Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
KEPANIKAN melanda Hong Kong. Di tengah sorotan dunia akibat terinfeksinya 700 orang warga kota—16 orang di antaranya meninggal—oleh virus severe acute respiratory syndrome (SARS), tiba-tiba muncul berita menggemparkan di Mingpao.com, situs portal surat kabar terkemuka di sana. Isinya, pemerintah setempat akan mengumumkan Hong Kong sebagai tempat yang sudah positif terinfeksi SARS.
Berita cepat menyebar di kota berpenduduk tujuh juta jiwa itu. Halaman web Mingpao.com dikirimkan ke mana-mana melalui e-mail dan juga tersebar lewat kabar singkat via short message service (SMS). Warga kota pun menyerbu toko-toko swalayan untuk memborong kebutuhan sehari-hari. Dolar Hong Kong sempat jatuh dan bursa saham ikut terkoreksi.
Padahal semua itu karena berita palsu. Dengan cara meniru format portal Mingpao.com, seorang pecandu Internet berusia 14 tahun menulis sendiri berita tentang SARS, lalu memuat "berita eksklusif" itu di situs pribadinya. Dengan gaya penulisan yang gesit, ia berhasil menciptakan kesan beritanya memang "diambil" dari situs resmi. Orang yang sempat melongok ke situs itu percaya bercampur kaget, mengopinya, lalu mengirimkannya kepada para sejawat dan keluarga.
Untunglah pemerintah setempat cepat tanggap. Bekerja sama dengan semua operator telepon seluler setempat, mereka mengirimkan pesan resmi membantah berita itu. "Kami ingin pesan ini terkirim secepat mungkin untuk menghindari keresahan banyak orang," ujar Terence Yu, juru bicara Biro Perdagangan, Informasi, dan Teknologi.
"Pengumuman via SMS itu sangat berguna, tapi sudah terlambat untuk menenangkan keresahan publik," kata Ada Ko, pekerja kantor berusia 47 tahun. Uniknya, tidak sedikit pula warga yang kaget. "Sebuah pesan yang ngawur," ujar Forrest Kan, mahasiswa berusia 20 tahun, yang sebelumnya tak mengetahui berita palsu itu.
Kasus berita bohong di Internet—sering disebut hoax—yang menimpa Hong Kong itu adalah fenomena mutakhir betapa mudahnya orang teperdaya dengan pesan di dunia maya. Padahal remaja yang kemudian ditangkap itu mengaku hanya iseng. Ia sendiri kaget mengapa orang percaya karena pesan itu ia poskan persis 1 April dalam rangka April mop. "Saya sedang belajar menulis berita, tapi kok begini jadinya," ujarnya kepada polisi.
Kasus serupa terjadi di Seoul, Korea Selatan, empat hari berikutnya. Kali ini yang menjadi target adalah situs CNN.com. Berita palsu yang dibuat tidak main-main: bos Microsoft, Bill Gates, tewas ditembak dalam sebuah acara kemanusiaan di Los Angeles. Celakanya, para wartawan Korea percaya. Tiga televisi Negeri Ginseng itu, MBC, YTN, dan SBS, malah menyiarkannya secara nasional. Akibatnya, bursa efek Seoul terkoreksi sangat tajam, dengan nilai kerugian lebih dari US$ 3 miliar.
Padahal kasus Korea bukanlah hoax murni. Sebab, halaman tiruan CNN.com soal kematian Gates itu sengaja dibuat dan ditampilkan di situs online game CG-Rom sebagai bagian dari game mereka.Padahal lagi, menurut BBC, berita bohong seputar kematian Gates sudah berjibun jumlahnya.
Dalam dua tahun terakhir, kasus hoax memang sering terjadi: dari pesan berantai, tipuan untuk menyebarkan virus, kisah menyentuh untuk mengumpulkan dana, tawaran hadiah dan diskon, mitos soal kesehatan, hingga berita kematian tokoh tertentu.
Menurut pakar multimedia Universitas Gadjah Mada, Roy Suryo, kasus berita-berita palsu yang bikin geger itu sebenarnya menunjukkan kepercayaan yang makin tinggi terhadap Internet. "Inilah yang secara sengaja akan dirusak oleh para hoaxer," katanya. Kasus semacam ini memang tidak menimbulkan kerusakan teknis karena si pelaku sama sekali tidak merusak situs atau server apa pun. Tapi, "Kerusakan yang terjadi adalah kerusakan sosial," ujarnya.
Pelakunya memang ada yang berprofesi khusus mengirim berita palsu, tapi ada juga yang sekadar iseng. Karena itu, menurut dia, daya kritis pengguna Internet harus ditingkatkan. Pengguna harus membiasakan diri mengecek ulang informasi strategis dan sensitif.
Budi Putra
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo