Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pada film Elvis, kolonel Tom Parker merupakan manajer kontroversial Elvis Presley. Parker merupakan sosok dengan masa lalu misterius yang memiliki pengaruh besar terhadap kesuksesan dan kehancuran Elvis, baik dalam film maupun kehidupan nyata.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pemilik nama asli Andreas Cornelis Dries van Kuijk ini berimigrasi secara ilegal ke Amerika Serikat mencari pekerjaan sebagai pekerja karnaval sebelum bergabung dengan Angkatan Darat (AD). Setelah itu, ia dikeluarkan dari AD dan kembali menjadi pekerja karnaval. Kemudian, ia terlibat dalam promosi musik yang bekerja dengan Gene Austin, Minnie Pearl, Eddy Arnold, dan Hank Snow.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berdasarkan Screenrant, Parker merupakan pengusaha cerdik, mencolok, dan manipulatif yang mampu menghasilkan kesepakatan menguntungkan dengan biaya produksi minimal sambil memastikan keuntungan pribadi terbesar. Ia mendapatkan gelar kehormatan “Kolonel” di Milisi Negara Bagian Louisiana oleh Gubernur Jimmie Davis sebagai ucapan terima kasih atas pekerjaan dalam kampanye politiknya. Parker pun mengadopsi gelar itu sebagai bagian dari identitasnya, meskipun diberhentikan dalam militer.
Lalu, salah satu rekan Parker, Hank Snow membawanya ke Elvis Presley untuk bekerja sama dalam dunia musik. Parker menyadari potensi Elvis awal dan beralih untuk menaunginya secara penuh waktu. Ia berjuang dengan kecanduan judi sambil menjaga Elvis tetap terikat sebagai artis yang berada di bawah naungannya. Bahkan, ia juga sempat menghentikan Elvis dari tur ke luar negeri dan mendorongnya berkontribusi dalam proyek murah.
Selain itu, Parker pun mengambil 50 persen dari penghasilan Elvis di luar kesepakatan mereka. Akhirnya, Elvis dan Parker menjalani kehidupan tragis dalam hubungan kerja di industri musik.
Pada Elvis, Parker mengawali film dengan membebaskan dirinya dari rasa bersalah atas perjalan hidup Elvis. Di sisi lain, sutradara Baz Luhrmann mengambil dinamika kompleks Elvis dan Parker di balik nuansa hitam-putih atau baik dan jahat. Luhrmann melihat bahwa setiap pahlawan membutuhkan penjahat dan dalam hidup Elvis, Parker menjadi sosok yang menghancurkannya.
Mengacu ew, Luhrmann melihat bahwa Parker layaknya Falstaff dalam Shakespeare. Falstaff merupakan karakter ksatria yang gemuk, sombong, suka bercakap besar, dan penakut. Sama dengan Falstaff, Parker memang melakukan hal jahat kepada Elvis. Melihat kondisi ini, Luhrmann memutuskan untuk memasukkan tokoh Parker yang melahirkan paradoks dalam Elvis sehingga alur cerita semakin menarik.
Pada film Elvis, sosok Kolonel Tom Parker diperankan oleh Tom Hanks dan Austin Butler memerakan king of rock n roll, Elvis Presley. Gagasan membuat Elvis dan Parker saling menggagalkan satu sama lain membuat Hanks merasa film Elvis karya Luhrmann akan menjadi cerita baru. Hanks pun menerima tawaran menjadi Parker. Hanks meyakinkan bahwa sosok Parker akan menjadi kesempatan baginya untuk beralih akting ke karakter berbeda. Karakter Parker pun mengharuskan Hanks menghabiskan rata-rata lima jam per hari di kursi make-up.