KOMBINASI yang janggal memang: ahli bedah tengkorak dan sistem
komputer yang diprogram untuk membantu mendisain pesawat
terbang. Tapi kombinasi itu ternyata membuka cakrawala baru di
bidang pembedahan tengkorak kepala dan bahkan bidang pembedahan
lainnya. Sejak beberapa minggu ini, Dr. Jeffrey Marsh dari Pusat
Medis Universitas Washington di St. Louis, AS, punya jadwal
kerja baru. Setiap hari, selama beberapa jam, ahli bedah
tengkorak kepala itu menghadapi layar komputer milik pesawat
terbang McDonnell Douglas Corp.
Seperti dilaporkan majalah Discover bulan ini, teknik Marsh kini
memungkinkan para ahli bedah dengan teliti mempelajari segala
unsur yang menyebabkan kelainan pada tengkorak. Mereka juga bisa
memanipulasi citra tengkorak di layar komputer, melihatnya dari
berbagai sudut, dan melakukan perbaikan yang dianggap perlu.
Dengan kata lain, seluruh operasi bisa dilakukan di atas layar
komputer, tanpa secuil pun menyentuh pasien!
Semua itu dimungkinkan oleh perkawinan dua jenis teknologi baku
yang juga di Indonesia sudah dimanfaatkan: foto sinar-X dengan
peralatan CAT (Computer-Assisted Tomography) dan aplikasi
komputer CADAM (Computer Assisted Design And Manufacturing).
Instalasi CAT di sini dimiliki RS Dr. Hasan Sadikin di Bandung,
RS Pertamina, dan RS Gatot Subroto, di Jakarta. Sementara PT
Nurtanio di Bandung, sejak akhir 1981 mulai memanfaatkan
komputer IBM sistem 4341 dengan program CADAM, yang antara lain
untuk merancang pesawat penumpang CN-325.
Keluaran CAT itu berupa sejumlah gambar irisan kepala atau tubuh
yang dihasilkan dengan penyinaran seberkas sinar-X. Tapi berbeda
dengan peralatan ronsen biasa, berkas itu tak direkam oleh film,
melainkan diukur oleh alat ukur radiasi. Setiap jenis jaringan
meresap radiasi dengan tingkat yang berbeda. Perbedaan tingkat
ini yang diukur, sementara, dengan mengubah arah penyinaran
beberapa kali. Setiap jenis jaringan itu bisa dipastikan
lokasinya bagaikan teknik Orari melacak pemancar gelap.
Semua data dari alat ukur itu diolah komputer, hingga terbentuk
citra irisan, yang bisa disaksikan di layar komputer atau
direkam pada film. Begitulah, lapis demi lapis diselesaikan.
Tapi setiap lapisan baru berupa gambar dwimatra. Untuk
membayangkan keadaan sebenarnya, yang trimatra, masih cukup
sukar dalam praktek. "Kesulitannya, pasien saya tidak teriris
dalam sejumlah lapisan setebal dua milileter," ujar Marsh.
Untung pada tahun 1981, Michael Vannier, bekas ahli teknik dan
radiolog di NASA, melihat kerja Marsh itu. Vannier kemudian
teringat akan aplikasi komputer di NASA untuk pekerjaan
mendisain: CADAM. Alat itu mampu menampilkan bagan grafis dari
masukan besaran dan rumus matematika. Setiap garis lengkung atau
lurus mewakili suatu rumus matematika. Sementara posisi garis
itu dalam ruang dipastikan oleh sumbu koordinat. Gabungan
berbagai garis itu bisa membentuk citra sebuah benda: suku
cadang pesawat atau . . . tengkorak.
Walhasil Marsh dan Vannier mulai bekerjasama. Dan tak lama
kemudian, tim mereka itu diperkuat oleh Jim Warren, dari divisi
perancangan pesawat terbang McDonnell. Percobaan pertama mereka
lakukan dengan memasukkan data dari rangkaian citra CAT seorang
pasien Marsh. Dengan komputer dan program CADAM di McDonnell,
data ini langsung terolah menjadi bentuk trimatra di layar
komputer.
Bagan itu tampak seperti kurungan kawat halus, tapi jelas
terlihat bentuk tengkorak dari depan. Kemudian Warren mengubah
nilai koordinatnya dan bagan itu berputar hingga tampak dari
samping. "Memainkan koordinat secara elektronis," ujar Warren
menjelaskan. Seperti dalang menggerakkan goleknny itu dari
belakang, dari atas, dari bawah, dan akhirnya dari dalam.
Seperti belum cukup meraih kekaguman Warren kemudian
memerintahkan komputernya untuk menggerakkan alat potong. Dalam
sekejap alat mekanis itu memotong sejumlah lempengan aluminium
dan tersusun model tengkorak pasien Marsh. Teknik itu kemudian
digunakan Marsh untuk mempersiapkan pembedahan bayi perempuan,
Lois Eaton, awal tahun ini.
Lois, yang lahir September lalu, menderita kelainan pada
pertumbuhan tengkoraknya. Sebagian tulang muka itu tersambung
hingga tidak tumbuh seperti bagian lainnya. Akibatnya mukanya
membesar sebelah saja. Marsh mempelajari persoalannya dengan
teknik komputer dan kemudian membuat model tengkoraknya dari
bahan lucite yang mirip plastik bening. Sebagai patokan, dia
mengambil bentuk tengkorak sebelah kanan yang tumbuh normal,
hingga tahu persis berapa banyak perubahan yang harus dikerjakan
pada sisi yang tidak normal itu. Lebih dari itu, Marsh sudah
bisa mewujudkan wajah Lois setelah dibenahi, sebelum operasi itu
dilakukan -- sesuatu yang sempat disaksikan orang tua Lois, Jim
dan Ann Eaton.
Tak hanya anak kecil yang beruntung dengan teknik Marsh itu.
Georganne Dale, 33 tahun, mukanya cacat akibat kecelakaan mobil
12 tahun lalu. "Saya sudah dua kali dioperasi dan melacak setiap
teknik baru," ujar wanita itu, "tapi muka saya bertambah gawat."
Awal tahun ini ia bertemu dengan Marsh. "Sekarang saya merasa
normal kembali -- dan seharusnya begitu," katanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini