Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Inilah persepsi seorang Titaruby terhadap David, mahakarya Michelangelo, perupa abad pertengahan yang termasyhur itu. Bagi perupa keramik Fakultas Seni Rupa Institut Teknologi Bandung ini, David—Nabi Daud dalam Islam—bukan ikon maskulin. Ia mendekonstruksi imaji sepanjang 500 tahun terakhir: lelaki dalam tubuh mahasempurna.
Di teras Rotunda, Museum Nasional Singapura, sejak April lalu, perupa perempuan kelahiran 1968 ini menampilkan sosok David yang bersalut brokat merah muda—kain yang identik dengan karya-karya lain Titaruby. David cantik dan kemayu, bersolek dengan kain yang di negeri ini identik dengan kebaya, ikon femininitas perempuan Indonesia. Dan Titaruby membuat tali pelontar yang menaklukkan Goliath itu bak selendang yang tersampir manis di bahu.
Karya Titaruby ini menjulang hingga mencapai dua lantai piazza museum itu. Tinggi patung dari fiberglass ini 8,5 meter. David feminin ini demikian menarik perhatian pengunjung; karena warnanya yang menyala, juga karena ketelanjangan sosoknya. Kain brokat merah muda menempeli seluruh permukaan kulit, bahkan hingga ke lekuk torso, belakang telinga, pantat, sampai ke alat kelamin.
Menurut Enin Supriyanto, yang menuliskan pengantar karya bertajuk Surrounding David ini, salutan kain brokat merah muda telah melunakkan otot-otot maskulin David. Demikian pula motif bunga dan cahaya berpendar yang keluar akibat warna merah muda yang mengelilingi tubuhnya. Semuanya membuat sisi kelaki-lakian David habis terpangkas. ”David disituasikan dalam dunia androgini, di mana segala sesuatunya menjadi ambigu,” katanya.
Kurie Suditomo (Singapura)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo