Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tak Biasa
Sutradara: Jose Poernomo
Skenario: Hilman Mutasi
Pemain: Akhdiyat Duta Modjo, Melanie Putria, Meia Kusuma, Novie Emerson
Produksi: Jose Poernomo Films
Tahun: 2004
Di restoran cepat saji, Abi (Akhdiyat Duta Modjo) mengeluh karena gagal masuk Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Keluhannya juga merembet ke urusan pacar. Ia yakin tak ingin pacaran karena wanita cuma bikin masalah. "Banyak penguasa jatuh gara-gara wanita," ujarnya. Ia menyebut nama Napoleon Bonaparte, Adolf Hitler, Ken Arok, dan Tunggul Ametung sebagai tamsil. Abi baru berhenti nyerocos setelah matanya terantuk empat cewek yang baru masuk restoran.
Keyakinan tak ingin pacaran dalam film Tak Biasa itu seperti janji politisi di musim kampanye. Abi tak kuasa menahan hasrat berkenalan dengan Melisa (Meia Kusuma), cewek gaul dari Trisakti dan paling cantik di antara tiga temannya. Akrobat Abi membuahkan hasil. Melisa takluk dan bersedia menjadi pacarnya. Sayang, kisah cinta hanya berumur semalam. Tanpa sebab jelas, cewek manis berambut sebahu itu memilih putus. Hancurlah hati Abi.
Kini Abi mengeluh pada pedagang bunga yang dulu bernasib sama. Petuah si pedagang "patah satu tumbuh seribu" kembali membakar semangatnya. Belum lagi kesadarannya pulih, muncul Nadya (Melanie Putria) di toko bunga itu. Cewek SMU yang pelit senyum ini juga tak kuasa menahan jurus pendekatan Abi. Di arena paint ball, keduanya sepakat pacaran. Namun, cinta kilat itu berumur singkat. Di tepi Danau Sunter, Nadya mengaku sudah bertunangan dengan Philippe, cowok Prancis yang mukim di Paris. Hati Abi hancur berpuing-puing.
Agar tak terus murung, Abi disarankan main ke rumah uwak, pemilik perkebunan teh di Puncak, Bogor. Baru sehari menghirup udara desa, hatinya berdegup kencang melihat Ratna (Novie Emerson). Gadis desa ini begitu santun, ramah, dan tak segan mengajaknya ikut rapat karang taruna. Keruan saja Abi kepincut berat. Tapi, sekali lagi hatinya tercabik melihat Ratna bergandeng tangan dengan pemuda lain di arena layar tancap. Lengkap sudah penderitaan si anak mama ini.
Film komedi romantik arahan sutradara Jose Poernomo ini cuma berputar-putar pada kisah Abi berburu pacar. Keinginan sineas itu sederhana saja, membuat film dengan tema sederhana dengan membangun humor berdasarkan karakter tokoh utama Abi: manja, mudah jatuh cinta, nekat, konyol, dan sesekali agak bloon. Jangan heran jika dialognya kerap menjungkir-balikkan logika. Selama satu setengah jam lebih, penonton hanya dijejali kekonyolan Abi meracik taktik menjerat cewek. Dengan kata lain: humor dalam film ini tak terhindarkan dari humor slapstick.
Jose Purnomo, sutradara klip video yang memulai debutnya bersama-sama Rizal Manthovani dengan Jaelangkung, tentu saja berani menampilkan Duta, vokalis Sheila On 7, yang tak punya latar belakang seni peran. Bisa jadi karakter wajahnya memang cocok. Sayang, Duta sering kedodoran saat menampilkan roman muka serius. Penonton cuma bisa menduga apakah Duta sedang sedih atau gembira. Untung saja Melanie Putria bisa memenuhi tuntutan perannya.
Film yang dibintangi banyak debutan ini mestinya bisa tampil lebih menggigit jika Hilman Mutasi, penulis skenario, mau lebih keras lagi. Meski tema film ini ringan, kesempatan menampilkan dialog yang lebih cerdas belum tertutup. Problem yang dihadapi Abi tak sekadar urusan pacar. Problem remaja dan keluarga, misalnya, bisa digarap lebih serius. Sayang, di sini semuanya baik-baik saja dan nyaris tak ada konflik. Beberapa adegan juga terasa mubazir dan membuat ritme cerita melambat. Belum lagi gambar yang kurang memadai karena warna klip video muncul di sana-sini.
Sederet nilai kurang itu bukan vonis akhir. Namun, jangan terlalu berharap ingin mendapatkan sesuatu yang baru kecuali segumpal tawa melihat kekonyolan Duta. Atau, sekadar cuci mata menatap deretan cewek cantik dan pesona perkebunan teh di atas Puncak, Bogor. Tak lebih dari itu.
Arif Firmansyah
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo