Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
APEL pagi apel siang merupakan bagian dari menu kerja pegawai Kantor Wilayah Departemen Perhubungan Provinsi Kalimantan Timur di Samarinda. Tapi pertengahan Juli kemarin, Bapak Kepala Kanwil sendiri yang turun memimpin apel pagi. Biasanya upacara dipimpin bergiliran oleh para kepala hidang. Lain dari biasanya pula Pak Kakanwil memeriksa barisan: ia menilik satu per satu kerapian cara berdiri dan pakaian sang karyawan . Tentu saja ada yang salah tingkah. Maklum, Pak Kakanwil menyoal urusan mulai dari sepiltu lupa disemir, lalu kepala ikat pinggang banyak yang kusam, badge tua yang seharusnya tak dikenakan lagi karena sudah ada yang baru, sampai kepada topi yang kurang beres duduknya. Lebih dari itu dalah urusan tempat duduk si topi, yaitu: rambut yang gondrong. Khusus perkara potongan rambut ini terjaringlah 14 karyawan, tiga di antaranya punya jabatan kepala seksi. Mereka diminta maju hingga membentuk barisan tersendiri. "Saudara-Saudara saya minta milju hanya sekadar contoh tentang sesuatu yang tak perlu dilestarikan," ujar Pak Kakanwil. "Jadi hari ini Saudara akan saya beri uang dua ribu, dan segeralah memendekkan rambut," tambahnya seraya merogoh kantung celananya dan membagikan ongkos cukur itu. Penerima uang tegang. Namun, suasana berubah santai karena Pak Kakanwil segera mengoreksi: "Saudara-Saudara saya harap jangan coba membiarkan rambutnya panjang dengan harapan dapat jatah lagi dari saya. Lain kali justru Saudara yang akan saya denda."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo