NEM melahirkan. Mereka di Gelanggang Samudera Jaya Ancol luar
biasa bergembira. Sampai diadakan selamatan di sana -- lengkap
dengan acara memotong tumpeng, ketika si bayi genap sepasar (5
hari). Inem Ya, lumba-lumba betina yang ditangkap di perairan
Kepulauan Karimunjawa.
Ia dan suaminya, Item, mendapat kehormatan betul. Tak kurang
dari Gubernur DKI Tjokropranolo sendiri datang memberi selamat
dan memilih nama Prihatini pekan lalu untuk penghuni baru di
Ancol itu. Diterima pula suara ucapan selamat dari Makua, gorila
yang pindah dari negeri Belanda atas nama rekan-rekannya di
Kebun Binatang Surabaya. Waktu itu Jakarta sedang prihatin
karena dilanda banjir. Itulah sebabnya bayi lumba-lumba oleh
Gubernur disebut Prihatini.
Kebetahannya di air kolam Ancol, seperti juga tampak melalui
kamera TVRI, tidak diragukan. Di kolam bundar yang
bergaris-tengah Ik. 6 m, ia selalu berenang mengikuti ibunya,
malah seakan-akan menempel walaupun tak sedang menyusu.
Ketika baru lahir, 21 Januari, Prihatini sudah sepanjang 70 cm
tapi berenangnya masih ngawur -- adakalanya membentur dinding
kolam. Agar bayinya tak puyeng, Inem buru-buru memalangkan
tubuhnya. Inem cukup berakal untuk melindungi anaknya dari
dinding yang keras itu.
Inilah pertama kalinya Gelanggang Samudera Ancol berhasil
membiakkan mamalia air koleksinya. Sebenarnya dua tahun lalu,
seekor lumba-lumba botol sempat bunting juga tapi kemudian
keguguran. Tahun lalu, hamil pula seekor lumba-lumba air tawar
alias pesut Mahakam, tak lama sesudah Inem. Semaya?g dari Mahakam
itu akan melahirkan bayi pesut pertama di alam kungkungan
--diharapkan April, menyambut Pelita III (TEMPO, 4 Nopember).
Dapat Vitamin
Masa menyusu bayi lumba-lumba akan berlangsung lebih kurang
setahun lamanya. Di alam bebas, proses menyapih (berhenti
menyusu) berlangsung secara alamiah. Tapi di kolam Gelariggang
Samudera itu, entah bagaimana Prihatini nanti. Sebab air susu si
Inem bukan susu sembarangan. Atas petunjuk para dokter hewan dan
ahli biologi maritim Ancol, Inem mendapat vitamin tertentu untuk
menyuburkan air susunya. Kapsul vitamin itu diselipkan dalam
ikan segar yang merupakan makanannya sehari-hari. Jadi, ada
kemungkinan Prihatini bakal ketagihan susu plus itu.
Prihatini memang bukan lumba-lumba botol pertama yang lahir di
alam kungkungan. Di Hawaii, konon sudah sering. Tapi segi
menarik di sini adalah usaha pembiakan satwa air yang langka ini
telah dimulai. Ini pernah ditekankan oleh Dr Aprilani Soegiarto,
Direktur Lembaga Oseanologi Nasional (LON)/LIPI dalam diskusi
kelestarian laut di Gelanggang Remaja Bulungan tahun silam.
Katanya waktu itu: "Pembiakan di alam kungkungan (in captivity)
juga merupakan usaha memelihara kelestarian jenis-jenis binatang
langka." Makanya dia menganjurkan Ancol lebih menekankan segi
pembiakan itu, dari pada penangkapan terus-menerus. Lebih-lebih
untuk rencana penambahan berbagai jenis satwa laut di daftar
binatang langka yang tak boleh diburu, ditangkap, maupun
diperdagangkan. Kabarnya daftar itu sedang disiapkan oleh LON
bersama Direktorat PPA (Perlindungan & Pengawetan Alam) di
Bogor, dan bakal meliputi berbagai jenis mamalia air seperti
duyung dan lumba-lumba.
Lumba-lumba memang makin sering ditangkap orang. Di Hawaii dan
pantai Florida, AS, saudara sepupu paus ini dijadikan atraksi
turis, karena dapat dilatih melakukan macam-macam hal. Kurang
lebih sama seperti yang telah dilakukan Ancol. Kecerdasan
lumba-lumba memang cukup mengagumkan. Makanya, para ahli biologi
antariksa pun mempelajari sistim nalar (logika) lumbalumba untuk
meraba-raba kemungkinan adanya bentuk kecerdasan lain di jagat
raya ini. Sementara itu, para peneliti militer AS juga telah
mencoba melatih lumba-lumba dalam operasi anti-kapal selam.
Belum diketahui seberapa jauh mereka telah berhasil membujuk
sang lumba-lumba berjibaku di bawah muk.l laut ibarat pilot
kamikaze Jepang menabrakkan pesawat terbangnya ke kapal perang
musuh.
Di Amerika, sampai kini belum begitu terdengar protes para
pencinta kelestarian margasatwa terhadap penggunaan lumba-lumba
dalam riset militer di sana. Namun akhir tahun lalu, ada protes
besar-besaran ke alamat para nelayan .Jepang yang telah
membantai 400 ekor lumba-lumba di Teluk Kawana, hampir 100 km
barat-daya Tokyo. Menurut AP para nelayan Jepang itu, setiap
akhir tahun sudah biasa memanen lumba-lumba untuk dijual
dagingnya ke pasar. Bangsa Jepang ternyata gemar memakannya,
sama doyannya terhadap daging paus. Tapi lumba-lumba hanya
beranak seekor dua tahun sekali.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini