DI Taman Ismail Marzuki, minggu lalu, rombongan Pakistan itu
mendapat tepuk tangan gemuruh untuk tiap nomor nyanyi dan
tarinya. Tak kurang 9 nomor mereka tampilkan tiap malam, konon
dari seluruh provinsi.
Rupanya memang ada maksud memberi gambaran menyeluruh tari
rakyat negeri itu, meskipun cara tersebut agak tak menguntungkan
terasa terlalu banyak variasi. Apa lagi untuk memberi kesan
kemajuan teknologi, di ruang Teater Arena yang sempit toh latar
belakang ditata dengan model cyclorama dengan proyeksi awan
bergerak segala.
Dibuka dengan tari 'Selamat Datang', 6 cewek berkostum merah
muda mengkilap sebentar-sebentar menaburkan bunga. Mirip
panyembrama dari Bali yang mempunyai fungsi yang sama.
Tari paling menarik berjudul Leva. Konon menggambarkan kemauan
dan keberanian rakyat Baluchistan dan Mekran dalam menghadapi
tantangan alam, juga menunjukkan bakti terhadap kampung halaman.
Lima pria dan lima wanita berbaris memasuki arena dengan gaya
jalan seperti onta -- dan langsung memikat perhatian dengan
gerak pinggul yang khas yang memang merangsang.
Sebagaimana tari rakyat umumnya, semua gerak dilakukan bersama
secara serempak, dan pengulangan memberi kesan ritmis. Terutama
pada nomor Leva ini: seperti tak hanya penonton yang hanyut
dibawa ayunan dan musik, tapi juga para penari. Mereka seperti
mengalami ekstase.
Permainan algoza (seruling) Khemiso Khan, artis yang sekaligus
memainkan dua, tiga, bahkan empat buluh, sangat mengesankan.
Permainan macam ini rupanya memang membutuhkan napas panjang.
Meski diiring gendang dan instrumen lain, musik serulingnya
sendiri sebenarnya telah lengkap. Satu seruling selalu berfungsi
sebagai melodi, yang lain sebagai latar belakang.
Ada juga tarian yang rupanya dekat dengan tari rakyat Balkan.
Tari Khattak dari daerah perbatasan sebelah barat laut milik
suku Pathan, kecuali menyuguhkan putaran tubuh juga
loncatan-loncatan bersemangat. Tari ini dibawakan 6 orang pria
dengan sapu tangan warna-warni yang diikatkan di kedua tangan.
Iringan musiknya pun agak terasa berbeda lebih banyak
mengambil unsur instrumen pukul, meski tentu saja lebih dekat ke
tablo India.
Pukul rata, tari rakyat Pakistan rupanya selalu dinamis, ramai,
termasuk gemerlap warna-warninya, dan ditarikan dengan senyum
tersungging. Sebuah ciri yang bisa ditandai ialah gerakan
berputar dengan tubuh sebagai as, yang bisa ditemukan di hampir
setiap nomor, dan dilakukan baik oleh penari pria maupun wanita.
Juga gerakan cepat dalam posisi jongkok. Kesan keseluruhannya
tari-tarian yang penuh kegembiraan, memerlukan tenaga, dan
sebenarnya sangat sensual meski dengan pakaian sopan.
Dengan menampilkan musisi duduk di bagian depan arena, acara
formal yang diselenggarakan dalam usaha persahabatan rakyat
Pakistan dan Indonesia ini memang terasa akrab. Apalagi dengan
spontan penonton ikut bertepuk tangan. Di saat-saat tari atau
nyanyi bila memang perlu ditunjang tepuk tangan.
Sal Murgiyanto
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini