Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
PATUNG Bali melonjak lincah dua tahun - ini. Cendera mata dari kayu beraneka bentuk dengan warna permai itu amat disukai turis. Bila berkunjung ke pulau yang baru usai berpesta terjun payung dunia ini, mereka tak lupa membeli patung yang menawan: pisang, pepaya, kelapa, kodok, dan kucing kayu. Pesanan dari mancanegara juga meningkat. Patung tradisional dan modern menjadi komoditi ekspor nomor dua, setelah pakaian jadi. Dompet para perajin dan Pemda Bali semakin tambun pula. Pada 1987 ekspor 3.716.633 patung bernilai 5,169 juta dolar AS. Lalu tahun 1988 meningkat lagi, 16,31 juta dolar AS untuk 7.801.040 potong. Dalam enam bulan terakhir ini mencapai 9,32 juta dolar, untuk 6.448.496 patung. " Ekspor patung dari tahun ke tahun terus meningkat. Target sampai akhir 1989 adalah 10.139.792 potong. Nilainya 23,57 juta dolar. Dan itu pasti tercapai," kata Putu Sunakha, Kakanwil Perdagangan Bali. Sebaliknya, puluhan ribu perajin patung ada yang cemas. Kini mereka menghadapi krisis bahan baku. Kayu bentawas sulit didapat. Kalaupun ada, datangnya sering terlambat. Bila bahan baku semakin sulit, ini bisa mengancam uncang para perajin patung dan pendapatan daerah. Kami tak berani lagi menerima pesanan besar," kata Nengah Togog, penampung hasil kerja ratusan perajin--kebanyakan anak sekolah yang nyambi. Pencipta patung berbagai jenis buah dari Desa Peliatan, Ubud, ini punya langganan tetap di Singapura dan di beberapa negara Eropa, seperti Belanda dan Italia. Togog pernah mendapat Upakarti dari Presiden Soeharto.Burhan Piliang, Joko Daryanto, I Nengah Wedja
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo