Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Pesta film di Cannes yang diminati para sineas.
Pecah rekor peserta festival.
Indonesia ikut meramaikan festival film ini.
MALAM Minggu pukul tujuh. Orang berlalu lalang. Para pria mengenakan tuksedo. Perempuannya berbalut gaun aneka model. Boulevard De La Croisette di Cannes, Prancis, bak panggung peragaan busana walau hujan membasahi kota. Sorot lampu berpendar pada petang yang kelabu dengan suhu udara 14 derajat Celsius.
Boulevard De La Croisette adalah jalan sepanjang 2 kilometer yang membentang di tepi Laut Mediterania. Gerai jenama papan atas semacam Louis Vuitton, Versace, Prada, Hermes, Armani, dan Gucci berdiri di setiap persimpangan jalan. Mobil listrik terbaru keluaran BMW, Mercedes-Benz, Telstra, Ferrari, hingga McClaren wira-wiri. Kafe dan bar pun penuh pengunjung. Di laut biru yang tenang, terhampar rapi perahu dan kapal pesiar aneka ukuran. Jauh di daerah yang lebih tinggi, terlihat kastil dan gereja tua. Dentang loncengnya sesekali terdengar.
Pusat keramaian ada di Palais des Festivals et des Congrès, satu-satunya bangunan yang berdiri di sisi pantai ujung timur Boulevard De La Croisette. Di gedung yang mulai digunakan pada 1979 tersebut, Festival Film Cannes Ke-76 digelar pada 18-27 Mei lalu. Pekerja film dari seluruh dunia berdatangan sepanjang dua pekan. “Ini festival film paling ramai,” kata Yulia Evina Bhara, produser Indonesia yang sudah hadir di berbagai film internasional, Jumat, 19 Mei lalu. “Sebab, selain festival, ada juga market film dan berbagai kegiatan lain.”
Festival ini menggabungkan beberapa jenis kompetisi, antara lain kompetisi utama yang menghadirkan 21 film dari berbagai negara, Directors’ Fortnight yang dipilih juri dari kalangan sutradara, serta Semaine de la Critique yang dinilai para kritikus film. Basri and Salma in a Never-Ending Comedy, film pendek karya sutradara asal Makassar, Khozy Rizal, dan produser John Badalu masuk kompetisi utama. Adapun Tiger Stripes, film Malaysia yang diproduseri delapan sineas dari berbagai negara, termasuk Yulia Bhara, memenangi kompetisi Semaine de la Critique alias Cannes Critics’ Week.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sutradara, produser, dan pemeran film Tiger Stripes, di ajang Festival FIlm Cannes 2023. Tempo/Budi Setyarso
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ada 21 film panjang yang diputar untuk kompetisi utama Festival Film Cannes. Anatomy of a Fall karya Justine Triet ditetapkan sebagai film terbaik. Juri untuk penghargaan tertinggi ini terdiri atas Ruben Östlund (Swedia), Julia Ducornau (Prancis), Damián Szifron (Argentina), Atiq Rahimi (Afganistan, Prancis), Paul Dano (Amerika Serikat), Brie Larson (Amerika Serikat), Rungano Nyoni (Zambia), Denis Ménochet (Prancis), dan Maryam Touzani (Maroko). Mereka umumnya sutradara, penulis naskah, dan aktor.
Anatomy of a Fall adalah film drama persidangan pada kasus pembunuhan yang hanya menghadirkan satu saksi. Saksi ini bahkan penyandang tunanetra. Alkisah, Sandra, seorang penulis kelahiran Jerman, tinggal di rumah yang indah di Pegunungan Alpen, Prancis, bersama suaminya, Samuel. Mereka sedang menghadapi masalah keuangan dan mencoba menyewakan rumahnya itu melalui Airbnb.
Samuel menggerutu di lantai atas sambil memutar musik dengan volume maksimal. Sandra yang sedang melakukan wawancara kesal, pergi, dan mencoba tidur siang. Daniel, putra pasangan itu, sedang pergi bersama anjingnya, Snoop, untuk berjalan-jalan. Ketika pulang, ia mendapati mayat ayahnya telah tergeletak di salju di luar rumah. Kepalanya terluka parah.
Daniel yang malang adalah saksi yang tidak dapat diandalkan. Dia buta akibat kecelakaan, yang membuat Sandra selalu menyalahkan suaminya. Samuel pun menjadi sering marah dan depresif. Dia juga membenci Sandra karena perselingkuhannya. Ia bahkan menuduh istrinya menjiplak idenya ketika menulis.
Tidak lama, polisi datang buat menyelidiki kematian Samuel. Mereka memborgol Sandra. Ia menjadi tersangka utama pembunuhan. Dia pun menunjuk kawan lama yang mungkin jatuh cinta padanya untuk menjadi pengacara. Nasib Sandra tergantung pada anaknya yang tidak bisa melihat. Drama inilah yang terbangun pada film pemenang Palme d’Or itu.
Arena pasar film atau Marce du Film, Cannes, Prancis, Mei 2023. Tempo/Budi Setyarso
Anatomy of a Fall dan film-film lain dari berbagai kompetisi itu diputar paralel setiap hari di berbagai bioskop di Cannes. Beberapa film di luar kompetisi juga diputar perdana di sini, antara lain Indiana Jones yang menghadirkan aktor kawakan Harrison Ford. Para penggemar film berdatangan berburu tiket, baik secara daring maupun luring. Banyak orang—dengan setelan parlente tuksedo atau gaun panjangnya—bahkan berburu tiket di area festival dengan menenteng kertas bertulisan “Saya perlu tiket untuk film apa pun.”
Film-film utama banyak diputar di tiga bioskop yang ada di Palais des Festivals, yaitu Grand Theatre Lumière, Théâtre Claude Debussy, dan Buñuel Theatre. Di depan gedung tempat masuk Lumière terhampar karpet merah sepanjang kurang dari seratus meter, tempat aktris, sutradara, juga produser ternama memasuki gedung bioskop. Penonton di Lumière pada petang hari juga diharuskan mengenakan tuksedo dan gaun.
Ratusan orang meriung di area karpet merah menjelang pukul tujuh malam, sewaktu para selebritas umumnya berdatangan buat menghadiri pemutaran perdana film mereka. Di sini pula para fotografer dari berbagai media menjalankan tugasnya. Seusai acara, mereka meninggalkan tangga, yang juga dijadikan penanda “wilayah kekuasaan”, untuk mereka gunakan esok harinya. Layar lebar dipasang menayangkan siaran langsung, memudahkan para penggemar menyaksikan idola mereka datang. Pada hari pertama, terlihat aktor senior Hollywood, Michael Douglas, beserta pasangannya, Catherine Zeta-Jones. Tampak pula Johnny Depp, pemeran utama film fiksi Pirates of the Caribbean.
Michael Douglas, bersama istrinya Catherine Zeta-Jones (kanan), dan putrinya Carys Zeta Douglas, berpose di karpet merah di acara pembukaan Festical Film Cannes, pada 16 Mei 2023. Reuters/Yara Nardi
Beberapa pesohor Indonesia, seperti Raline Shah, Cinta Laura, dan Putri Malino, memamerkan kehadiran mereka di karpet merah melalui media sosial. Mereka umumnya hadir atas undangan produk yang menjadi sponsor festival. Cinta dan Putri, misalnya, diundang satu jenama produk kecantikan asal Prancis.
Ratusan film diputar bergantian sepanjang dua pekan pada pertengahan musim semi ini. Untuk menonton, penggemar film perlu memesan tiket menggunakan satu portal khusus. Pemilik badge peserta festival bisa mendapatkan tiket secara cuma-cuma. Mereka tinggal memilih film dan jadwal pemutaran. Jika tempat masih tersedia, tiket segera dikirimkan ke alamat surat elektronik atau surel yang terdaftar. Pemilik tiket harus datang pada jadwal yang telah dipilih atau membatalkannya 30 menit sebelum pertunjukan. Panitia akan membekukan akun mereka yang dua kali menghanguskan tiket. Panitia juga menjual tiket untuk umum dengan harga 5-8 euro atau Rp 80-125 ribu.
