Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Vaksin Hirup Penakluk Ebola

27 Juli 2015 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

WABAH virus ebola merebak setahun belakangan. Belum ada obat yang bisa menyembuhkan penyakit yang banyak diderita penduduk negara-negara Afrika Barat itu. Sejauh ini upaya pertolongan pertama yang diberikan kepada penderita adalah terapi rehidrasi oral berupa pemberian campuran air yang sedikit manis dan asin.

Banyak cara yang sudah ditempuh para ahli untuk menciptakan vaksin yang bisa menangkal keganasan virus ini. Meski tak menyebut nama, Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan ada beberapa kandidat vaksin potensial yang sedang dievaluasi. Penelitian semakin gencar lantaran ebola menjadi salah satu wabah paling mematikan.

Selama 2014, virus ebola di Zaire menewaskan hampir 10 ribu orang. Wabah ini menimbulkan ketegangan di seluruh dunia. Dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk Afrika Barat, frekuensi kontak antara manusia dan perantara virus ebola alami, seperti kelelawar, juga semakin meningkat.

Para peneliti di Sekolah Kedokteran Universitas Texas di Galveston dan National Institutes of Health, Amerika Serikat, mengembangkan vaksin yang bisa dihirup ketimbang disuntikkan. Penemuan ini sudah diterbitkan dalam Journal of Clinical Investigation edisi tiga pekan lalu.

Vaksin itu sudah diujicobakan ke monyet dan hasilnya menjanjikan. Selanjutnya vaksin itu juga akan diberikan ke manusia. Bila upaya itu berhasil, tim peneliti menyatakan vaksin hirup itu akan sangat bermanfaat. Terutama dalam keadaan krisis lantaran tidak adanya tenaga kesehatan terlatih karena pasien berdomisili di tempat terpencil. Apalagi virus ini tak hanya menjangkiti orang yang tinggal di lingkungan yang buruk. Hingga Desember akhir tahun lalu, ebola sudah membunuh 350 dokter dan perawat di Afrika Barat.

Vaksin hirup itu merupakan versi lemah dari virus parainfluenza 3 (HPIV3). Virus itu lalu direkayasa sehingga mengandung glikoprotein dari virus ebola yang akan merangsang respons kekebalan tubuh terhadap ebola.

Dalam dunia kedokteran, HPIV3 adalah penyebab umum infeksi saluran pernapasan pada anak-anak. Peneliti menempatkan vaksin pada masker nebulizer dan memasangkannya ke beberapa ekor kera. Mereka lalu menyuntikan virus ebola dosis tinggi ke tubuh kera. Dosis itu bisa menewaskan, tapi faktanya kera-kera itu selamat.

Hewan itu tidak menunjukkan efek samping dari vaksin hirup yang sekarang dikenal dengan nama HPIV3/EboGP itu. Anggota tim peneliti senior sekaligus profesor virologi di Universitas Texas, Alex Bukreyev, mengatakan metode ini baru pertama kali dilakukan. "Studi ini menunjukkan vaksinasi aerosol mampu melawan perdarahan akibat ebola," katanya pada 13 Juli lalu.

Bukreyev membandingkan vaksin aerosol dan vaksin suntik. Hasilnya, meskipun berfungsi melindungi kera, keduanya menghasilkan respons kekebalan yang sangat berbeda. Penelitian lebih lanjut, menurut dia, diperlukan untuk menentukan jenis vaksin yang paling efektif.

Adapun Michelle Meyer, rekan Bukreyev dari Departemen Patologi, meyakini vaksin tanpa jarum lebih unggul dibanding vaksin biasa. Ia berharap vaksin itu bisa segera diberikan kepada manusia. "Dengan begitu, imunisasi tidak akan memerlukan tenaga medis yang terlatih," ujar Meyer.

Ahli penyakit menular dari Georgetown University, Jesse Goodman, menyambut baik penemuan itu. Goodman, yang tidak terlibat dalam penelitian, menyetujui maksud tim peneliti bahwa vaksin hirup bisa mempermudah proses pengobatan. Metode ini juga tak menghasilkan limbah jarum suntik, yang bisa memicu penyakit lain.

Studi lanjutan, kata Goodman, akan menentukan respons imun anti-ebola pada manusia dewasa bisa sama kuat dengan reaksi yang muncul pada primata bukan manusia. Sebab, kemungkinan lain hasilnya justru lebih lemah karena kekebalan yang timbul akibat sering terinfeksi PIV3 semasa kecil.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus