Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Sensitifnya pembahasan agama dan Islam, khususnya di Indonesia, menjadi salah satu alasan Madani Film Festival digelar. Islam dan muslim belakangan begitu erat dengan stigma radikal dan konservatif. Bahasan ini kerap berada di ruang yang tegang dan panas. Mengapa tak mencoba melihat dan membahas hal ini lebih halus dan rileks?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Film menjadi salah satu alternatif untuk menjembatani hal itu. Dunia Islam tentu bukan hanya soal Indonesia yang tercatat sebagai salah satu negara berpenduduk muslim terbesar di dunia. Di belahan dunia lain, kehidupan muslim dan Islam juga perlu diamati, setidaknya dipahami untuk memperkaya pemahaman.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Kondisinya saat ini dunia Islam sedang mengalami arus migrasi dan perpindahan. Itu menjadi fokus kami. Dunia Islam sedang ada dalam perubahan peta. Migrasi kaum muslim melahirkan persoalan seperti generasi kaum migran, perang, pengungsian. Kita perlu melihat Islam dalam kacamata seperti itu,” ujar Sugar Nadia, Program Director Madani Film Festival, saat dihubungi Tempo, Rabu, 17 Oktober 2018.
Sugar menuturkan, dengan latar kondisi semacam itu, festival ini ingin menjadi medium untuk menyajikan Islam lebih lembut, mudah, dan bias rileks untuk diperbincangkan. “Sehingga kita juga bisa membahas dari kacamata lain bagaimana Islam itu, apakah sesempit dan setabu itu untuk dibahas?” ucapnya.
Berdasarkan keterangan pers yang diterima Tempo beberapa hari lalu, Direktur Festival Krisnadi Yuliawan mengatakan Madani Film Festival ini menawarkan platform baru untuk menonton film yang menunjukkan perjuangan, harapan, air mata, dan keindahan hidup dari beragam komunitas muslim di seluruh dunia.
Madani Film Festival telah mengkurasi sejumlah film untuk dapat disaksikan pada 17-21 Oktober di beberapa lokasi di Jakarta. Sebagai pembuka, film Never Leave Me karya sutradara perempuan Aida Begic akan menjadi pembuka festival.
Sutradara Aida Begic. YouTube
Aida merupakan sutradara perempuan asal Bosnia, yang telah memenangi beragam penghargaan bergengsi di berbagai festival film dunia. Karya-karyanya dikenal memiliki keunikan khas, yang membuatnya dianggap mewakili suara baru (muslim) di Eropa. Terkait dengan Islam sendiri, Aida beranggapan tidak seharusnya kita takut terhadap pengaruh budaya yang berbeda-beda. “Seni Islami adalah bentuk seni inklusif yang mampu mengikutsertakan semua budaya yang berbeda,” ucap Aida.
Filmnya, Never Leave Me, sempat menjadi wakil Bosnia untuk seleksi nominasi Best Foreign Language Film dalam Academy Awards ke-91 di Amerika Serikat. Film ini berkisah tentang tiga anak yatim piatu, yang melarikan diri dari perang Suriah dan terdampar di Sanliurfa, sebuah kota mistis dan magis di Turki Selatan.
Selain Never Leave Me, ada lima film Internasional lain dalam daftar film Madani. Kelimanya mengisahkan kehidupan dan karakter muslim dari negara-negara yang berbeda: Fatima (berkisah tentang nasib perempuan muslim imigran di Perancis), My Sweet Pepperland (tentang pertarungan kekuasaan di sebuah kota Kurdi), Girrafada (tentang nasib seekor jerapah di Palestina), The Island Funeral (kisah pencarian identitas seorang perempuan muslim Thailand), dan Timbuktu (film tentang kekerasan dalam beragama di Mali, Afrika)