Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Bandung - Kumpulan seniman muda Bandung yang tergabung dalam Studio Pancaroba berkelompok secara misterius. Mereka menyembunyikan identitas anggotanya sejak dibentuk pada 2019. “Semua anggotanya freelance, studio fisiknya nggak ada,” kata seorang senimannya yang anonim.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Tempo mewawancarai perwakilan dari Studio Pancaroba di suatu ruangan tanpa lampu seusai acara pengumuman pemenang Bandung Contemporary Art Awards (BaCAA) ke-8 pada Jumat malam, 18 Oktober 2024 di Galeri Lawangwangi Bandung. Seniman itu seorang lelaki berkacamata yang kepala dan wajahnya dibalut kain keffiyeh, sebelumnya naik ke panggung untuk menerima penghargaan bagi Studio Pancaroba sebagai pemenang utama berhadiah uang tunai Rp 100 juta. “Kita berkumpul kalau lagi bikin proyek seni saja,” ujarnya.
Karya Studio Pancaroba Dibuat Tanpa Tempat Khusus
Pembuatan karya seninya dianggap sebagai ajang bermain di luar rutinitas kerja tanpa tempat khusus. Seringnya mereka berkarya di ruang publik dan hanya beberapa kali ikut pameran seni.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Pameran perdana mereka secara tunggal berlangsung hampir setahun lalu yang digelar 23 November-10 Desember 2023. Berjudul Who Makes The White Cube White di Indeks Project Space Jalan Pangampaan No. 37, Bandung. “Pamerannya partisipatoris, pengunjung yang mau lihat pameran sekalian mengepel lantai,” kata kurator Axel Ridzky, Kamis 30 November 2023.
Sedangkan pada karya terbarunya di ajang BaCAA, mereka mengkritik institusi kepolisian atas beberapa kasus pelanggaran dan kejahatan anggotanya. “Karya ini akumulasi dari banyaknya berita tentang aparat keamanan soal kekerasan, strukturalnya, kita menyoroti reformasi kepolisian yang harusnya lebih dalam bukan hanya indeks kepercayaan masyarakat,” ujarnya.
Berkarya Didului Riset untuk Kritik Sosial
Kekaryaan Studio Pancaroba menurutnya selalu disertai oleh riset, mulai dari gagasan hingga penempatan karya. Pada karya 'Pencurian Paling Anjing dalam Sejarah Polri (control + X, control +S)', mereka mengangkut sebuah patung bersosok polisi dari jalan dan mengganti patungnya dengan bahan lain. Mereka pun menyertakan barang bukti saat melakukan aksi seperti dari rekaman video, helm, dan rompi.
Seniman yang tergabung dalam Studio Pancaroba intinya berjumlah empat orang. Ketika berkumpul dan memikirkan ide karya, mereka lebih condong ke arah kritik sosial. Konsultasi ke lembaga hukum juga dilakukan agar proses karyanya tidak melanggar aturan.