Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendidikan

Seminar Lampu Kuning

Seminar tentang masalah remaja dari segi penyalahgunaan obat, diadakan di gedung Yayasan Tenaga Kerja Indonesia (YTKI). Dengan pembicara a.l: dr. Goeswin Agoes Dosen ITB. Seminar ini dianggap lampu kuning.

26 September 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

REMAJA, ganja, dan kini: penyalahgunaan obat. Yang terakhir ini agaknya selama ini belum dihitung benar. Bila misalnya pelajar SLTA, atau bahkan SLTP--seperti yang bisa dijejaki di Jakarta menelan obat-obatan dalam jumlah besar, dan berharap mendapat pengalaman yang "lain", maka ini memang mode ugal-ugalan yang lain lagi. Di Kebun Raya Bogor, dua pasangan siswa SLTA dari Jakarta yang bolos dari sekolah, tertangkap basah. Bukan saja mereka sedang bercumbuan. Tapi mereka berasyik-masyuk sambil minum Mogadon--sejenis obat penenang. Mereka digiring polisi. Yang juga menarik adalah pengakuan mereka: obat itu yang hanya bisa didapat dengan resep dokter mereka peroleh dari seseorang tak dikenal yang menawarkannya untuk dibeli. Kalau itu benar, berarti ada juga bisnis gelapnya-kecil-kecilan. Dan memang, di Ciawi, Tasikmalaya, misalnya, seperti disiarkan Pikiran Rakyat, pertengahan bulan ini ditangkap seseorang yang mengedarkan kapsul Cosadon. Ia beroperasi di terminal, khususnya kepada para remaja. Memang ia juga mengedarkan ganja--dan bahkan dua orang penduduk di Majalengka, juga di Jawa Barat, diciduk karena kedapatan menanam 500 pohon tersebut. Tapi munculnya nama-nama obat penenang itu, sementara narkotik diketahui makin sulit didapat, memang terasa aneh. Lima hari sesudah berita tentang Kebun Raya Bogor itu--yang terjadi pada 14 September--di gedung Yayasan Tenaga Kerja Indonesia (YTKI) Jakarta diselenggarakan seminar yang juga membicarakan masalah itu. Dr. Goeswin Agoes, dosen pada Departemen Farmasi ITB yang kebagian makalah tentang topik tersebut, tidak mengingkari adanya "eksperimen obat-obatan" di kalangan remaja itu. Hanya saja Goeswin menunjuk obat pada umumnya. Dikatakannya, secara umum disebutkan oleh Goeswin yang sering disalahgunakan bisa dibagi ke dalam empat kelompok. Kelompok narkotika, misalnya morfin, heroin dan kodein -- ini yang terberat. Kemudian kelompok sedativa, ialah segala obat tidur atau penenang misalnya valium, mogadon dan sejenisnya. Kelompok ketiga adalah obat-obatan yang digunakan untuk stimulans, seperti amfetamine. Terakhir kelompok obat yang bisa menimbulkan halusinasi pada peminumnya: LSD, marijuana, ganja. Bagi Goeswin semua itu berbahaya-karena bisa menimbulkan kematian jika peminumnya telah kecanduan benar dan akhirnya meminumnya setiap hari. Memang ganja misalnya, termasuk yang ringan. Tapi sebagaimana keingintahuan remaja dalam soal seks, bila sudah sampai tingkat berciuman dan "lebih sedikit dari itu", tingkat selanjutnya tinggal berjarak tipis. Celakanya, "eksperimen" para remaja dengan obat-obat yang gampang diperoleh di pasaran bebas, obat tidur atau obat penenang misalnya, susah dikontrol. Goeswin pun, sayangnya, takbermaksud menyediakan data seberapa banyak remaja yang menyalahgunakan obat-obat ringan itu. Mudah-mudahan saja gejala di atas tidak terlalu besar. Letkol Pol. W. Silalahi, Komandan Satuan Pembinaan Remaja, Mahasiswa, pelajar dan pemuda Kodak Metro Jaya yang juga hadir di seminar di YTKI itu, masih merasa bersyukur -- bahwa kejahatan remaja khusus dari jenis ini terhitung kecil. "Hanya sekitar 1% dari kejahatan remaja jenis yang lain-lain, misalnya perkosaan, perkelahian dan pencurian." Silalahi tentu sudah mengingat pula anak-anak yang tertangkap di Bogor itu, maupun pengedaran obat-obat tertentu di terminal misalnya--yang mudah-mudahan memang hanya satu-dua dijumpai. Tapi itulah, karena susah dikontrol penyalahgunaan obat-obat "ringan" seperti yang dikatakan dr. Goeswin, seminar ini setidak-tidaknya bolehlah dianggap sebuah lampu kuning.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus