Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Gembira ria dari pakistan

Tari leva yang menarik, tari khattak dari daerah perbatasan yang dibawakan 6 orang pria. misi kesenian pakistan mentas di tim.

26 April 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DI Taman Ismail Marzuki, minggu lalu, rombongan Pakistan itu mendapat tepuk tangan gemuruh untuk tiap nomor nyanyi dan tarinya. Tak kurang 9 nomor mereka tampilkan tiap malam, konon dari seluruh provinsi. Rupanya memang ada maksud memberi gambaran menyeluruh tari rakyat negeri itu, meskipun cara tersebut agak tak menguntungkan terasa terlalu banyak variasi. Apa lagi untuk memberi kesan kemajuan teknologi, di ruang Teater Arena yang sempit toh latar belakang ditata dengan model cyclorama dengan proyeksi awan bergerak segala. Dibuka dengan tari 'Selamat Datang', 6 cewek berkostum merah muda mengkilap sebentar-sebentar menaburkan bunga. Mirip panyembrama dari Bali yang mempunyai fungsi yang sama. Tari paling menarik berjudul Leva. Konon menggambarkan kemauan dan keberanian rakyat Baluchistan dan Mekran dalam menghadapi tantangan alam, juga menunjukkan bakti terhadap kampung halaman. Lima pria dan lima wanita berbaris memasuki arena dengan gaya jalan seperti onta -- dan langsung memikat perhatian dengan gerak pinggul yang khas yang memang merangsang. Sebagaimana tari rakyat umumnya, semua gerak dilakukan bersama secara serempak, dan pengulangan memberi kesan ritmis. Terutama pada nomor Leva ini: seperti tak hanya penonton yang hanyut dibawa ayunan dan musik, tapi juga para penari. Mereka seperti mengalami ekstase. Permainan algoza (seruling) Khemiso Khan, artis yang sekaligus memainkan dua, tiga, bahkan empat buluh, sangat mengesankan. Permainan macam ini rupanya memang membutuhkan napas panjang. Meski diiring gendang dan instrumen lain, musik serulingnya sendiri sebenarnya telah lengkap. Satu seruling selalu berfungsi sebagai melodi, yang lain sebagai latar belakang. Ada juga tarian yang rupanya dekat dengan tari rakyat Balkan. Tari Khattak dari daerah perbatasan sebelah barat laut milik suku Pathan, kecuali menyuguhkan putaran tubuh juga loncatan-loncatan bersemangat. Tari ini dibawakan 6 orang pria dengan sapu tangan warna-warni yang diikatkan di kedua tangan. Iringan musiknya pun agak terasa berbeda lebih banyak mengambil unsur instrumen pukul, meski tentu saja lebih dekat ke tablo India. Pukul rata, tari rakyat Pakistan rupanya selalu dinamis, ramai, termasuk gemerlap warna-warninya, dan ditarikan dengan senyum tersungging. Sebuah ciri yang bisa ditandai ialah gerakan berputar dengan tubuh sebagai as, yang bisa ditemukan di hampir setiap nomor, dan dilakukan baik oleh penari pria maupun wanita. Juga gerakan cepat dalam posisi jongkok. Kesan keseluruhannya tari-tarian yang penuh kegembiraan, memerlukan tenaga, dan sebenarnya sangat sensual meski dengan pakaian sopan. Dengan menampilkan musisi duduk di bagian depan arena, acara formal yang diselenggarakan dalam usaha persahabatan rakyat Pakistan dan Indonesia ini memang terasa akrab. Apalagi dengan spontan penonton ikut bertepuk tangan. Di saat-saat tari atau nyanyi bila memang perlu ditunjang tepuk tangan. Sal Murgiyanto

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus