Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Film komedi Indonesia kini tak hanya menyajikan humor spontan seperti film Warkop DKI atau Kadir-Doyok.
Formula tensi dan komedi itu membawa Agak Laen tampil sebagai film Indonesia terlaris kedua sepanjang sejarah.
Bumbu baru film komedia membuat jenis film humor laris di pasar.
GELAK tawa di layar lebar kini datang dari cara yang berbeda. Film komedi Indonesia telah bergeser dari format sketsa episodik menuju narasi yang lebih utuh dan berbasis konflik.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Format sketsa episodik dalam film komedi mencakup pendekatan yang menyusun cerita dalam rangkaian adegan pendek yang berdiri sendiri tanpa ikatan naratif antar-adegan. Contohnya bisa ditemukan dalam karya-karya Srimulat, Warkop DKI, ataupun Kadir-Doyok. Gaya komedi mereka memadukan humor situasional dan dialog spontan, menciptakan suasana yang ringan serta menghibur.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Formula agak lain ditemukan dalam film komedi zaman sekarang seperti Agak Laen, Kang Mak from Pee Mak, Induk Gajah, Rumah Dinas Bapak, Ngeri-ngeri Sedap, dan Sekawan Limo. Muhadkly Acho, komika dan sutradara Agak Laen, mengatakan pergeseran pakem itu merupakan respons dari pasar yang makin kritis. Maka, kata dia, film harus tampil menyampaikan cerita yang utuh, termasuk pada genre komedi. "Harus ada konfliknya, harus ada dramanya," kata Acho kepada Tempo di sela sesi diskusi film Jogja-NETPAC Asian Film Festival (JAFF) 2024 di Yogyakarta, Senin, 2 Desember 2024.
Bene Dion Rajagukguk (kiri) dan Muhadkly Acho menjadi pembicara public lecture dalam Jogja-NETPAC Asian Film Festival (JAFF) 2024 di LPP Argo Nusantara, Gondokusuman, Yogyakarta, 2 Desember 2024. Dok. Yayasan Sinema Yogyakarta
Acho, 41 tahun, mengatakan fondasi utama sebuah cerita—karakter, keinginan, dan hambatan—adalah syarat agar sebuah film tak sekadar menjadi kumpulan sketsa lepas. Pelawak tunggal ini menggarisbawahi bahwa komedi harus tetap berpegang pada struktur naratif yang kuat, dengan premis jelas dan konflik yang tersusun. “Segala sesuatu di dalamnya tetap berjalan sesuai dengan struktur skenario dan film pada umumnya,” ujarnya.
Meski tujuannya menghibur, menuru Acho, film komedi tetap perlu menjadi medium yang bisa menanamkan refleksi bagi penonton. “Sehingga utuh sebagai sebuah film."
Film komedi Indonesia kontemporer didominasi stand-up comedian sebagai aktor dan kreator. “Beberapa film yang masuk daftar terlaris diisi oleh para komika,” ujar Acho. Dia mencontohkan film komedi horor seperti Kang Mak from Pee Mak—satu film terlaris 2024 dengan 2,4 juta penonton—yang dibintangi Indra Jegel dan Rigen Rakelna.
Begitu juga Sekawan Limo, yang baru-baru ini menjadi film terpopuler di antara penonton Indonesia di Netflix, dibintangi Dono Pradana dan Benedictus Siregar. Acho menilai kontribusi para komika itu tak hanya terasa dalam aspek produktivitas, tapi juga dalam peningkatan kualitas komedi.
Poster film Sekawan Limo (2024). Dok. Star Vision
Dalam diskusi film bertajuk "Between Tension and Comedy: The Dynamic Duofilm Recipe" itu, Bene Dion Rajagukguk, pelawak tunggal sekaligus aktor dan kreator film, menyoroti pentingnya menjaga keseimbangan antara humor dan karakter. “Ketika syuting, kami tahu bahwa kedua hal itu perlu dijaga. Jangan merusak karakter demi melucu."
Bene, 34 tahun, mencontohkan proses kreatif Agak Laen yang dimulai dari pencarian cerita yang mampu menjangkau berbagai kalangan. “Kami enggak bisa bikin cerita tentang empat orang kaya raya. Itu enggak related.” Maka, cerita pun diarahkan ke tema yang akrab dengan masyarakat, yaitu rumah hantu dan pasar malam.
Bene mengatakan porsi horor dalam film ini minim. Elemen horor lebih berfungsi sebagai bingkai yang mendukung humor dalam film. Menurut penulis skenario Warkop DKI Reborn, Jangkrik Bos! Part 1 pada 2016 itu, keseimbangan berbagai elemen tersebut diatur secara ketat dalam naskah.
Dalam diskusi tersebut, Acho mengakui adanya tantangan besar dalam memadukan horor dan komedi. “Ini dua kutub yang berbeda. Yang satu buat nakut-nakutin, yang satu bikin ketawa,” katanya.
Menurut dia, resep utamanya adalah membangun kombinasi langsung dari premis cerita sejak awal. Premis Agak Laen berangkat dari konflik yang dipicu oleh elemen horor. Sebuah rumah hantu menjadi pusat cerita, tempat kematian misterius melahirkan masalah yang menantang para karakter untuk menutupinya. Ketakutan mereka untuk menutupi kebohongan dilatarbelakangi elemen horor. “Itu yang kami tempatkan sebagai pemantik konfliknya,” kata Acho.
Komedi menjadi satu genre yang merajai bioskop. Agak Laen sukses dengan jumlah penonton 9,1 juta dalam tiga bulan penayangan di bioskop dan menjadikannya film Indonesia terlaris kedua sepanjang masa.
Menurut Dipa Andika, produser film, format film komedi kontemporer berpotensi menarik perhatian pasar. Apakah bisa bertahan lama? “Sebenarnya enggak karena industri film masih terpengaruh bisnis, mau enggak mau,” ujarnya kepada Tempo. Ia mencontohkan, jika suatu film komedi slapstick berhasil meraup jumlah penonton hingga 10 juta, kemungkinan besar pola serupa akan diikuti oleh beberapa film lain.
Bagi Dipa, keberhasilan film bukan dari mengikuti tren, melainkan memahami keinginan dan preferensi penonton yang makin cerdas. Pada akhirnya, dia melanjutkan, setiap film komedi memiliki kelompok penggemar masing-masing.
Menurut dia, orisinalitas dalam dunia film adalah sesuatu yang relatif. Setiap inovasi pasti memiliki akar dari inspirasi sebelumnya. “Tidak ada hal yang abadi, tidak ada hal yang orisinal,” ujarnya. Formula humor ala Agak Laen bisa saja digantikan oleh gaya lain. Pergeseran pola dalam genre komedi, dia melanjutkan, mencerminkan dinamika industri film yang terus berubah.
Agak Laen baru meraih Piala Antemas dalam Festival Film Indonesia 2024. Penghargaan ini diberikan sebagai film yang mendatangkan penonton terbanyak. Ernest Prakasa, produsernya, menyatakan akan membuat Agak Laen 2 pada 2025.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo