Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Liga Champions

Diego Simeone, Seni Hitam dan Ekspresi nan Meledak-ledak

Ketika Atletico Madrid sukses menyingkirkan Liverpool di babak 16 besar Liga Champions, Diego Simeone tampil sebagai dirigen yang atraktif.

12 Maret 2020 | 11.16 WIB

Ekspresi pelatih Atletico Madrid, Diego Simeone. Reuters/Carl Recine
Perbesar
Ekspresi pelatih Atletico Madrid, Diego Simeone. Reuters/Carl Recine

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Ketika Atletico Madrid sukses menyingkirkan Liverpool di babak 16 besar Liga Champions, Diego Simeone tampil sebagai dirigen yang atraktif. Di pinggir lapangan, ia tampak sanga ekspresif: bersemangat kala memberi komando, meluapkan kecewa dengan leluasa, juga merayakan keberhasilan timnya dengan luar biasa.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Harian Inggris, Daily Mail, menggambarkan perilaku pelatih asal Argentina itu dengan cara begini: pantomim penjahat, dia bak tokoh gangster dari Amerika Selatan yang kerap terlihat di film-film, dengan sifat yang tak kalah kejam.

Ekspresi pelatih Atletico Madrid, Diego Simeone, saat melawan Liverpool di Liga Champions. Reuters/Carl Recine

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Simeone datang ke Anfield untuk mengantar timnya lolos. Ia bukan hendak mencari teman atau mencarai pujian. Karena itu ia tak memperdulikan kritikan Jurgen Klopp, pelatih Liverpool, soal gaya bertahan timnya. Kali ini, ia kembali menerapkan taktik sama, bahkan dengan lebih disiplin. Bedanya, permainan Atletico di Anfield lebih lambat dari sebelumnya.

Pelatih Atletico Madrid, Diego Simeone, saat memberi instruksi pada pemainnya ketika melawan Liverpool di Liga Champions. Reuters/Carl Recine

Oleh sebagaian media, Simeone disebut menyajikan seni hitam sepak bola. Ia membunuh semua keindahan demi kemenangan. Mantra baginya selalu sama: bila menghadapi lawan hebat, bikin dua barisan pemain dengan delapan orang di sektor pertahanan sendiri.

Gaya kecewa pelatih Atletico Madrid, Diego Simeone, saat melawan Liverpool di Liga Champions. Reuters/Carl Recine

Liverpool, juara bertahan juga tim yang sudah unggul 25 poin di Liga Inggris, mati kutu oleh taktik itu. Klopp pun angkat tangan. "Sangat sulit untuk melawan tim seperti ini," kata dia, seusai laga.

Bagi Klopp, pemuja sepak bola menyerang, apa yang dilakukan Atletico seperti sebuah pengkhiatana. "Saya tidak mengerti, dengan kualitas yang mereka miliki bahwa mereka (memilih) memainkan sepak bola jenis ini."

Ekspresi pelatih Atletico Madrid, Diego Simeone, saat melawan Liverpool di Liga Champions. Reuters/Carl Recine

Ia melanjutkan, "Ketika saya melihat pemain seperti Llorente, Koke, Saul... mereka bisa bermain sepak bola yang baik. Tetapi mereka bermain jauh di daerah pertahanan mereka sendiri dan mengandalkan serangan balik. Namun, mereka mengalahkan kami sehingga kami menerima itu dan memberi selamat kepada mereka."

Menghalalkan cara untuk menang. Sebelumnya, cap itu pernah disematkan pada Jose Mourinho. Tapi, Diego Simeone adalah versi lebih buruk dari pelatih asal Portugal itu.

 Ada juga momen tenang. Reuters/Carl Recine

Pria 49 tahun itu bergabung dengan Atletico sejak 2011. Ia mampu menjadikan klub itu lebih disegani, termasuk merebut gelar La Liga serta lolos ke final Liga Champions pada musim 2013-2014.

Musim ini, ia sempat dikritik karena gagal membawa Atletico bersaing di empat besar. Tapi, keberhasilan meloloskan Atletico melewati juara bertahan Liverpool di Liga Champions, jelas akan kembali mengangkat pamornya.

Diego Simeone, angan dan kaki ikut bicara. Reuters/Carl Recine

Ia memimpin timnya menang 1-0 atas Liverpool di Wanda Metropolitano. Ia kembali memastikan Atletico Madrid menang 3-2 di Anfield lewat babak perpanjangan waktu. Seni hitam miliknya diterapkan sempurna oleh para pemain dan mampu meloloskan tim ke perempat final Liga Champions.

Ekspresi peltih Atletico Madrid Diego Simeone di samping pelatih Liverpool Juergen Klopp dalam pertandingan Liga Champions di Anfield, Rabu, 11 Maret 2020. REUTERS/Phil Noble

Ketika bicara di hadapan wartawan, tak ada ekspresi meluap-luap dari Simeone. Tapi, rasa senang atas keberhasilan timnya tak bisa dia sembunyikan. "Itu memberi saya kegembiraan yang sangat besar karena, meskipun tampak sederhana, tidak mudah untuk menang."

DAILY MAIL | METRO

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus