut Mahakam, tak lama sesudah Inem. Semaya?g dari Mahakam itu akan melahirkan bayi pesut pertama di alam kungkungan --diharapkan April, menyambut Pelita III (TEMPO, 4 Nopember). Dapat Vitamin Masa menyusu bayi lumba-lumba akan berlangsung lebih kurang setahun lamanya. Di alam bebas, proses menyapih (berhenti menyusu) berlangsung secara alamiah. Tapi di kolam Gelariggang Samudera itu, entah bagaimana Prihatini nanti. Sebab air susu si Inem bukan susu sembarangan. Atas petunjuk para dokter hewan dan ahli biologi maritim Ancol, Inem mendapat vitamin tertentu untuk menyuburkan air susunya. Kapsul vitamin itu diselipkan dalam ikan segar yang merupakan makanannya sehari-hari. Jadi, ada kemungkinan Prihatini bakal ketagihan susu plus itu. Prihatini memang bukan lumba-lumba botol pertama yang lahir di alam kungkungan. Di Hawaii, konon sudah sering. Tapi segi menarik di sini adalah usaha pembiakan satwa air yang langka ini telah dimulai. Ini pernah ditekankan oleh Dr Aprilani Soegiarto, Direktur Lembaga Oseanologi Nasional (LON)/LIPI dalam diskusi kelestarian laut di Gelanggang Remaja Bulungan tahun silam. Katanya waktu itu: "Pembiakan di alam kungkungan (in captivity) juga merupakan usaha memelihara kelestarian jenis-jenis binatang langka." Makanya dia menganjurkan Ancol lebih menekankan segi pembiakan itu, dari pada penangkapan terus-menerus. Lebih-lebih untuk rencana penambahan berbagai jenis satwa laut di daftar binatang langka yang tak boleh diburu, ditangkap, maupun diperdagangkan. Kabarnya daftar itu sedang disiapkan oleh LON bersama Direktorat PPA (Perlindungan & Pengawetan Alam) di Bogor, dan bakal meliputi berbagai jenis mamalia air seperti duyung dan lumba-lumba. Lumba-lumba memang makin sering ditangkap orang. Di Hawaii dan pantai Florida, AS, saudara sepupu paus ini dijadikan atraksi turis, karena dapat dilatih melakukan macam-macam hal. Kurang lebih sama seperti yang telah dilakukan Ancol. Kecerdasan lumba-lumba memang cukup mengagumkan. Makanya, para ahli biologi antariksa pun mempelajari sistim nalar (logika) lumbalumba untuk meraba-raba kemungkinan adanya bentuk kecerdasan lain di jagat raya ini. Sementara itu, para peneliti militer AS juga telah mencoba melatih lumba-lumba dalam operasi anti-kapal selam. Belum diketahui seberapa jauh mereka telah berhasil membujuk sang lumba-lumba berjibaku di bawah muk.l laut ibarat pilot kamikaze Jepang menabrakkan pesawat terbangnya ke kapal perang musuh. Di Amerika, sampai kini belum begitu terdengar protes para pencinta kelestarian margasatwa terhadap penggunaan lumba-lumba dalam riset militer di sana. Namun akhir tahun lalu, ada protes besar-besaran ke alamat para nelayan .Jepang yang telah membantai 400 ekor lumba-lumba di Teluk Kawana, hampir 100 km barat-daya Tokyo. Menurut AP para nelayan Jepang itu, setiap akhir tahun sudah biasa memanen lumba-lumba untuk dijual dagingnya ke pasar. Bangsa Jepang ternyata gemar memakannya, sama doyannya terhadap daging paus. Tapi lumba-lumba hanya beranak seekor dua tahun sekali.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus