Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Angga Dwimas Sasongko meramu Filosofi Kopi 2 menjadi drama action.
Ia membalut film ini dengan isu lingkungan dan persoalan hak masyarakat adat.
Film ini dibumbui adegan-adegan humor yang segar.
Ben tiba-tiba menghilang. Padahal Ben sangat dibutuhkan karena Jody ingin mengenalkan konsep Filosofi Kopi. Ben (Chicco Jerikho) meninggalkan Filosofi Kopi. Ia pulang kampung dan memulai hidup baru di Desa Wanareja. Ben bertani bersama warga dan Pak Hasan, yang dituakan sebagai pengurus koperasi. Mereka memajukan ekonomi desa dari hasil pertanian.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Namun suatu ketika, Ben dan penduduk desa harus menghadapi perusahaan yang akan menyabotase lahan mereka. Ben, yang memiliki tubuh atletis, tangan yang kekar berotot, dan perut six pack, pun menjadi aktivis. Ia berdemo menghalangi perusahaan yang hendak menguasai lahan petani. Ben memimpin demo dan menjadi hero.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Namun kemudian sekelompok preman yang dipimpin Aa Tubir (Yayan Ruhian) menculik Ben. Sementara itu, Jody (Rio Dewanto) yang berusaha mencari sahabatnya itu pun ikut diculik kelompok preman ini. Dari sinilah pangkal film ini bergulir. Jika dalam Filosofi Kopi persahabatan Jody dan Ben diuji dalam urusan bisnis perkopian, kini urusan persahabatan dua lelaki ini diuji hingga pertaruhan nyawa.
Angga Dwimas Sasongko, sutradara Filosofi Kopi 2: Ben & Jody, meramu film ini menjadi sebuah drama action dengan balutan isu lingkungan, dari perampasan lahan oleh korporasi, hak tanah adat masyarakat, hingga pembalakan liar. Hutan tempat mereka disekap, yang tak jauh dari kawasan perkebunan sawit, mendekatkan pada isu itu. Namun bagaimana perjuangan mereka melawan korporasi perampas lahan tak terlalu berlanjut lebih.
Aghniny Haque sebagai Tambora (kiri), Yayan Ruhian sebagai Aa Tubir dan Hana Malasan sebagai Rinjani dalam film "Ben & Jody". Dok. Visinema
Untuk menciptakan benang merah dengan film Filosofi Kopi, dibuatlah adegan Aa Tubir doyan ngopi, meski ini agak dipaksakan. Hanya, anak buahnya tak becus membikinkan kopi. "Ini kopi apa kolak, manis begini," ujar Tubir yang kesal sambil menyemprotkan kopinya ke muka anak buahnya. Tapi tetap saja orang ini selalu disuruh membuat kopi. Di sinilah Ben beraksi. Aa Tubir dengan wajah cerah bak bintang iklan menyambut kopi racikan Ben. "Ini baru kopi enak," ujarnya sumringah.
Adegan lebih banyak mengalir pada upaya penyelamatan diri Ben dan Jody. Baru setelahnya adegan drama aksinya muncul. Ada aksi Yayan Ruhian yang pasti tak mengecewakan. Ia didampingi anak buahnya yang selalu menenteng senapan otomatis dan pistol. Bumbu aksi diperkaya dengan kehadiran Rinjani (Hana Malasan) yang jago memanah dan Tambora (Aghniny Haque), kakak-adik jagoan silat.
Keduanya berusaha membebaskan ayah mereka dan para warga yang diculik. Jody dan Ben pun ikut dalam aksi laga, meski tetap saja keok dihajar anak buah Tubir. Kedua tokoh ini tak dilebih-lebihkan perannya menjadi jagoan. Jody bahkan menyesal ketika tangannya meletuskan senjata api ke anak buah Tubir.
Para warga direpresentasikan sebagai kelompok suku atau masyarakat adat. Mereka hidup di tengah hutan dengan mengandalkan lumbung sebagai logistik makanan masyarakatnya. Masyarakat adat ini tinggal di rumah tradisional panggung beratap rumbia dan membawa gerobak tradisional dari kayu. Mereka juga mengandalkan pengobatan tradisional untuk menyembuhkan luka dengan Mak Lis (Ruth Marini) sebagai juru pengobat.
Film ini dibumbui adegan-adegan humor yang segar. Misalnya, ketika Tubir kesal dipanggil mas oleh Jody. “Memangnya semua orang Jawa,” ujarnya. Bogem mentah pun mendarat di perut Jody, atau ketika Musang (Muzakki Ramdhan) muncul dengan kepolosannya.
Ada pula pesan ketulusan dalam relasi sesama manusia. Hal itu, misalnya, muncul pada ucapan Rinjani ketika Jody berencana pamit. “Kamu tidak berutang budi, tidak berutang apa-apa. Kamu berhak kembali ke kehidupanmu,” ujar Rinjani. Ucapan itu membuat Jody merenung dalam. Selama ini ia selalu memikirkan bisnis, uang, dan hitung-hitungan untung-rugi.
Konflik dalam film ini tak tajam, kecuali di awal film, yang memanas dengan adegan-adegan demonstrasi dan penculikan. Sedangkan konflik antara Ben dan Jody tak dieksplorasi lebih dalam. Angga memilih menonjolkan makin eratnya persahabatan di antara para tukang kopi ini.
DIAN YULIASTUTI
Dok. Visinema
Filosofi Kopi 2: Ben & Jody
Sutradara: Angga Dwimas Sasongko
Penulis naskah: Angga Dwimas Sasongko, M. Nurman Wardi, Dewi Lestari
Pemain: Chicco Jerikho, Rio Dewanto, Hana Malasan, Aghniny Haque, Yayan Ruhian, Muzakki Ramdhan, Ruth Marini, Yayu A.W. Unru, Arswendy Beningswara, Bebeto Leutually
Produksi: Visinema Pictures
Genre: drama, action
Durasi: 1 jam 54 menit
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo