Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
RAJA Li Si Bin bersidang dengan para menteri kabinetnya. Penasihat militer (Kun Su) Ci Bo Kong melapor: ”Tadi malam hamba melihat cahaya merah dan hitam di angkasa. Hal ini merupakan suatu pertanda buruk.” Kalimat ini membuka narasi komik berjudul Sie Djin Koei Tjeng Tang (Sie Djin Koei Menyerbu ke Timur). Tanpa menggunakan balon, teks narasi itu menyatu dengan gambar suasana sidang dengan sudut penglihatan kamera jarak jauh.
Diterbitkan oleh Gabungan Tridharma Indonesia pertama kali pada 1983, Sie Djin Koei Tjeng Tang, yang terdiri atas enam jilid, merupakan reproduksi komik karya pelukis Oto Suastika alias Siauw Tik Kwie, yang pernah dimuat secara bersambung di majalah Star Weekly pada 1954-1961. Boleh dibilang Oto Suatiska termasuk orang yang mempopulerkan kisah Sie Djin Koei di Indonesia.
Penerbit Gabungan Tridharma Indonesia, yang mendapat hak cipta pada 1979, juga menerbitkan Sie Djin Koei Tjeng See (Sie Djin Koei Menyerbu ke Barat). Sutrisno Murtiyoso dari komunitas Masyarakat Tjerita Silat mengatakan komik Sie Djin Koei punya banyak penggemar. Ini pula alasan mengapa mereka berinisiatif meluncurkan remastering komik Djin Koei dalam kemasan lebih modern pada 29 Januari lalu, di Mal Ciputra, Jakarta.
Sie Djin Koei adalah cerita klasik orang Cina yang ditulis oleh Tio Keng Jian pada abad ke-14, yang kemudian diedit oleh Lo Koan Chung, pada zaman Dinasti Ming. Dalam bahasa Melayu rendah, kisah Sie Djin Koei mulai dikenal dalam Wa Kang Tjap Peh Lo Hoan Ong terbitan Kho Tjeng Bie pada 1912. Setelah dibuat dalam bentuk komik, Sie Djin Koei makin populer di Indonesia. Bahkan cerita Sie Jin Koei pernah disadur Ketoprak Mataram RRI Yogyakarta, pada 1960-an, menjadi satu serial cerita ketoprak Djoko Sudiro, yang amat populer di Jawa Tengah.
Sie Djin Koei adalah satu-satunya komik yang pernah dibuat oleh Siauw Tik Kwie. Ilustrator, pelukis, dan filsuf kelahiran Surakarta, 21 Juni 1913, itu membuat komik tersebut setelah, pada 1952, redaktur Star Weekly, Tan Hian Lay dan Auwyong Peng Kun (almarhum P.K. Oyong, bekas Pemimpin Umum Harian Kompas), memintanya.
Dengan banyak membuat arsiran dan blok hitam, Siauw Tik Kwie berhasil memvisualkan kisah Sie Djin Koei secara ”hidup”. Agus Dermawan T., penulis buku Siauw Tik Kwie, Pelukis, Komikus, Pendidik, dan Filsuf, menjelaskan, Siauw Tik Kwie menggambar kisah Sie Djin Koei hanya berdasarkan imajinasinya. Sebab, ketika mencipta, ia belum pernah berkunjung ke Kuilin, tempat Sie Djin Koei hidup dan beraksi. ”Bahkan Siauw sama sekali belum pernah menginjakkan kaki di Tiongkok,” tuturnya.
Dalam sebuah wawancaranya dengan Tempo pada Juli 1980, Siauw mengaku terilhami oleh wayang orang Cina, yang pada 1930-an rutin ia tonton bersama ibunya di Solo, ditambah buku-buku Tiongkok kuno yang ia buka. ”Buku-buku Tiongkok membuat gambar Sie Djin Koei tapi jelek. Saya tafsir tak akan digemari pembaca Indonesia. Tokoh Djin Koei itu mestinya cakep, gagah, kuat, tapi keras,” katanya waktu itu. Akhirnya ia pun membuat sosok Sie Djin Koei berdasarkan imajinasinya.
Komik Siauw dibuat berdasarkan teks terjemahan Oey Kim Tiang—penerjemah terkenal cerita silat Tiongkok. Setelah muncul di Star Weekly itu, mula-mula PT Keng Po, penerbit Star Weekly, menerbitkannya dalam 30 jilid buku komik. Pada awal 1960-an, ketika muncul pengganyangan hal-hal yang berbau kebudayaan Cina, penerbitan komik Djin Koei terpaksa dihentikan. Padahal Siauw sudah siap dengan kelanjutannya, cerita tentang anak-cucu Sie Djin Koei.
Bila bagian ketiga lakon Sie Djin Koei versi Teater Koma pada 2012 masih bercerita seputar sosok Sie Djin Koei, demikian juga di komik. Kisah Djin Koei belum sampai ke anak-cucunya. ”Tapi tahun depan ada adegan Sie Teng San, anak Sie Djin Koei, akan bertempur melawan bapaknya sendiri,” kata Nano Riantiarno.
Nunuy Nurhayati
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo