Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sains

Tips Menyimpan Pisang Agar Tak Cepat Busuk dari Ahli Gizi UGM

Ahli Gizi UGM mengatakan pisang mempercepat proses pembusukan bahan makanan lain. Karena itu, penyimpanannya perlu dipisah dengan bahan masakan lain.

3 Juli 2022 | 07.33 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ilustrasi pisang terlalu matang. Unsplash/Elena Koycheva

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Ahli Gizi dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Aviria Ermamilia memaparkan beberapa langkah yang dapat dilakukan agar buah dan sayur dapat bertahan lama dan kandungan gizinya tetap terjaga. Menurut dia, salah satunya dapat memulai dengan memilih buah dan sayur dengan kualitas yang baik, yaitu harus utuh, minim goresan, dan kematangan yang pas.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Setelah itu, penyimpanan buah dan sayur secara umum harus memperhatikan suhu, menjaga kelembapan dan sirkulasi udaranya. Buah dan sayur dapat disimpan di kulkas dengan suhu rendah (kurang dari tiga derajat celcius).

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Hal ini memberikan aktivitas minimal untuk enzim perusak atau yang membuat buah dan sayur membusuk lebih cepat. Namun, ada beberapa buah seperti pisang yang jangan dimasukkan dalam kulkas karena justru akan mempercepat proses pencoklatan dan akan menjadi kurang baik," katanya seperti dikutip di laman resmi UGM pada Ahad, 3 Juli 2022.

Selain itu, kata dia, pisang juga mempercepat proses pembusukan bahan makanan lain. Sehingga, Aviria mengatakan penyimpanannya sebaiknya dipisah dengan bahan masakan lain karena pisang mempunyai gas etilen.

Aviria menyampaikan bahwa beberapa buah mengandung zat-zat penting dalam kulit buah, salah satunya zat antosianin untuk antioksidan dan anti inflamasi. Buah yang mengandung zat ini contohnya adalah buah apel, anggur, stroberi, pir, dan sebagainya sehingga untuk memperoleh manfaatnya, dapat mengonsumsinya dengan kulit buah sekaligus.

“Beberapa buah dapat dikonsumsi dengan kulitnya namun harus memperhatikan kondisi dari buah tersebut. Kalau ada bagian-bagian yang mungkin lebih kotor, bilas dengan air matang untuk yang terakhir kali. Setelah dicuci dengan bersih, barulah kita konsumsi,” ujarnya.

Masyarakat Indonesia terkadang juga memanaskan kembali sayur yang sudah dimasak dan diolah. Menanggapi hal tersebut, Aviria menuturkan bahwa secara umum jika memang diperlukan untuk dipanaskan kembali, cukup satu kali saja karena terdapat vitamin larut dalam air yang akan hilang dalam proses pemasan tersebut.

“Selain turun nutrisnya, beberapa sayur juga dimasak dengan santan, nah ketika santan dipanaskan terus menerus, akan keluar minyak. Hal ini lebih kurang sehat dibandingkan santan yang lebih segar. Lebih baik mengonsumsi santan yang fresh,” tutur Aviria.

Konsumsi buah dan sayur menurut Aviria mengacu pada Pedoman Gizi Seimbang. Pedoman Isi Piringku menujukkan bahwa 2/3 dari ½ isi piring adalah sayuran, dan 1/3 dari ½ isi piring adalah buah-buahan setiap makan.

“Pedoman tersebut menunjukkan harus lebih banyak konsumsi sayuran, dan cukupi buah-buahan. Konsumsi ini berbeda untuk jenis umur. Anak-anak lebih sedikit dari orang dewasa, maksimal 300g,” ujar Aviria.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus