Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Film

"Kita Punya Belahan Pasangan Jiwa"

6 Desember 2004 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DAYA pikat cinta tak pernah tersekat oleh usia. Bahkan di sela-sela lubang terkecil pada tembok perkawinan yang kukuh sekalipun, cinta bisa merembes dan mengalir ke kawasan yang tak terduga. Ini salah satu tema favorit para dramawan-sineas, mulai dari Aeschylus (525 BC) hingga salah seorang sutradara paling produktif di Amerika Serikat, Leo McCarey (1898-1969), yang melahirkan An Affair to Remember (1957)—film yang menjadi inspirasi bagi Tonie Marshall untuk membesut Au Plus Pres Du Paradis. "Idenya sangat romanis. Anda merasakan hal-hal tertentu (dengan orang lain) di kehidupan Anda sebelumnya, lalu memutuskan untuk bertemu kembali dengannya pada satu saat, di satu tempat. Tetapi dia tak datang, dan terjadi hal-hal yang tak Anda duga. Itu sangat mendebarkan," tutur Catherine Deneuve kepada Tempo tentang perannya sebagai Fanette.

Nada suaranya hangat. Pendar matanya masih secerah Geneviève, gadis 18 tahun yang diperankannya dalam film komedi musikal The Umbrellas of Charbourg (Les Parapluies de Cherbourg, 1963). Sekilas, jejak chauvinisme Prancis yang terkenal itu sempat muncul pada dirinya: Deneuve hanya menjawab pertanyaan dalam bahasa ibunya ketika konferensi pers berlangsung. Namun, dalam wawancara eksklusif yang singkat dengan Tempo dan Kompas, ia berubah menjadi pribadi yang hangat dan menyenangkan, dan menjawab semua pertanyaan dalam bahasa Inggris yang fasih. Dalam sebuah wawancaranya dengan Jerry Lazar yang sering dikutip, Deneuve dengan kocak menjelaskan tentang kefasihannya itu. "Saya tak punya pilihan lain. Ketika menikah dengan seorang pria Inggris, ia (fotografer David Bailey—Red.) tak bisa ngomong Prancis. Itu sangat membantu."

Ketika Tempo memintanya mendeskripsikan diri hanya dengan satu kata, aktris yang dinobatkan pemerintah Prancis sebagai representasi Marianne (simbol Republik Prancis) pada 1985 itu menjawab tangkas, "Terbuka (open)." Itu kata yang tak berlebihan, paling tidak dari sederet panjang peran yang pernah ia mainkan. Deneuve tak risi berperan sebagai lesbian dalam film The Hunger (bersama Susan Sarandon dan David Bowie, 1983), atau Les Voleurs (1996); sebagai pemilik perkebunan karet raksasa dalam Indochine (1992); ibu mertua yang kenes dalam film komedi Belle Maman (1998); atau seorang istri terhormat di pagi hari yang berubah menjadi pelacur elite setiap sore dalam Belle de Jour (1967).

Keterbukaan itu juga terwujud dalam hubungan pribadinya. Dari perkawinan dengan Bailey (1965-1972), Deneuve tak memperoleh anak. Kedua anaknya—Christian Vadim dan Chiara Mastroïanni—adalah buah cintanya dengan sutradara Roger Vadim dan aktor Marcello Mastroïanni, dua nama besar di sinema yang tak menikahinya. Lantas, percayakah Deneuve tentang konsep soul mate?( belahan jiwa—Red.) "Setiap kita memiliki banyak belahan jiwa, namun sudah pasti hanya satu yang bisa kita miliki, karena tak mungkin kita bisa memiliki semuanya. Tapi saya yakin kita punya beberapa soul mate, tidak cuma satu."

Akmal Nasery Basral

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus