Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Rambut gondrong. Lengan berselimut tato. Tapi, jujur saja, semua pesona yang pernah dimilikinya sudah terbang. Jalannya gontai. Kulitnya sudah keriput, pipinya tak berisi lagi, dan sepasang matanya yang tua dan lelah memperlihatkan waktu yang melayang bisa menjadi kejam. Kontras betul jika dibandingkan dengan masa keemasannya, ketika sepasang mata itu masih bulat bersinar diiringi sekomplot gigi yang menyeringai yang menjadi penampilannya yang nakal.
John Michael Osbourne alias Ozzy Osbourne, 55 tahun, di suatu masa adalah salah satu ikon musik rock. Dia tak bisa melawan waktu ketika panggilan usia sepuh sudah di ambang pintu. Tak ada lagi aksi panggungnya yang mencengangkan. Di usianya yang menjelang petang, di saat kariernya sebagai rocker kugiran sudah dipenuhi lembayung, sehari-harinya ia menjalani kehidupan sebagai seorang ayah dari tiga anaknya yang mulai beranjak dewasa—Aimee, Kelly, dan Jack—dan suami dari Sharon, sang manajernya.
Tapi, toh bintang Ozzy tidaklah langsung pudar. Sosoknya tetap menarik. Setidaknya di mata MTV—di Indonesia, disalurkan melalui Global TV—saluran televisi yang menggeber musik sepanjang hari. Kanal televisi ini menangkap peluang bagus dari sosok bekas vokalis kelompok Black Sabbath itu. Mereka mengangkat kehidupan "Pangeran dari Kegelapan" ini menjadi sebuah serial dokumenter televisi dengan judul The Osbournes. Hasilnya, sungguh di luar dugaan. Serial ini berhasil menyedot perhatian publik Amerika dan Eropa, dan bahkan berhasil mengangkangi popularitas serial The Sopranos, yang sebelumnya menjadi primadona para penikmat televisi dunia. Menurut catatan, serial ini pernah dipelototi sekitar delapan juta penonton, yang kebanyakan dari mereka adalah remaja seumuran Jack dan Kelly, anak-anak Osbourne.
Apa sebabnya? Apakah karena Ozzy tampil menjadi daddy yang oke? Sori. The Osbournes bukan The Cosby Show. Antara Ozzy dan Pak Huxtable, sosok ayah yang diperankan Bill Cosby itu, seperti langit dan bumi. Ozzy tampil seadanya seperti dalam kesehariannya. Mulutnya tak pernah berpretensi berceramah dengan cerdas; sikapnya pada anak-anaknya pun tak ubahnya layaknya seorang teman. Sharon, istrinya, pun bersikap demikian.
Dalam salah satu episode, Sharon, misalnya, malah menjadi provokator dalam perseteruan dengan tetangga barunya yang punya kebiasaan memutar musik dengan keras. Dia sendiri yang memanas-manasi Jack agar melakukan pembalasan. Ozzy? Dia malah cuek. Bahkan ketika mereka didatangi polisi yang mendapat pengaduan dari tetangganya itu, si ayah malah asyik mendengkur di kursi sofa. Tapi, belakangan, dia malah ikut bergabung untuk bersitengkar dengan tetangganya itu. Dia melempar sebongkah kayu ke halaman rumah tetangganya itu.
Inilah serial keluarga yang kontroversial. Serial ini memang tidak ingin menampilkan sebuah keluarga yang penuh bunga-bunga, apalagi banjir nasihat bijak. Justru kata-kata yang tabu malah bersemburan dalam serial ini. Alhasil, bunyi beep kerap kali muncul dalam setiap kalimat yang diucapkan anggota keluarga ini.
The Osbournes memang mengambil konsep reality show. Mereka, anggota keluarga Osbourne, berperan menjadi dirinya sendiri. Selain itu, narasi serial ini pun tidaklah konvensional seperti serial yang ada. Pengambilan gambarnya sering kali dilakukan dengan hand-held alias dibawa-bawa oleh kamerawan. Sudut-sudut pengambilan gambar pun terkadang terasa ekstrem bila dibandingkan dengan serial sejenis. Hal itu terjadi karena—seperti acara MTV, Real World—mereka tampil berakting tanpa panduan script. Semua pemain bebas ngejeplak sesuka hatinya.
Toh, sesungguhnya bukan cuma itu yang membuat serial ini laris. Keluarga Pak Ozzy menggambarkan sebuah keluarga yang terbuka dalam semua hal, termasuk dalam soal seks. Kepada anak-anaknya, dia mengaku melakukan hubungan seks pada usia 12 tahun. Namun, di hari tua, dia mengaku loyo. Selain jarang melakukan hubungan seks, dia seringkali melahap Viagra biar merasa lebih oke.
Sejatinya semua itu meluncur didasari ketakutannya sendiri terhadap anak-anaknya. Zaman kini tentu berbeda dibanding ketika dia muda. Kerap kali ia berpesan agar mereka menjauhi narkotik. Bukan bualan, memang. Ozzy mengaku, akibat kecanduan alkohol dan narkotik, fungsi otaknya telah terganggu. Pesan lainnya, "Kalaupun mau bercinta, pakailah kondom," kata Ozzy.
Begitulah cara Ozzy menjadi ayah yang baik. Kalau cara penyampaiannya terasa vulgar, agaknya itu karena dia tidak pandai berbasa-basi. Toh, dalam realitas, dunia memang sudah tua dan tak perlu lagi basa-basi dan kenyinyiran.
Irfan Budiman
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo