Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Tanggal 2 Mei menjadi hari spesial bagi Mandra. Ia merayakan ulang tahun ke-59. Sebelum terkenal di sinetron legendaris Si Doel, aktor yang identik dengan logat Betawi yang kental itu dikenal sebagai seniman tradisional.
Rano Karno sering kali menyebut, kemampuan akting Mandra sangat natural. Bahkan tanpa sekenario, Mandra bisa membawa lawan mainnya berdialog dan melakukan adegan dengan baik. Kemampuan Mandra itu tak lepas dari masa lalunya sebagai pegiat seni topeng dan lenong Betawi.
Sebelum terjun ke dunia film dan sinetron, kemampuan akting Mandra ditempa dalam seni topeng Betawi. Seni tradisional itu tak selalu menampilkan kedok atau topeng, namun sebuah drama atau teater rakyat yang memiliki bobot humor. Dalam kesenian tradisional itu, kemampuan teatrikal Mandra tumbuh dengan matang.
Ia diketahui merupakan generasi ke-3 seni topeng Betawi terkenal. Saat belia, Mandra bergabung dengan kelompok topeng Betawi Setia Warga pimpinan Bokir. Mandra adalah keponakan Bokir. Dilansir dari buku berjudul Maestro: Portrait's of The Nation's Best karya Imam Wahjoe, Hawe Setiawan dan Nur Zain, Bokir adalah anak dari Mak Kinang dan Kong Djiun, yang dianggap sebagai generasi pertama yang mengenalkan seni topeng Betawi pada awal abad ke-20.
Pada tahun 1980-an, industri film Indonesia sedang musim film-film yang mengangkat cerita rakyat dengan tema pendekar. Dalam film dengan tema itu, kerap dibumbui sosok jenaka. Sutradara yang membutuhkan karakter Betawi yang kental kerap melirik Mandra dan mengajaknya main film. Karena itu, tak jarang, sosok Mandra kerap muncul di film-film seperti Jaka Sembung, Jago-jago Bayaran, Gembong Wulung, hingga Pembalasan si Mata Elang.
Mandra Naih, yang kemudian mengubah namanya menjadi Mandra Yusuf Sulaiman kemudian memilih berkiprah dalam film dan sinetron. Puncak popularitasnya terjadi saat ia bermain dalam sinetron Si Doel. Dalam sinetron itu, Mandra memerankan karakter bernama Mandra, paman dari Doel yang diperankan oleh Rano Karno.
Kesuksesan perannya dalam Si Doel Anak Sekolahan menginspirasi Mandra, yang pernah menikah dua kali, untuk mendirikan rumah produksi Viandra Production pada pertengahan tahun 90-an. Di era tersebut, karier dan bisnis rumah produksinya berkembang pesat.
Ia kemudian mendirikan rumah produksi Viandra Production yang banyak menciptakan program dan sinetron, termasuk Babe yang dibintangi oleh Mandra bersama Agus Kuncoro, Jojon, dan Yati Surachman.
Selanjutnya, rumah produksi ini juga menghasilkan beberapa sinetron lain seperti Mandragade, Tarsan Kota, Jadi Pocong, Zoro Kemayoran, Rojali dan Yuleha, Unjuk Gigi, Gedong Kosong, serta Perjaka yang diproduksi bersama Didi Petet dan Ade Irawan. Melalui rumah produksinya, Mandra menjalin kerjasama dengan berbagai stasiun televisi, termasuk TVRI, untuk menciptakan berbagai program yang sukses.
Namun, kesuksesannya harus berakhir karena mandra tersandung kasus korupsi yang membuatnya harus berakhir di dalam bui. Mandra dijadikan tersangka dalam kasus korupsi terkait pengadaan program siap siar di TVRI pada tahun 2012. Kejaksaan Agung menyatakan bahwa Mandra diduga telah memperbesar nilai paket siaran yang tidak sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan. Paket siaran tersebut mencakup program-program seperti Django Betawi, Gw Sayang, dan Zorro. Diperkirakan bahwa tindakannya telah menyebabkan kerugian negara sebesar Rp3,6 miliar.
Sebagai seorang komedian, aktor, dan pemain lenong Betawi yang berbakat, Mandra telah mengukir jejak yang tak terlupakan dalam dunia hiburan Indonesia. Dari panggung-panggung tradisional hingga ke layar lebar dan sinetron, perjalanan karirnya telah menjadi sumber inspirasi bagi banyak orang dan mewariskan warisan seni yang berharga.
SHARISYA KUSUMA RAHMANDA | HADRIANI PUDJIARTI | GRACE GANDHI
Pilihan Editor: Komedian Mandra Bantah Isu Jadi Caleg
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini