Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pengungsian orang Papua dari kampung halamannya sendiri menjadi masalah besar di negeri ini. Dalam catatan PBB, gelombang pengungsi yang disebabkan konflik bersenjata itu hingga kini mencapai 60 hingga 100 ribu orang yang tersebar di beberapa wilayah Papua. Persoalan inilah yang diangkat JUBI TV dalam film dokumenter berjudul Sa Punya Nama Pengungsi.
Sa Punya Nama Papua Sorot Masalah Pengungsi Papua
Film yang dirilis tahun ini menyajikan bagaimana JUBI TV mendokumentasikan persoalan pengungsian di Papua ini dengan detail. Para jurnalis media alternatif ini berinteraksi langsung dengan para pengungsi dan memotret keresahan mereka. Film dokumenter Sa Punya Nama Pengungsi diputarkan di KALA, Jakarta Selatan, Jumat, 29 September 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sutradara Sa Punya Nama Pengungsi, Yuliana Latinpo menuturkan alasannya mendokumentasikan masalah pengungsian di Papua ini dalam bentuk film. Meurut dia, hingga saat ini masih banyak yang tidak mengetahui soal pengungsian yang semakin parah di wilayah Papua.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Yuliana memotret Ndouga dan Maybrat sebagai latar film ini. Ia memfokuskan perjuangan ibu-ibu pengungsi yang melahirkan anak-anak mereka di tengah hutan. Salah satu tokoh yang diangkat adalah Mama Jubiana. Dia menembus hutan belantara sejauh 80 km.
"Kami sudah 3 bulan berada di hutan dengan usia kandungan 9 bulan. Jalan dari Ndouga ke Wamena, hingga sempat tinggal di gua. Kami pergi dari satu pondok ke pondok lain," kata Jubiana dalam film itu. Warga Kampung Aitrem itu mengungsi karena kampungnya ditinggali oleh TNI-Polri.
Selain Mama Jubiana, ada juga Ema yang melahirkan anak perempuannya tanpa bantuan kesehatan. Dia terpaksa melahirkan di tengah hutan karena adanya konflik bersenjata di wilayahnya sehingga dia harus mengamankan keluarganya.
Penyebab Terusir dari Rumah Mereka Sendiri
Apa yang menyebabkan mereka mengungsi? Kejadian ini dipicu oleh penyerangan pada 2 Desember 2018. Penyerangan ini menyebabkan 19 orang meninggal, 2 orang hilang, dan masih banyak korban lainnya sepanjang 2018 hingga 2022.
Adanya konflik yang terjadi sejak penyerangan pekerja pada Desember 2018 itu mengakibatkan penambahan pasukan TNI untuk mengejar penyerang. Mengirim aparat keamanan adalah satu-satunya cara yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia. Akan tetapi, bukannya semakin membaik, penanganan konflik ini justru membuat orang Papua trauma.
Yuliana berharap film dokumenter ini dapat menjadi media advokasi untuk menyelesaikan konflik yang terjadi antarkedua belah pihak. JUBI TV mendedikasikan film ini untuk seluruh pengungsi di tanah Papua, karena mereka ingin kembali ke rumah sendiri.