Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Budayawan Emha Ainun Nadjib atau Cak Nun dikabarkan sakit akibat pendarahan otak, kini tengah dirawat di RSU Dr Sradjito, Yogyakarta.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Cak Nun adalah salah satu budayawan dan tokoh intelektual Indonesia. Ia lahir pada 27 Mei 1953, di Jombang, Jawa Timur. Cak nun tumbuh di Desa Menturo, Jombang. Ayahnya adalah seorang kyai yang dihormati di desa tersebut. Sementara ibunya adalah sosok yang menjadi panutan karena aktif dalam membantu warga sekitar desa.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sejak kecil, Cak Nun telah peka terhadap keadilan. Suatu waktu ketika ia mengenyam pendidikan SD, Cak Nun memprotes salah satu gurunya yang terlambat masuk kelas. Menurutnya, guru yang tidak mendapatkan hukuman ketika terlambat adalah tak adil. Sebab, ketika ia terlambat masuk kelas, ia langsung diberikan hukuman.
Ketidakadilan tersebut mengakibatkan Cak Nun keluar dari sekolah tersebut dan dikirim ke Pondok Modern Darussalam Gontor. Setelah lulus, ia bersekolah di SMP Muhammadiyah 4 dan SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta. Mengutip p2k.stekom.ac.id, ketika memasuki perguruan tinggi, ia diterima di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UGM. Namun, ia hanya bertahan dalam fakultas tersebut selama 4 bulan.
Ilustrasi Cak Nun dan Kyai Kanjeng. Foto: CakNun.com
Cak Nun dalam Kiai Kanjeng
Kiai Kanjeng sebenarnya adalah salah satu nada pada alat musik tradisional gamelan yang diolah oleh Novi Budianto. Biasanya dalam khasanah musik Jawa, gamelan selalu memiliki dua jenis nada, yaitu pelog dan slendro. Namun, Novi tidak memiliki kedua jenis nada tersebut dalam gamelannya.
Kiai Kanjeng memiliki konsep nada solmisasi yang belum sempurna, yaitu sel, la, si, do, re, mi, fa, sol. Kiai kanjeng terus melakukan penyempurnaan melalui ninthing instrumental gamelan. Penyesuaian dan penyempurnaan nada tersebut dipilih oleh Novi Budianto berdasarkan pengalaman menata musik-puisi bersama Emha Ainun Nadjib atau Cak Nun.
Penyempurnaan nada gamelan tersebut dinamakan dengan “ngeng”, bunyi yang terbentuk karena kepekaan terhadap nada. Ngeng menjadi partitur abstrak dan acuan dalam karya-karya musik ciptaan Kiai Ajeng.
Melansir kebudayaan.kemendikbud.go.id, masyarakat mengenal Kiai Kanjeng sebagai grup musik religi yang beranggotakan Novi Budianto, Joko Kamto, dan Totok Raharjo. Nama Kiai Kanjeng dikenal oleh masyarakat luas sejak Cak Nun bersama grup musik tersebut mengeluarkan album bertajuk Kado Muhammad. Album tersebut memiliki satu lagu yang terkenal, yaitu Tombo Ati.
Daftar Lagu Karya Kiai Kanjeng, antara lain:
-Kado Muhammad
-La Tahzanu
-Jalan Sunyi
-Cakrawala
-Duh Gusti
-Bismillah
-An Nabi Shallu’ Alaih
-Marhabad
-Rabbi Ya Rabbi
-Shalawat Badar
-Tombo Ati
-Ya Allah Ya Mannan
-Walau Mentari
-Indal Qiyam