Deretan film itu diputar sejak pagi setiap hari. Jadwal pertama biasanya pukul 08.30 dan yang terakhir tengah malam. Antrean mulai memanjang setengah jam sebelum pertunjukan dimulai, tak peduli cerah ataupun hujan. Satu baris antrean disediakan untuk mereka yang belum mendapatkan tiket. Mereka diperbolehkan mendapatkan sejumlah kursi yang dibatalkan pemesan sebelumnya. Dengan mekanisme ini, setiap bioskop umumnya terisi penuh.
Aktor Johnny Depp (tengah) tiba di acara pemutaran film "Jeanne du Barry" dan pembukaan Festival Film Cannes, 16 Mei 2023. Reuters/Sarah Meyssonnier
Sebagian besar gedung bioskop di Cannes bisa dijangkau dengan berjalan kaki. Karena itu, setiap orang yang berhasil mendapatkan tiket bisa menonton lima-enam film setiap hari. “Saya sudah menonton lima film hari ini,” ucap Olivier, yang berasal dari Prancis utara perbatasan dengan Luksemburg, kepada Tempo. Ia menyebut Good Bye, Julia sebagai film favoritnya.
Good Bye, Julia merupakan film pertama Sudan yang diputar di Festival Film Cannes untuk kategori Un Certain Regard—dibuat untuk film-film alternatif. Digarap sutradara Mohamed Kordofani, film berdurasi dua jam ini mengisahkan relasi dua perempuan berbeda latar belakang: warga Sudan utara yang beretnis Arab dan muslim serta penduduk Sudan selatan yang berkulit hitam dan beragama Kristen. Hubungan keduanya menjadi kompleks di tengah suasana panas menjelang referendum, yang kemudian memisahkan Sudan menjadi dua negara pada 2011. Sutradara dan para pemeran film ini hadir pada saat pemutaran perdana di Théâtre Claude Debussy, Sabtu, 20 Mei lalu. Tempo melihat mereka berpelukan seusai pemutaran film. Tepuk tangan bergemuruh di gedung dua lantai berkapasitas 800-an orang itu.
Pemain, sutradara, produser film "Good Bye, Julia", seusai pemutaran perdana pada Festival Film Cannes, di Theater Debussy, 20 Mei 2023. Tempo/Budi Setyarso
Olivier, yang mengaku sudah dua kali berwisata ke Indonesia, mengatakan film itu sangat indah. Jalan ceritanya juga sangat menyentuh. “Saya suka sekali film itu,” tuturnya sambil mengantre masuk bioskop Theatre Croisette, menonton Creatura, film asal Spanyol yang masuk kategori Directors’ Fortnight, pada Sabtu malam pukul 21.00. Ia mengatakan tiap tahun hadir di Festival Film Cannes.
Sophia, perempuan asal Paris, yang duduk bersebelahan dengan Tempo pada saat menonton Good Bye, Julia, mengaku hari itu sudah menonton tiga film, antara lain film berjudul La Regne Animal. Film fiksi ilmiah itu berkisah tentang petualangan ayah dan anaknya di dunia tempat manusia telah bermutasi menjadi binatang. “Ini film keempat yang saya tonton hari ini,” ujar perempuan tinggi berambut ikal yang mengenakan jaket dan sepatu sport serta celana jins itu. Ia meletakkan payung di bawah kursinya. Cuaca di luar memang diwarnai hujan sejak pagi pada Sabtu itu.
Antrean penonton di Theater Miramar, pada 19 Mei 2023. Tempo/Budi Styarso
Festival Film Cannes—atau Festival international du film—betul-betul surga bagi penggemar gambar hidup. Hajatan tahunan tiap Mei ini berawal pada 1938. Para penggagasnya ingin membuat acara tandingan buat Festival Film Venesia di Italia, satu-satunya kompetisi film saat itu yang mendapat intervensi politik, terutama dari penguasa fasis Benito Mussolini. Terhambat Perang Dunia II, festival di Cannes baru bisa kembali digelar pada 1946.
