Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Shanghai - Raksasa farmasi yang bermarkas di Prancis, Sanofi, meralat isi pemberitaan tentang distribusi vaksin virus corona Covid-19. Perusahaan itu membuat pemerintah Prancis berang lantaran menyebutkan Amerika Serikat akan mendapat prioritas jika vaksin sudah berhasil diproduksi nanti.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
"Tidak ada negara yang akan mendapatkan prioritas," kata Serge Weinberg, pemimpin perusahaan pembuat obat di Prancis itu pada Kamis 14 Mei 2020.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Weinberg berdalih pernyataan CEO perusahaan itu, Paul Hudson, dalam sebuah wawancara dengan Bloomberg telah salah diartikan. Bicara kepada Stasiun TV France 2, Weinberg menambahkan, "Kami menganggap vaksin sebagai kebaikan bersama."
Dia menerangkan kalau Sanofi mengoperasikan 73 unit industri di 32 negara. Beberapa di antaranya berada di Amerika Serikat tetapi, Weinberg menegaskan, "Lebih banyak berada di Eropa dan Prancis."
Sebelumnya, Hudson memberi catatan kalau Amerika Serikat adalah yang pertama mendanai riset vaksinnya dan karenanya berhak untuk kuota pemesanan terbesar nantinya. Sanofi lewat divisi Sanofi Pasteur bekerja sama dengan Biomedical Advanced Research and Development Authority Amerika Serikat per Februari lalu.
Tak lama setelah Bloomberg menerbitkan wawancara tersebut, Sanofi mengeluarkan keterangan via email perusahaan bahwa Amerika akan dipasok dari pabrik Sanofi yang ada di Amerika. Sedang pabrik lainnya--dengan prediksi produksi lebih lambat beberapa hari--memasok Eropa dan wilayah lain.
Perdana Menteri Prancis Edouard Philippe langsung merespons isi wawancara itu dengan mengatakan bahwa akses yang sama untuk semua, "Tidak bisa dinegosiasikan." Perkataannya ini bergaung kencang.
Presiden Prancis Emmanuel Macron meminta vaksin Covid-19 tidak menjadi subyek pemain besar pasar. Dia mengungkapkan akan bertemu dengan pimpinan Sanofi pekan depan.
Pernyataan senada datang dari juru bicara Komisi Uni Eropa Stefan de Keersmacker. "Vaksin Covid-19 seharusnya menjadi milik masyarakat dunia dengan akses yang sama dan universal," katanya.
Berdasarkan peta sebaran kasus per hari ini yang dibuat Jhons Hopkins University, Amerika Serikat masih menyumbang terbanyak dalam pandemi. Tercatat 1,4 juta kasus berasal dari negeri itu. Jumlah kematiannya juga terbanyak yakni hampir 86 ribu orang.
Adapun Prancis berada di urutan tujuh dunia dengan hampir 179 ribu kasus positif, dan yang meninggal 27 ribu orang atau keempat terbanyak.
ANTARA | BBC | REUTERS | PHARMACEUTICAL TECHNOLOGY