Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sains

Tungau Debu Rumah Ternyata Lebih Tua dari Manusia

Menilik muasalnya, tungau debu rumah, memang memiliki sejarah evolusi yang tidak biasa.

20 Februari 2018 | 09.50 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Michigan - Menilik muasalnya, tungau debu rumah, memang memiliki sejarah evolusi yang tidak biasa. Awalnya, mereka adalah hewan kecil yang hidup bebas yang berevolusi dari nenek moyang parasit, yang kemudian menjadi organisme hidup bebas, pada jutaan tahun silam.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Itu terjadi pada 68 juta tahun lampau, jauh sebelum manusia hadir. Tungau debu purba hidup di sarang burung selama jutaan tahun sebelum pindah ke tempat tinggal manusia yang relatif baru.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Studi genetika menunjukkan, sebagai konsekuensi dari sejarah evolusi yang hiruk-pikuk itu, tungau debu rumah punya banyak cara baru dalam mengembangkan perlindungan genomnya dari gangguan internal. "Kami percaya bahwa evolusi mekanisme baru untuk melindungi genom dari elemen transposable terkait dengan evolusi tungau debu. Proses ini menurut kami tidak biasa," kata Pavel Klimov, seorang ilmuwan riset asosiasi di Departemen Ekologi dan Biologi Evolusioner University of Michigan.

Bersama Klimov, peneliti lainnya adalah Mosharrof Mondal dan Alex Flynt dari University of Southern Mississippi. Hasil penelitian ini telah diterbitkan pada 29 Januari lalu di jurnal PLOS Genetics dengan judul "Rewired RNAi-Mediated Genome Surveillance in House Dust Mites".

Elemen transposable adalah potongan DNA non-coding yang dapat mengubah posisi mereka dalam genom, yang sering menyebabkan mutasi dan penyakit. Nah, semua hewan dan tumbuhan berusaha keras menghindari ancaman dari unsur-unsur tersebut.

Itu juga yang membuat setiap organisme berusaha mengembangkan cara yang rumit untuk melindungi diri dari ancaman tersebut. Pada kebanyakan hewan, misi pengintaian ini dilakukan oleh fragmen RNA kecil yang menemukan dan mematahkan deretan genetik. Mekanismenya disebut piwi-associated RNA pathway. Dinamai protein Piwi karena pertama kali ditemukan pada lalat buah.

Dari situ pula tim peneliti yang dipimpin ilmuwan University of Southern Mississippi, termasuk seorang ahli biologi University of Michigan, mengurutkan DNA dan RNA Dermatophagoides farinae-nama ilmiah tungau debu rumah Amerika.

Para peneliti kemudian melihat populasi molekul RNA kecil yang dikodekan di sana. Namun, yang terjadi, mereka menemukan bahwa tungau debu rumah tidak memiliki protein Piwi atau RNA kecil terkait yang kebanyakan digunakan hewan untuk mengendalikan elemen transposable.

Sebagai gantinya, tungau debu menggantikan jalur Piwi dengan mekanisme RNA kecil yang sama sekali berbeda, yakni menggunakan RNA kecil yang mengganggu atau interferensi. Ini adalah salah satu mekanisme pada sel hidup untuk mengendalikan aktivitas gen. Genom tungau debu juga mengkodekan protein yang dapat memperkuat RNA kecil yang mengganggu.

Menurut Klimov, itu juga yang membuat hewan-hewan ini dapat berevolusi dari nenek moyang parasit. "Sering kali, transisi ke parasitisme dikaitkan dengan perubahan genetik yang dramatis," katanya. Inilah yang membuat tungau mampu bertahan hidup selama puluhan juta tahun. "Warisan ini yang kemudian dibawa tungau debu saat ia kembali hidup bebas."

Simak artikel menarik lainnya tentang tungau hanya di kanal Tekno Tempo.co.

PLOS GENETICS | SCIENCE DAILY | MICHIGAN NEWS

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus