PADA 1979, perupa radikal Belanda, Woody van Amen, mengecam seni rupa Belanda. Ia berpendapat, seni rupa di negerinya tidak berkembang. Woody mengkritik dominasi seni lukis abstrak yang ekspresionistis, corak yang berada di bawah bayang-bayang pelukis besar Belanda kelahiran Sabang, Anton Hijboer. Woody, yang bermukim di Amerika Serikat tahun 1960-an, satu di antara sedikit perupa Belanda eksperimental ketika itu. Di Rotterdam, Woody memperkenalkan idiom-idiom baru instalasi, media campuran, seni rupa lingkungan mail art, dan conceptual art. Tidak jelas apakah kini Woody berhasil menyebarkan pahamnya. Pada pameran seni rupa modern Belanda, "Modern Art Travels East", di Balai Erasmus, Jakarta, corak yang dominan masih abstrak ekspresionistis itu. Bisa dipastikan, 50 karya pada pameran yang berlangsung dari 5 September sampai 26 September itu, karya-karya mutakhir. Dibuat rata-rata antara tahun 1980 dan 1990. Hanya tiga karya yang bertarikh 1970-1980. Namun, harus diakui bahwa belum tentu 50 karya itu menggambarkan seni rupa Belanda masa kini. Karya-karya itu bukan koleksi museum, tapi koleksi perusahaan-perusahaan besar Belanda, seperti Shell, Rabobank, NMB Bank, dan IBM Nederland. Barangkali juga, kurator yang memilih karya ingin akurat dalam membatasi modernisme dan membedakannya dari seni rupa kontemporer yang banyak diwarnai idiom eksperimental. Maka, penampilan seni rupa modern Belanda itu kurang lebih sama dengan pameran-pameran di lingkungan kita. Karya yang disajikan, lukisan dengan beberapa corak (abstrakisme, super-realisme, tematik, simbolik, ekspresif) dan karya-karya grafis dalam beberapa teknik (etsa, cetak saring, kolase). Pada lukisan-lukisan ekspresif, yang total berjumlah 20 buah, tercermin kecenderungan akademistis, yaitu kecenderungan yang diwarnai penemuan-penemuan teknik dan ekspresi emosi yang dilatarbelakangi penguasaan menciptakan komposisi, penyusunan bidang, dan pengolahan warna. Lukisan-lukisan ekspresif yang akademistis itu umumnya menjauhi tema dan cerita. Maksudnya membiarkan elemen-elemen rupa (warna, garis, bidang) berbicara sendiri tanpa asosiasi. Manifestasi kecenderungan ini terlihat dari cara para pelukis memberi judul lukisan. Judul lukisan umumnya ini: "tanpa judul". Para pelukis itu takut, judul yang verbal akan menyugestikan suatu citra. Dua lukisan Pieter Defensche dan dua lukisan Marjolijn van Assem (menurut saya) terbaik di antara lukisan-lukisan ekspresif. Tiga, yang abstrak total, menampilkan paduan garis-garis sensitif, sapuan kuas, dan lumuran cat dalam komposisi warna yang sangat indah. Pada satu karya Defensche, sapuan kuas dan garis membentuk citra figur wanita. Gambar ini menunjukkan kemampuannya menyatukan ekspresi, citra, dan teknik menggambar model. Lukisan dan gambar (drawing) yang tematik tidak banyak dalam pameran ini. Hanya tiga pelukis tampil dengan kecenderungan ini. Mereka, Pat Andrea, Jaap Noordermeer, dan Aldert Mantje. Lukisan dan drawing Pat Andrea, pada pengamatan saya, paling menarik. Karya-karyanya menggambarkan dunia wanita yang dibayang-bayangi ketakutan histeris. Lukisannya, berjudul Mengamati Bahaya, menggambarkan wanita yang berusaha menyembunyikan diri. Gambarnya, Efek Kemurkaan, tidak hanya mengisahkan rasa takut wanita, tapi juga simbol-simbol kegelisahan yang diekspresikan lewat garis-garis riuh (potlot warna) yang sangat artistik. Super-realisme diwakili empat pelukis, Ans Markus, Henk Helmantel, Frans Stuurman, Pit van Loo. Semuanya, seperti umumnya karya super-realisme, diwarnai tema dan simbol-simbol. Namun, seperti biasanya, lukisan dengan corak ini mudah terjebak ke simbolisme miskin. Lukisan Ans Markus, wanita terbelit kain putih dengan seekor burung di tangan, seperti poster lingkungan saja. Namun, teknik melukisnya cermat dan impresif. Di antara keempat super-realis itu, hanya Stuurman yang menyajikan perenungan. Lukisannya (kereta api) menggambar kenyataan dengan citra sangat dingin, kaku, dan mencekam. Sekilas, kita tidak segera bisa menyimpulkan apakah lukisan-lukisan Stuurman tepat fotografis atau tidak. Karya-karya grafis Marinus Fuit, Harrie Gerritz, Sjoerd Bakker, dan Woody van Amen (yang mengkritik seni rupa Belanda itu), tampil dengan teknik cermat. Sjoerd Bakker menyajikan etsa berwarna yang rapi dan karya cetak saring Woody istimewa karena mengandung simbol-simbol Timur. Jim Supangkat
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini