Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Cengkok Melayu Yang Hilang

Pagelaran gabungan orkestra radio televishen malaysia dengan orkes radio televisi indonesia di balai sidang senayan. ada suasana nostalgia, kini lagu melayu tersisih oleh pop dan dangdut.

24 Mei 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEBUAH malam dengan warna Melayu Senin pekan lalu, di Balai Sidang Senayan Jakarta, pada pergelaran gabungan Orkestra Radio Televishen Malaysia (ORTM) dengan Orkes Radio Televisi Indonesia. "Karena ini didengar di Malaysia dan Indonesia, sebisa mungkin lagu-lagunya bisa dinikmati kedua belah pihak," kata Johari Salleh, 40 tahun, pimpinan ORTM. Itulah acara puncak dan terakhir perlawatan ORTM selama dua minggu di Indonesia. Sebelumnya ORTM mengadakan pergelaran di Medan, Bandung dan di Studio V RRI Jakarta -- sendiri, bukan gabungan. Tapi menurut Encik Jo, orkesnya sendiri pun sebenarnya jarang memainkan lagu joget Melayu. Kecuali, tentu, kalau yang tampil menyanyi Seh Mohammad Salim. Biduan satu ini memang khusus penyanyi lagu "tradisional Melayu". Dan memang terkenal -- bukan semata karena Melayunya, tapi karena dia pun penyiar Radio Malaysia, juga pelawak. Milik Kerajaan "Kehidupan musik pop lebih mendapat pasaran. Dan seperti di Indonesia saya duga," tutur Encik Johari, "pop di Malaysia sangat terpengaruh Barat. Kalau syairnya diganti bahasa Inggris, saya tak tahu lagi apakah lagu Malaysia atau Barat. " Dia yang kini hidup membujang, menilai penyanyi-penyanyi pop kita yang memelayukan diri malam itu -- antara lain Marini, Bob Tutupoly, lletty Koes Endang, Rafika Duri -- "cukup boleh." Encik Jo agaknya sedikit diplomatis. Isbandi, pimpinan Orkes Telerama, kepada TEMPO mengatakan: "Cengkok Melayu penyanyi kita malam itu kurang sekali." Apa boleh buat. Selera zaman agaknya menentukan. Lagu Melayu telah tersisih -- oleh pop dan dang-dut. Juga faktor penyanyi. "Kalau penyanyinya dari Jawa atau Sunda, ya . . . kata Isbandi yang pernah juga mencipta lagu Melayu, dulu, sehabis mengunjungi Malaysia. "Tahun 60-an saya cipta Kenangan Indah. Tapi tak dapat sambutan, ya lantas lenyap." Tak berarti 'Malam Melayu' pergelaran gabungan itu sepenuhnya sumbang. Masih ada S.M. Salim yang telah disebutkan. Dan menurut Tri Sutji Djuliati Kamal, Ketua Himpunan Komponis Indonesia, Encik Salim memang boleh." Tapi dia 'kan memang orang Malaysia, asal lagu Melayu itu," katanya. Persis cik dan encik Malaysia itu berbicara saja 'kan sudah Melayu Meski Encik Salim yang lahir di Kualalumpur 50 tahun lalu itu beribu Aceh dan berbapak dari Timur Tengah. "Salim memang terbaik. Tapi juga tak sepopuler penyanyi pop. Pasarannya juga sepi. Dan di Malaysia pun lagu joget yang baru juga tak ada," cerita Johari. "Jadi seperti juga lagu seriosa. Tetap ada, tapi tiada berkembang." Itulah mengapa ORTM, yang "milik Kerajaan" itu, mengambil jalan tengah. "Kami tak membiarkan ORTM memainkan lagu-lagu disko. Tapi juga jarang membawakan lagu joget Melayu yang sudah tak begitu digemari. Jadi kebanyakan lagu hiburan saja yang kami mainkan." Bagaimana sambutan khalayak Malaysia melihat pergelaran gabungan ini tak langsung bisa diketahui. Acara malam itu, ternyata tak bisa langsung disiarkan di Malaysia, karena "sedang ada acara penting di sana," kata Isbandi. Yang langsung disiarkan ke Malaysia, justru acara Jumat malam dua pekan lalu di Studio V RRI Jakarta yang lebih menampilkan penyanyi pop Cik Rosemaria Abdul Hamid, 4 tahun -- Juara Bintang Radio Televishen Malaysia 1977. Untunglah, Johari Salleh sebagai konduktor ternyata lebih puas dengan pergelaran Jumat malam itu. Bukan soal lagunya tapi soal akustik. "Di RRI suara bisa terkumpul. Saya menangkap semuanya. Di Balai Sidang suara tersebar." ORTM didirikan tahun 1961. Semula hanya dengan anggota 9 musisi. Kini punya anggota 50 orang. Yang ke Indonesia 31 orang saja. Johari Salleh merupakan pimpinan masa kedua. Pimpinan pertamanya Alfonso Soliano. Perlawatannya pertama kali ke Indonesia ini separuh dibiayai pemerintah Malaysia, separuh dari Indonesia. Dan ini merupakan kelanjutan program bersama antara RTM dan RRI, yang sudah berlangsung sejak awal tahun ini, dalam acara yang disebut 'Salam Muhibah. Adapun Orkes Radio Televisi Indonesia adalah nama mendadak --merupakan gabungan anggota TVRI Stasiun Medan dan anggota Orkes Telerama. Agak sulit membandingkan permainan kedua orkes ini, karena mereka bergabung. Toh, Isbandi ternyata cukup jeli "Secara keseluruhan bagus. Permainan alat tiup ORTM menonjol." Ada suasana nostalgia, memang, malam itu. Tak Seindah Wajah, Serunai Malam, Bunga Hati, Fatwa Pujangga dan Cinta Hampa adalah lagu joget yang populer di tahun 50-an. Masih satu lagi, karya Syaiful Bahri di tahun 1960, Semalam di Malaysia. Dan tentu saja kumandang jogetnya Encik Salim.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus