Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Timnas Vietnam merebut medali emas cabang sepak bola SEA Games 2019 dengan mengalahkan Timnas U-23 Indonesia 3-0 dalam laga final di Stadion Rizal Memorial, Manila, Selasa, 10 Desember 2019. Keberhasilan itu bukanlah kebetulan, melainkan jadi rangkaian dari tren positif yang tengah diperlihatkan sepak bola negeri tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tren itu sudah terlihat sejak tahun lalu. Tim yang sama (U-23) mampu menjadi runner-up pada Kejuaraan Asia. Tim seniornya menjadi juara pada Piala AFF.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kondisi itu menjadi lonjakan pesat. Satu dekade sebelumnya, sepak bola negeri ini masih dibebani banyak masalah termasuk korupsi yang nyaris membuat liga negara itu terhenti.
lalu, apa rahasia kemajuan sepak bola negara itu? Ada banyak faktor. Tapi, tiga di bawah ini berperan cukup penting.
1. Jejak polesan pelatih asing
Pada 1994, mereka hanya menang sekali dalam delapan laga kualifikasi Piala Dunia. Seusai kegagalan itu, mereka mulai melirik pelatih asing. Karl Heinz Weigang, asal Jerman, menjadi yang pertama mendapat peran. Ia bertugas pada 1995 hingga 1997.
Le Khanh Hai, Presiden Federasi Sepak bola Vietnam (VFF), mengungkap alasan perubahan arah kebijakan soal pelatih itu. "Kami sadar perlunya berpaling pada negara sepak bola yang maju bila ingin bermain di level yang lebih tinggi," kata dia seperti dikutip laman FIFA, 17 Juli 2019.
Sejak Weigang datang, pelatih asing kemudian silih berganti direkrut. Mulai Alfred Riedl (1998-2000, 2003, 2005-2007), Henrique Calisto (2002, 2008-2011), hingga Edson Tavares (1995, 2004).
Fase terpenting kemudian adalah saat pelatih asal Jepang, Toshiya Miura, bertugas pada 2014-2016. Perubahan signifikan terjadi, terutama di level U-23. Banyak pemain yang ditemukan dan dipupuk Miura di level junior itu kemudian menjadi andalan tim senior, yang lolos ke semifinal Piala AFF 2014, termasuk Le Cong Vinh.
Kemajuan lebih pesat terjadi pada fase berikutnya, setelah Park Hangseo, asal Korea Selatan, didatangkan mulai 2017.
Selanjutnya: Peran Penting Park Hangseo
2. Peran Penting Park Hangseo
Park Hangseo, 50 tahun, sempat disambut dengan skeptis. Saat itu, di liga lokal sedang muncul tren untuk lebih mempercayai pelatih lokal. Karena itu kehadirannya tak benar-benar mendapat sambutan hangat.
Namun, ia mampu membuktikan kualitasnya. Pelatih yang sempat menjadi asisten Guus Hiddink saat Korea Selatan tampil di Piala Dunia 2002, itu mampu membawa Vietnam menjadi kekuatan yang diperhitungkan.
Park Hangseo membawa tim U-23 lolos ke putaran final Piala Asia U-23 2018 dan kemudian menjadi runner-up. Ia juga mengantar tim senior menjuarai Piala AFF 2018.
Pelatih asal Korea Selatan itu menyebut kesuksesan itu sebagai hasil dari kekuatan masyarakat Vietnam. "Yakni solidaritas, kebanggaan, kecederasan, dan daya juang. Semua orang berjuang sebagai sebuah kesatuan. Sebagai pelatih saya berusaha membangun rasa percaya diri dan kepercayaan di dalam tim," kata dia.
Ia selalu mengedepankan mentalitas juara di timnya. “Saya mendorong tim untuk memenangi sebanyak mungkin laga. Untuk meraih hasil bagis, kerja keras menjadi modal paling dasar," kata dia.
Park Hangseo mengakui, para pemain Vietnam memiliki kekurangan dalam hal tinggi badan. Tapi, mereka menebus kekurangan itu dengan kelebihan lain. “Pemain kecil lebih cepat. Pemain Vietnam juga cerdas. Mereka bisa mengerti dengan mudah instruksi yang diberikan dan beradaptasi dengan cepat," kata dia.
Selanjutnya: Akademi pemupuk bakat muda
3. Akademi untuk Bakat Muda
Tak hanya melirik pemain asing, Vietnam juga menyerap ilmu asing lewat akademinya. Hoang Anh Gia Lai – Arsenal JMG Academy didirikan pada 2017, bekerja sema dengan Arsenal dan akademi sepak bola Prancis JMG Academy.
Dari sanalah lahir bakat-bakat menonjol sepak bola Vietnam. Nama-nama Nguyen Cong Phuong, dikenal sebagai Messi Vietnam, Vu Van Thanh, dan Luang Xuan Truong adalah jebolan akademi ini.
Pemain muda yang menonjol di liga lokal juga tak jarang diberi kesempatan menimba ilmu di luar negeri. Doan Van Hau, pencetak dua gol ke gawang Indonesia di final, saat ini tengah dipinjamkan ke klub Belanda, SC Heerenveen.
Ngueyn Cong Phuong, lulusan Hoang Anh Gia Lai – Arsenal JMG Academy yang kini menjadi andalan timnas senior, melihat masa depan cerah bagi negaranya. "Kami bisa menjadi kekuatan besar di regional," kata penyerang berusia 24 tahun itu pada Juni 2018 lalu. "Kami kuat dan punya tekad baja."
Kini, keyakinan pemain itu sudah terbukti di SEA Games 2019. Vietnam pun kemungkinan siap memberi kejutan-kejutan lain pada turnamen berikutnya.
ESQUIRESG | NHANDAN | FIFA