Pada 2020 dan 2021, ketika dunia seperti berhenti berputar akibat pandemi Covid-19, festival di Cannes digelar secara daring. Tahun lalu, meski dengan jumlah peserta terbatas, acara ini kembali normal. Tahun ini, festival betul-betul "pecah". The Marche du Film atau Pasar Film yang digelar di Palais bahkan mencatatkan rekor tertinggi jumlah peserta. Menurut panitia, lebih dari 14 ribu peserta terakreditasi dari 120 negara mengikuti ajang pertemuan pembuat dan pembeli film itu. Jumlah itu melampaui rekor sebelumnya, yakni 12.500 peserta pada 2019 sebelum masa pandemi. Panitia sebelumnya juga hanya memperkirakan 13.500 orang hadir.
“Kami sangat bangga bisa menyelenggarakan acara yang sesukses ini,” kata Guillaume Esmiol, Direktur Eksekutif Marche du Film. “Jumlah peserta yang hadir melebihi harapan dan perkiraan kami sebelumnya. Kami sangat bersemangat melanjutkan usaha mendukung industri film dengan menjadi platform untuk berjejaring, pembelajaran, juga bisnis.”
Pesta juga terlihat di tepi pantai, tempat nonton bareng atau nobar film digelar setiap malam pukul 21.30. Meski film diputar di tempat terbuka, penonton perlu antre buat memasuki area seluas lapangan bola itu. Di sana disediakan kursi pantai yang memungkinkan penonton menikmati gambar hidup dengan setengah berbaring. Layar dipasang di panggung, yang bisa juga digunakan untuk konser musik. Mereka yang tidak kebagian kursi hanya bisa menonton di luar pagar besi.
Pemutaran film di tepi pantai pada Festival Film Cannes, 19 Mei 2023. Tempo/Budi Setyarso
Acara nobar ini dinamai Cinema de la plage, yang menyajikan film-film klasik. Sebagian di antaranya merupakan hasil restorasi. Area ini didedikasikan untuk Jean-Luc Godard, yang populer dengan kutipan: “Dengan sinema, kita bicara tentang segalanya dan bisa mendapatkan segalanya.” Karya terakhir Godard hasil restorasi pun diputar di Grand Lumière, tempat film-film utama yang memperebutkan penghargaan Palme d’Or ditayangkan.
Aktor Reza Rahadian menilai Festival Film Cannes sangat besar dibanding festival internasional lain. “Sangat grande dan festive. Semua orang berdandan. Mereka datang nonton betul-betul well dressed,” kata Ketua Komite Festival Film Indonesia 2020-2023 itu.
Ia mengatakan FFI dan banyak festival umumnya hanya berfokus pada pemberian penghargaan. Sementara itu, di Cannes, berbagai acara pendukung digelar secara serentak. Ratusan negara memamerkan industri film, termasuk insentif untuk para pembuatnya jika mengambil gambar di tempat mereka.
Reza mencontohkan Spotlight Asia, acara yang mempertemukan pelaku industri film dan sejumlah negara Asia. Di sini setiap negara menjelaskan bentuk pendanaan dan persyaratannya untuk mendapatkannya. “Saya belajar dan mencoba mencari bentuk seperti apa yang bisa diadaptasi untuk FFI,” tuturnya.
Malam Minggu lewat pukul 23.00. Boulevard De La Croisette makin ramai. Orang duduk dan minum di deretan bar. Masih ada satu jadwal pemutaran film yang mesti ditonton. Namun cukup untuk hari ini. Tiga film dengan genre berbeda dalam sehari telah membuat kepala terasa mabuk.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Di edisi cetak artikel ini terbit di bawah judul "Pesta Gambar Hidup di De La Croisette"