Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - UEFA akhirnya menyetujui proposal penghapusan aturan gol tandang di semua kompetisi klub UEFA dari musim 2021/2022. Setelah mempertimbangkan banyaknya pihak yang melayangkan protes terhadap aturan yang dinilai tidak adil tersebut. Penghapusan aturan gol tandang ini secara resmi diumumkan UEFA pada 24 Juni 2021. Sejak kapan gol tandang diterapkan dan bagaimana aturan?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Aturan gol tandang telah diterapkan sejak tahun 1965 atau telah dipakai selama 56 tahun dan pertama kali diberlakukan pada pertandingan sepak bola Piala Winners musim 1965/1966 dan beberapa tahun kemudian juga mulai diterapkan pada European Cup, setara Liga Champions saat ini, tepatnya pada musim 1970/1971.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tujuan awal diberlakukannya aturan gol tandang adalah untuk menyingkirkan babak play off atau tie break yang terjadi saat kedua belah tim yang bertanding mendapatkan skor seimbang di akhir babak kedua. Dalam aturan tersebut, gol tandang memiliki nilai dua kali lipat dibandingkan dengan gol kandang, sehingga saat terjadi skor seri, maka secara otomatis kemenangan ada di tim tandang. Dengan ditetapkan aturan tersebut, diharapkan pertandingan sepak bola menjadi semakin menarik.
Biasanya dalam sebuah kompetisi saat pertandingan di babak penyisihan, seperti di Piala Dunia maupun Piala Eropa, hanya membutuhkan satu laga untuk mendapatkan pemenangnya, namun apabila berakhir dengan skor seri dalam dua kali 45 menit plus waktu tambahan, maka aturannya adalah dengan melanjutkan babak tambahan selama dua kali 15 menit.
Namun jika hasil imbang tersebut bertahan hingga babak tambahan berakhir, maka harus diadakan drama adu penalti. Kejadian seperti ini pernah terjadi saat final Piala AFF U-19 musim 2013 yang mempertemukan Timnas Indonesia dengan Timnas Vietnam.
Dilansir dari footchampion.com, dalam aturan gol tandang, drama adu penalti tidak diberlakukan, sebab aturan ini menggunakan sistem gugur yang di dalamnya mengusung sistem pertandingan gol tandang lebih berbobot ketimbang gol kandang. Sehingga meskipun pada akhirnya pertandingan leg pertama dan leg kedua berakhir seri, maka tim tandang dinyatakan menang.
Sebagai contoh, dalam pertandingan di leg pertama TIM A yang bertindak sebagai tim kandang menang 3 - 1 atas TIM B. Kemudian di leg kedua TIM B sebagai tim kandang menang 2 - 0 atas TIM A. Dengan demikian, agregat total kedua tim tersebut sama-sama kuat yakni 2 – 2. Berdasarkan aturan gol tandang, maka TIM B dinyatakan berhak melaju ke babak berikutnya karena berhasil mencetak satu gol tandang di kandang TIM A, sementara TIM A tidak mencetak satu pun gol tandang.
HENDRIK KHOIRUL MUHID