Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Sejarawan Lilie Suratminto menulis Membuka Tabir Makna Batu Nisan Belanda dan bedah bukunya berlangsung di Museum Taman Prasasti pada Ahad, 26 November.
Nisan Belanda berisi biografi penghuni pusara. Tapi bagi kaum bangsawan, hanya memuat sedikit keterangan.
Di antaranya Olivia Mariamne, istri Gubernur Jenderal Raffles, yang beristirahat selamanya di Museum Taman Prasasti di Tanah Abang, Jakarta Pusat.
"Olivia Mariamne, istri dari yang terhormat Thomas Stamford Raffles, Gubernur Jawa, meninggal 26 November 1814".
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Lebih dari dua abad berlalu sejak Olivia Mariamne Devenish meninggal di usia 43 tahun. Raffles, yang lebih muda sepuluh tahun, sempat depresi dan sakit-sakitan setelah ditinggal cinta matinya itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pejabat Kerajaan Inggris tersebut bertugas sebagai Gubernur Jawa pada 1811, setelah Belanda takluk oleh Inggris. Raffles meninggalkan banyak warisan bagi Indonesia dari empat tahun masa kerjanya. Dari penghapusan sistem kerja paksa ala Belanda, penggalian Candi Borobudur dan Prambanan, penataan Kebun Raya Bogor, hingga bukunya yang termasyhur, The History of Java. Berbeda dari istri petinggi lainnya, Lady Olivia dikisahkan kerap mendampingi Raffles di lapangan.
Mungkin aktivitas luar ruangan itu pulalah yang membuatnya terserang malaria, lalu berpulang di Buitenzorg alias Bogor. “Sebelum meninggal, Olivia berpesan agar dimakamkan di samping John Casper Leyden,” ujar Lilie Suratminto, dosen bahasa dan kebudayaan Belanda Universitas Indonesia, Ahad, 26 November lalu.
Makam Olivia Mariamne, istri Thomas Stamford Raffles, di Museum Taman Prasasti, Jakarta, 26 November 2023. TEMPO/Jihan Ristiyanti
Jenazah Olivia dibawa ke Batavia dan dikebumikan di Kebon Jahe Kober, kompleks permakaman yang dibuka pemerintah kolonial pada 1797. Lokasinya kini di Jalan Tanah Abang I, Jakarta Pusat, dan namanya berganti menjadi Museum Taman Prasasti sejak 1970.
Lilie mengisahkan Leyden sebagai sahabat Raffles dan Olivia. Namun, karena kesibukan Raffles, Olivia lebih banyak menghabiskan waktunya dengan sahabatnya. Leyden meninggal pada 28 Agustus 1811, juga akibat malaria. Kedekatan keduanya terbaca dari kumpulan puisi yang ditulis Leyden untuk Olivia.
Siang itu, tepat 209 tahun hari kematian Olivia Raffles, Lilie memberi keterangan di samping makam Olivia dalam diskusi dan bedah bukunya, Membuka Tabir Makna Batu Nisan Belanda. Kitab 300-an halaman itu merupakan pengembangan dari disertasinya di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia pada 2006 yang berjudul Komunitas Kristen Masa VOC di Batavia Dilihat dari Batu Nisannya.
Buku Membuka Tabir Makna Batu Nisan Belanda karya Lilie Suratminto. TEMPO/Jihan Ristiyanti
Buku yang terbit pada Juni 2023 ini mengulas nilai sejarah dari batu-batu nisan era kolonialisme Belanda. “Sekarang sudah tidak ada lagi orang yang membuat nisan seperti ini. Mereka lebih suka dikremasi atau dimakamkan biasa,” ujarnya.
Lewat Membuka Tabir, pembaca bisa mengetahui struktur dan budaya komunitas Kristen di Batavia pada era VOC. Misalnya, pada abad XVII dan XVIII, orang Eropa yang didominasi oleh Belanda menggunakan batu granit dan andesit sebagai nisan. Batu-batu itu diimpor dari India. Ada yang diukir di sana, ada pula yang di Jawa. Nisan ukiran India, kata Lilie, terlihat dari hurufnya yang timbul. Sedangkan buatan lokal terpahat di dalam batu.
Baik nisan dengan huruf timbul maupun tertanam berisi biografi penghuni makam, simbol-simbol, dan patung indah yang terbuat dari marmer. “Semakin tinggi strata sosialnya, semakin sedikit keterangannya. Umumnya mereka memakai simbol,” ujar Lilie, yang juga Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora Universitas Buddhi Dharma, Tangerang.
Membuka Tabir menjelaskan makna dari simbol-simbol yang terukir di nisan. Misalnya, simbol jam pasir bersayap yang dilingkari oleh seekor ular yang menggigit ekornya. Jam pasir berarti umur manusia yang terbatas, sayap melambangkan kecepatan waktu berlalu, dan ular menggigit ekornya bermakna tidak ada akhir kehidupan. Ada juga bintang, yang melambangkan keabadian.
Makam di Museum Taman Prasasti, Jakarta, 26 November 2023. TEMPO/Jihan Ristiyanti
Buku Lilie juga mengulas tokoh-tokoh yang menjadi penghuni Museum Taman Prasasti. Lihat saja makam berlapis marmer yang berlokasi paling dekat dengan pintu masuk kompleks permakaman modern itu. Nisannya berbentuk buku yang terbuka. Kita bisa menebak penghuninya adalah orang cerdik cendekia. Benar saja, dia adalah Dr H.F. Roll, penggagas pendirian sekolah tinggi kedokteran pertama di Hindia Belanda yang menjadi cikal bakal Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Ketua Ikatan Arsitek Landscape Jakarta, Evan Sandjaja, yang terlibat dalam pemugaran Museum Taman Prasasti, mengatakan tidak semua makam di sana ada isinya. “Hanya sekitar 32 makam yang disepakati sebagai makam in situ. Sisanya ex situ. Namun itu masih perlu pengkajian lagi,” ujarnya. Ada sekitar 1.300 makam di sana.
Evan mengatakan kompleks perkuburan ini awalnya seluas 5 hektare, tapi kini tersisa 1,3 hektare akibat tergusur bangunan di kanan-kirinya. “Beberapa nisan di sini adalah pindahan dari gereja-gereja tua di Indonesia,” ujarnya. Di antaranya berasal dari Nieuw Hollandsche Kerk, yang kini menjadi Museum Wayang di Kota Tua Jakarta.
JIHAN RISTIYANTI
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo